Menu

Percik Kata Nieke

Senin, 29 Juli 2024

Candi Gedong Songo dan Pesona Lereng Gunung Ungaran Semarang

Candi Gedong Songo di Ungaran mirip dengan Candi di Dieng. Coba tebak, mana yang lebih dulu didirikan: Candi Gedong Songo atau Candi di Dieng?


Wisata Candi Gedong Songo Semarang Ungaran
Candi Gedong Songo di Ungaran, Kabupaten Semarang.
Sumber foto: Canva free diolah.


Selasa, 09 Juli 2024

Menjajal Sate Taichan Senayan di Jogja

Nemu Sate Taichan Senayan di Jalan Godean, Yogyakarta. Sate taichan ternyata beda dengan sate yang sudah ada.

Sate taichan Senayan di Godean Yogyakarta
Sate taichan. Sumber foto: Tiktok @katanieke
Diolah dengan grafis Canva.



Rabu, 05 Juni 2024

Steak Pasar Tunjungan, Menikmati Steak dalam Pasar

Ada restoran steak di dalam pasar? Ini cerita saya saat makan Steak Pasar Tunjungan, Surabaya.


Review Steak Pasar Tunjungan
Sensasi makan steak dalam Pasar Tunjungan.
Foto dokumen pribadi @katanieke

Rabu, 24 April 2024

Tak Sekadar Ngeteh di Tong Dji Tea House

Ternyata Tong Dji Tea House tak sekadar tempat buat duduk ngeteh. Konsumen bisa menjajal menu makanan khas Indonesia.


Tong Dji Tea House review resto kuliner Surabaya
Tong Dji Tea House. 
Foto dokumen pribadi @katanieke

Rabu, 06 Maret 2024

Merah Merona Nasi Goreng Finna di House of Wok

Aroma saus tiram menguar di udara ketika nasi goreng Finna House of Wok dihidangkan. Warnanya merah merona. Menggoda.

*

Nasi goreng Finna House of Wok
Nasi goreng Finna di House of Wok, BG Junction Surabaya.

House of Wok di Mal BG Junction Surabaya

House of Wok baru buka di mal BG Junction, Jalan Bubutan, Surabaya. Ahad lalu, 3 Maret 2024, saya berjalan-jalan di mal yang letaknya berseberangan dengan Pasar Blauran tersebut. Saat kaki melangkah ke lantai Ground Level (GL), tak sengaja mata saya tertumbuk pada keramaian di dekat outlet atau stan Cheon, corndog, makanan kesukaan oppa Kim Seon-ho--aktor Korea favorit. Yup, penyebab keramaian itu rupanya  restoran House of Wok yang baru dibuka per 3 Maret 2024.

Restoran yang menjual makanan otentik citarasa Asia ini memang cabangnya sudah di mana-mana di Surabaya. Terkenal dengan porsinya yang melimpah, per menu bisa untuk 2-3 orang. Beberapa papan karangan bunga yang mengucapkan selamat atas pembukaan resto, berjejer rapi di depan restoran. Hampir seluruh meja terisi penuh pada pukul setengah dua belas siang. 

Keramaian restoran itu membetot perhatian saya. Penasaran dong, soalnya biasanya restoran yang baru buka menawarkan promo. Untungnya, ada dua banner yang berdiri di ujung bagian. Banner pertama memperlihatkan foto nasi goreng dengan keterangan Opening Promo, Diskon 50 persen untuk nasi goreng Finna. Syaratnya, berlaku 3-4 Maret 2024, untuk 100 orang pembeli pertama per hari yang makan di tempat atau dine-in. Kemudian banner kedua, yang ukurannya lebih besar, memperlihatkan foto beberapa makanan dan minuman andalan.

Menu andalan di House of Wok BG Junction Surabaya
Menu andalan House of Wok di BG Junction, Surabaya.

Saat asyik mencermati banner, seorang pegawai restoran yang mengenakan seragam biru menghampiri saya. "Selamat siang, House of Wok baru buka. Silakan mampir, ada promo," kata pegawai perempuan tersebut.

Saya menunjuk banner pertama. "Ini yang promo nasi goreng saja atau ada menu lain?"

"Untuk opening promo, nasi goreng Finna, Kak. Diskon 50 persen dari harga normal Rp 65 ribu. Satu porsi bisa untuk 3-4 orang," ia menjelaskan dengan nada ramah.

Jujur saja, saya tergiur dengan diskon 50 persen dan porsi yang melimpah. Saya pun segera mengiyakan. Dengan sigap dan ramah, pegawai resto itu mencarikan saya tempat duduk untuk dua orang. Pegawai resto yang lain--seorang pria, membawakan buku menu. Ia balik lagi membawakan dua buah piring dengan dua pasang sendok-garpu yang terbungkus rapi, sekotak tissue, dan sebotol saus sambal Finna.

"Mau pesan sekarang, Kak?" tanya pegawai resto tersebut. 

"Kami pesan satu nasi goreng Finna. Apakah bisa dibuat tidak pedas?" tanya saya.

"Aslinya nasi goreng Finna punya citarasa agak sedikit pedas. Tapi bisa kalau dibuat tidak pedas sama sekali," jawab pegawai resto.

"Baik, Pak. Pesan satu yang tidak pedas sama sekali. Untuk minumannya, satu teh manis panas dan satu lemon tea panas ya," kata saya 

Ia mencatat pesanan saya di kertas kecil khusus menerima pesanan. "Baik, pesanan akan segera kami proses. Untuk buku menu, apakah bisa saya bawa?"

"Saya mau lihat-lihat menu resto di buku menu, boleh ya, Pak?"

Ia mengangguk sambil tersenyum. "Silakan, Kak." Ia bergegas menuju meja kasir yang terletak di bagian ujung dalam resto, untuk menyampaikan pesanan saya.

Saat melihat-lihat buku menu, saya mendapati kalau House of Wok juga punya menu nasi goreng lainnya, seperti nasi goreng Jawa. Mayoritas memang menu ala Chinese Food seperti capcay dan sapo tahu. Biarpun makanan Chinese Food, namun seluruh makanan yang ditawarkan halal dan tidak ada babi. 

Menu Chinese Food House of Wok halal.
Menu di House of Wok tidak mengandung babi. 


Menu minuman tak kalah menggiurkan. Selain jus, ada es doger yang penampilan di fotonya sungguh menggugah selera. Sayangnya, saya sedang agak tak enak badan sehingga tak berani minum minuman dingin. Saya berpikir untuk memesan minuman itu pada kunjungan berikutnya.

Selagi menunggu, saya mencoba mengamati interior restoran yang dominan warna merah. Paling suka saat melihat bagian ubin yang corak keramiknya terkesan vintage. Ubin yang motifnya biasa dipakai rumah-rumah jadul peranakan. 

House of Wok di BG Junction Surabaya
Suasana saat pembukaan restoran House of Wok di BG Junction Surabaya.


Tak ada satupun meja yang kosong hari itu. Begitu tamu beranjak, pegawai selesai membersihkan meja, langsung ada tamu lain yang singgah. Pegawai resto mondar-mandir membawa baki berisi nasi goreng. Rupanya menu andalan opening promo itulah yang kebanyakan dipesan orang. 

Minuman yang kami pesan datang duluan. Segelas teh lemon hangat dan teh manis panas. "Sabar ya, Kak. Nasi gorengnya yang tidak pedas sedang diproses," ucap pegawai resto.

Sekitar 15 menit menunggu, akhirnya nasi goreng Finna kami pesan tiba. Sumringah.

*

Review Nasi Goreng Finna House of Wok


Omong-omong, Finna adalah sebuah merek yang terkenal dengan kerupuk udang di Surabaya. Selain kerupuk udang, ada pula makanan khas Jawa Timur lain yang diproduksi perusahaan Finna. Misalnya saus tomat dan sambal Finna.  

Aroma saus tiram menguar di udara ketika nasi goreng Finna House of Wok dihidangkan. Warnanya merah merona. Menggoda. Nasi goreng disajikan di sebuah piring putih berdiameter sekitar 30 sentimeter. Pada sisi pinggirnya tercantum label Wok.

Nasi goreng Finna di House of Wok BG Junction Surabaya
Penampilan nasi goreng Finna di House of Wok, BG Junction Surabaya.


Penampilan nasi goreng berwarna merah tak asing buat saya yang penyuka Chinese Food. Warna merah karena saus tomat, walau dalam proses masaknya juga menggunakan saus lain seperti saus tiram. 

Berbeda dengan nasi goreng Jawa yang cenderung berwarna kecoklatan, warna merah memang khas nasi goreng ala Chinnese Food. Irisan timun tipis-tipis terletak di bagian sudut nasi goreng Finna. Warna merah nasi goreng berpadu warna hijau kacang polong segar. Irisan telur dadar orak-arik yang berwarna kuning keemasaan. Tak ketinggalan, udang tanpa kulit yang kecoklatan. 

Porsi nasi goreng yang melimpah, cocok buat yang suka makan menu tengahan. Saya mengmbil beberapa sendok goreng ke piring saya. Tak sabar mencicip. Perlahan jemari kanan mengarahkan sesuap nasi ke mulut.  

Hmmm. Enak, gurih. Rasa saus tiram yang kental berpadu saus tomat menari di lidah. Kacang polongnya empuk. Pun dengan udangnya yang kenyal dan lezat. Satu setengah jam berlalu. Saya gagal menghabiskan satu porsi, lantaran saking melimpahnya. Terlalu sayang kan.

Usai membayar di kasir, saya meminta nasi goreng yang masih tersisa banyak di piring untuk dibungkus. Lumayan, bisa buat jatah makan malam. 

Batin saya dalam Javanese-English, baleniable nih. Saya penasaran dengan sapo tahu dan es dogernya. Oya, House of Wok juga punya beberapa menu paket.

Menu paket House of Wok BG Junction Surabaya.
Menu paket di House of Wok BG Junction Surabaya.


***

Salam hangat,
Kata Nieke


Senin, 18 Desember 2023

Pengalaman Buruk Saat Promo Buy One Get One, Jangan Terjadi di Kamu

Niat hati belanja roti buy one get one. Saat dimakan rumah, ternyata rotinya sudah jamuran. Lho, kok bisa?


Saya memutuskan curhat di blog pengalaman beli roti promo buy one get one yang ternyata ada yang kadaluwarsa. Semoga teman pembaca juga berhati-hati kala membeli barang.

Ceritanya saat itu saya sedang jalan-jalan di sebuah mal di Surabaya. Sebenarnya sudah mau pulang. Lalu saya melewati sebuah lantai yang ada stan roti dan bakery. Stan itu bersebelahan dengan stan minuman kekinian, sepertinya satu pemilik karena menyatu dengan bagian bakery.

Ternyata tiap pukul setengah sembilan malam, menjelang mal akan tutup, stan roti itu memang selalu mengadakan promo buy one get one. Tak heran kalau antrian mengular. 

Saya penasaran. Beberapa kali pernah beli roti itu, tapi belum pernah mencoba saat ada promo buy one get one menjelang mal tutup. Jadilah saya masuk dalam antrian mencari roti, terutama roti yang pernah saya beli dan menurut saya enak. Sayangnya, roti yang saya cari sudah habis. 

Saya mencari-cari roti lain yang kelihatannya menarik. Kesalahan saya adalah larut dalam euforia. Dalam situasi promo buy one get one, orang-orang seperti bersaing siapa cepat dia dapat. Cepat-cepatan dapat roti. Lalu mengantri dan bayar.

Saya seperti larut dalam 'kepanikan', wah nanti tidak kebagian roti. Jadinya asal ambil roti yang kelihatan enak dan worth it. Saya ambil roti satu lagi untuk gandengan promonya. 

Ohya dalam sistem promo buy one get one ini, nanti roti yang dibayar konsumen adalah harga yang termahal. Gratisnya adalah yang harganya leboh rendah. Contoh, saya ambil roti Rp 35 ribu dan Rp 25 ribu, maka saya hanya bayar Rp 35 ribu.

Saat itu saya juga mengambil minuman kekinian yang ditaruh di meja promo. Lalu mengambil satu minuman lagi agar mendapat promo buy one get one. Minuman-minuman ini sudah jadi dan dipajang di sebuah meja.

Sempat mengantri sekitar 10 menit. Begitu selesai membayar di kasir, rasanya lega dan senang. Saya berencana makan dan minum sesampainya di rumah.

Cuaca Surabaya memang sangat panas meskipun sudah memasuki musim hujan. Bahasa Jawanya sumuk, atau dalam bahasa Indonesia gerah. Begitu menghempaskan tubuh di sofa, saya menyalakan televisi ke saluran drama Korea dari televisi berlangganan. Saya meraih sebuah gelas berisi minuman kekinian hasil berburu promo buy one get one.

Dahi saya otomatis mengernyit begitu merasakan sedotan pertama. Kok minuman ini rasanya aneh ya. Agak kecut. Saya membau minuman itu. Kok... seperti ada bau basi. Akhirnya saya membuka tutup kemasan dan memeriksa cairan minuman itu. Aroma minuman basi menguar di udara. Astaga!

Kok bisa ya, minuman basi dijual?
 
Kemungkinan, faktor yang menyebabkan minuman ini cepat basi adalah kandungan susu murninya. Apalagi kalau minuman jadi ini tidak diletakkan dalam pendingin khusus. Saya sempat memotret minuman itu dengan rencana mengirim ke media sosial pengelola kafe secara pribadi.

Saya mencoba minuman satunya. Untungnya, minuman yang ini tidak bermasalah. Masih layak konsumsi. 

Penasaran, saya memeriksa roti-roti yang telah saya beli. Jangan-jangan ada yang bermasalah. Saya mencicip roti isi keju. Memakannya perlahan dengan merobek bagian ujungnya terlebih dulu. Saya menghela napas lega. Aman.

Giliran roti kedua. Saya mencubit bagian ujung dan mengunyahnya. Hmm, rasanya kok aneh. Seperti roti yang sudah jamuran. Masalahnya, roti ini berwarna gelap. Jadi tidak kelihatan apakah benar berjamur atau tidak. 

Jujur saja, saya merasa kesal. Apakah ini unsur kelalaian atau kesengajaan? Entahlah. Saya kembali memotret roti itu juga sebagai bahan komplain untuk dikirimkan dalam bentuk pesan pribadi ke kafe dan bakery bersangkutan.

Selama 30 menit, saya berusaha mengenyahkan kekesalan dan emosi akibat makanan dan minuman kadaluwarsa. Saya mengalihkan emosi dengan menonton drakor di televisi. Walau pikiran saya mengembara. 

Saya kembali memeriksa kemasan roti. Ternyata memang tak mencantumkan tanggal kadaluwarsa. Padahal biasanya roti kemasan merek lain selalu ada tanggal tenggat layak konsumsinya. Saya juga memeriksa kemasan minuman kekinian. Dan ternyata ada stiker kecil--hampir tak terlihat, yang mencantumkan tanggal minuman itu dibuat adalah sehari sebelumnya. 

Duh. Duh!!!


Pelajaran buat saya dan agar tak terjadi pada teman pembaca

Bagaimanapun produk kadaluwarsa tak layak dijual ke konsumen. Sebenarnya kesalahan di penjual atau pengelola kafe/bakery. Namun, ada hal-hal yang bisa dilakukan di pihak konsumen untuk mencegah mengalami hal buruk seperti saya.

1. Kalau ada promo buy one get one, jangan larut dalam euforia. Tetap waspada sebagai konsumen dengan memeriksa kandungan makanan dan minuman yang dibeli. Cek pula tanggal kadaluwarsanya. Apabila produk tidak mencantumkan label tanggal kadaluwarsa, tanyakan dan pastikan pada penjual. 

2. Cek secara fisik produk yang hendak dibeli. Kadang karena promo dan antrian membludak, orang cenderung terbawa suasana ingin cepat dan terburu-buru. Tetap tenang, sehingga akal sehat bisa bekerja. Cek mulai dari kemasan hingga fisik makanan dan minuman.

3. Kalau sebuah toko rutin bikin promo buy one get one, bisa survei dengan datang 30 menit sebelumnya ke lokasi. Cek roti yang ingin dibeli. Lalu tunggu hingga tiba waktu promo, lalu ke kasir. Dengan cara ini, kita juga tak perlu berebut barang dengan pengunjung lain. 

Demikian pengalaman buruk saya saat berbelanja promo buy one get one. Apakah teman pembaca pernah mengalami hal serupa?

Salam,
Kata Nieke





Sabtu, 09 Desember 2023

Kenapa Pengunjung Tak Boleh Bawa Makanan dan Minuman Luar ke Dalam Resto

Pernah dilarang bawa makanan dari luar resto? Ternyata ini alasannya.



Drama Queen di Sebuah Resto

Lagi asyik-asyiknya makan di sebuah restoran dalam mal, tiba-tiba terjadi keributan kecil. Sejumlah pengunjung marah-marah dan menyindir pegawai resto yang berdiri persis di depan pintu masuk. Saya tahu kejadian ini karena duduk di dekat pintu masuk.

Saat itu saya sedang menikmati ramen daging sapi dengan kuah yang kaldunya gurih. Sesuai namanya, mie keriting dengan tekstur agak bergelombang, tebal, kenyal sekaligus empuk, yang tenggelam dalam kuah kaldu. Berpadu dengan irisan daging sapi dengan panjang sekitar 2 cm yang manis bercampur gurihnya kaldu. Yummy yummy.

Saya sedang mempraktikkan mindful eating atau makan dengan kesadaran sepenuhnya. Bahkan ponsel saya letakkan dalam tas agar tidak terdistraksi. 

"Maaf, Bu, Kak, tidak bisa membawa masuk makanan dan minuman dari luar," saya mendengar suara pegawai resto perempuan berbicara dengan sopan.

"Masa tidak bisa, saya pernah di ***** Plasa masuk kok bisa," sahut pengunjung perempuan dengan nada jengkel dan ngeyel. 

Saya melirik ke arah pintu masuk. Terlihat sekitar tiga-empat orang pengunjung. Masing-masing memang membawa makanan dan minuman dari luar. Mulai dari jajan ayam nugget berbumbu, kentang goreng, hingga minuman kekinian seperti cincau dan boba.

Mereka rupanya tidak terima, ketika diberitahu tidak bisa membawa makanan dan minuman dari luar. Sebenarnya di sebelah karyawan resto yang bertugas di depan pintu itu, terdapat sebuah meja kecil. Terlihat beberapa gelas minuman pengunjung resto yang diletakkan di sana, sementara pemiliknya sedang duduk di meja resto menikmati hidangan. Sepertinya mereka enggan meniru pengunjung lain dengan meletakkan jajanan dari luar di meja itu. Maka, mereka meneruskan omelan dengan nada kencang dan menyindir-nyindir. 



Saya teringat masa lalu. Beberapa tahun lalu, saya pernah mengalami hal serupa di sebuah mal lain di pusat kota. Terlanjur beli minuman kemasan, lalu masuk ke sebuah resto masakan Indonesia. Salah seorang karyawan memberitahukan hal serupa kepada saya. Saya lalu menyimpan minuman itu dalam kantong, lalu berujar ke karyawannya.

"Saya memesan minuman dari resto ya, yang saya bawa, saya simpan," kata saya.

Sejak saat itu saya sebenarnya penasaran kenapa resto tidak membolehkan pengunjung membawa makanan dan minuman dari luar. Apakah karena resto tidak mau rugi ya? Ya masuk akal sih. 

Saya juga pernah bertanya pada teman saya yang punya usaha resto. Kalau pengunjung singgah berjam-jam, membawa 'bekal' sendiri, memesan sedikit atau bahkan tidak memesan bukan hanya soal rugi, tapi juga etika. Lagian, kalau bawa makanan sendiri, kenapa tidak memilih makan di food court atau pujasera saja ya.

Apa iya, hanya soal etika? 

*

Kalau Bawa Makanan, Izin Dulu

Saat masih tinggal di Jakarta, saya dan teman-teman pernah booking atau memesan meja di sebuah resto. Ceritanya, kami patungan hendak bikin surprise party atau pesta kejutan sederhana untuk seorang teman yang ulang tahun. Sirkel pertemanan saya punya kebiasaan unik--justru menraktir teman yang ultah, bukan minta ditraktir.

Nah, pesta ulang tahun biasanya kan menyajikan kue tart. Teman saya yang bertugas menyiapkan kue tart, tetiba melapor. 

"Tadi saya nanya ke pihak resto, apakah dibolehkan bawa tart dari luar. Ternyata tidak bisa, gaes," katanya.

"Wah, apa ganti venue (tempat) saja?" sahut teman yang lain.

"Restonya punya atau produksi kue tart, nggak? Kalau iya, tartnya beli sekalian aja di restonya," usul yang lain.

Akhirnya kami memutuskan tetap di tempat yang sama, tapi membeli tart dari resto tersebut. Sebenarnya tidak semua resto menolak. Pada lain kesempatan, kami mencoba resto yang berbeda. Saat kami menanyakan, apakah boleh bawa kue tart ternyata pihak resto membolehkan. Apalagi resto tidak menjual tart.


Lho, kenapa resto yang ini bisa ya? Ternyata ada syaratnya. Kue tart yang dibawa sudah berlabel halal. Pihak resto juga membantu dengan menyediakan piring-piring kecil untuk makan kue tart. Ternyata itu kata kuncinya: label halal.

Kalau pengunjung bertanya atau minta izin terlebih dulu, terhindar dari kejadian tidak mengenakkan. Daripada merasa tersinggung atau dipermalukan, walau ketika diberitahu secara baik-baik. 

Dalam beberapa hal biasanya resto juga membuat pengecualian. Misalnya ketika membawa air minum khusus untuk membuat susu bayi dan anak kecil. 

*

Kewajiban Pemilik Sertifikasi Halal 

Rupanya restoran yang sudah mengantongi sertifikat halal memiliki kewajiban melarang pengunjung membawa makanan dan minuman dari luar. Sertifikat halal menjadi jaminan bahwa makanan yang dijual halal. Demikian pula dengan peralatan dan proses masaknya. Seluruh bahan baku yang digunakan pun harus mempunyai label halal.

Jadi wajarlah, jika sebuah resto memiliki kebijakan tidak membolehkan pengunjung membawa makanan dan minuman dari luar. Tentunya untuk mencegah agar tidak ada makanan non-halal yang dibawa pengunjung dari luar. 

Masih ingat kan, cerita seorang influencer terkenal yang membawa krupuk mengandung babi ke dalam sebuah restoran yang telah berlabel halal. Ia menayangkan momen ia makan krupuk non-halal dicampur makanan halal di resto tersebut di sebuah media sosial. Hebohlah netizen. 

Tak lama, menanggapi viralnya unggahan influencer tersebut, pihak resto merespon dengan menayangkan adegan penghancuran mangkok dan peralatan makanan di media sosial. Penghancuran peralatan makanan tersebut untuk mencegah agar bekas alat makan yang telah digunakan sebagai wadah makanan non-halal, tidak digunakan pengunjung lain. 

Satu orang influencer mengakibatkan penghancuran seluruh alat makan di resto tersebut. Pihak resto kemudian menyatakan akan menggunakan peralatan baru. Artinya, mereka mengeluarkan biaya untuk membeli perabotan baru. Hmm, bayangkan berapa biaya kerugiannya. Belum masalah kredibilitas.



Beruntungnya, si influencer merasa bersalah. Ia juga menyatakan permohonan maaf disertai kesediaan untuk membayar kerugian resto tersebut. Si influencer menunjukkan itikadnya bertanggung jawab. Tidak ada lanjutan tindakan hukum atas insiden ini. 

*

Bagaimana dengan Resto Non-Halal

Resto atau tempat yang menyediakan makanan non-halal pun punya aturan. Pengunjung juga tidak bisa sembarangan membawa makanan dan minuman dari luar. Biasanya lantaran mereka hendak menjaga kualitas makanan dan minuman yang disediakan.

Selain itu, untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Semisalnya saja tetiba ada pengunjung keracunan makanan, yang ternyata akibat kandungan makanan yang dibawanya dari luar. Hal-hal seperti inilah yang dijaga oleh pihak atau pengelola usaha makanan dan minuman.

*

Kesimpulan

Pernah dengar slogan 'pembeli adalah raja'? Slogan itu tentu tidak bisa diterapkan mentah-mentah dalam hal ini. Seandainya pun pembeli seorang raja, raja biasanya adalah pemimpin yang dituntut berwibawa dan bijaksana. Bijaksana dalam mematuhi aturan suatu tempat dan tidak bersikap seenak jidat. 

Bagaimana dengan teman pembaca? Pernah mengalami hal serupa? 


Salam hangat,

Kata Nieke