Rabu, 05 Juni 2024
Steak Pasar Tunjungan, Menikmati Steak dalam Pasar
Rabu, 24 April 2024
Tak Sekadar Ngeteh di Tong Dji Tea House
Ternyata Tong Dji Tea House tak sekadar tempat buat duduk ngeteh. Konsumen bisa menjajal menu makanan khas Indonesia.
Rabu, 06 Maret 2024
Merah Merona Nasi Goreng Finna di House of Wok
Aroma saus tiram menguar di udara ketika nasi goreng Finna House of Wok dihidangkan. Warnanya merah merona. Menggoda.
House of Wok di Mal BG Junction Surabaya
Review Nasi Goreng Finna House of Wok
Senin, 18 Desember 2023
Pengalaman Buruk Saat Promo Buy One Get One, Jangan Terjadi di Kamu
Niat hati belanja roti buy one get one. Saat dimakan rumah, ternyata rotinya sudah jamuran. Lho, kok bisa?
Sabtu, 09 Desember 2023
Kenapa Pengunjung Tak Boleh Bawa Makanan dan Minuman Luar ke Dalam Resto
Pernah dilarang bawa makanan dari luar resto? Ternyata ini alasannya.
Drama Queen di Sebuah Resto
Lagi asyik-asyiknya makan di sebuah restoran dalam mal, tiba-tiba terjadi keributan kecil. Sejumlah pengunjung marah-marah dan menyindir pegawai resto yang berdiri persis di depan pintu masuk. Saya tahu kejadian ini karena duduk di dekat pintu masuk.
Saat itu saya sedang menikmati ramen daging sapi dengan kuah yang kaldunya gurih. Sesuai namanya, mie keriting dengan tekstur agak bergelombang, tebal, kenyal sekaligus empuk, yang tenggelam dalam kuah kaldu. Berpadu dengan irisan daging sapi dengan panjang sekitar 2 cm yang manis bercampur gurihnya kaldu. Yummy yummy.
Saya sedang mempraktikkan mindful eating atau makan dengan kesadaran sepenuhnya. Bahkan ponsel saya letakkan dalam tas agar tidak terdistraksi.
"Maaf, Bu, Kak, tidak bisa membawa masuk makanan dan minuman dari luar," saya mendengar suara pegawai resto perempuan berbicara dengan sopan.
"Masa tidak bisa, saya pernah di ***** Plasa masuk kok bisa," sahut pengunjung perempuan dengan nada jengkel dan ngeyel.
Saya melirik ke arah pintu masuk. Terlihat sekitar tiga-empat orang pengunjung. Masing-masing memang membawa makanan dan minuman dari luar. Mulai dari jajan ayam nugget berbumbu, kentang goreng, hingga minuman kekinian seperti cincau dan boba.
Mereka rupanya tidak terima, ketika diberitahu tidak bisa membawa makanan dan minuman dari luar. Sebenarnya di sebelah karyawan resto yang bertugas di depan pintu itu, terdapat sebuah meja kecil. Terlihat beberapa gelas minuman pengunjung resto yang diletakkan di sana, sementara pemiliknya sedang duduk di meja resto menikmati hidangan. Sepertinya mereka enggan meniru pengunjung lain dengan meletakkan jajanan dari luar di meja itu. Maka, mereka meneruskan omelan dengan nada kencang dan menyindir-nyindir.
Saya teringat masa lalu. Beberapa tahun lalu, saya pernah mengalami hal serupa di sebuah mal lain di pusat kota. Terlanjur beli minuman kemasan, lalu masuk ke sebuah resto masakan Indonesia. Salah seorang karyawan memberitahukan hal serupa kepada saya. Saya lalu menyimpan minuman itu dalam kantong, lalu berujar ke karyawannya.
"Saya memesan minuman dari resto ya, yang saya bawa, saya simpan," kata saya.
Sejak saat itu saya sebenarnya penasaran kenapa resto tidak membolehkan pengunjung membawa makanan dan minuman dari luar. Apakah karena resto tidak mau rugi ya? Ya masuk akal sih.
Saya juga pernah bertanya pada teman saya yang punya usaha resto. Kalau pengunjung singgah berjam-jam, membawa 'bekal' sendiri, memesan sedikit atau bahkan tidak memesan bukan hanya soal rugi, tapi juga etika. Lagian, kalau bawa makanan sendiri, kenapa tidak memilih makan di food court atau pujasera saja ya.
Apa iya, hanya soal etika?
*
Kalau Bawa Makanan, Izin Dulu
Saat masih tinggal di Jakarta, saya dan teman-teman pernah booking atau memesan meja di sebuah resto. Ceritanya, kami patungan hendak bikin surprise party atau pesta kejutan sederhana untuk seorang teman yang ulang tahun. Sirkel pertemanan saya punya kebiasaan unik--justru menraktir teman yang ultah, bukan minta ditraktir.
Nah, pesta ulang tahun biasanya kan menyajikan kue tart. Teman saya yang bertugas menyiapkan kue tart, tetiba melapor.
"Tadi saya nanya ke pihak resto, apakah dibolehkan bawa tart dari luar. Ternyata tidak bisa, gaes," katanya.
"Wah, apa ganti venue (tempat) saja?" sahut teman yang lain.
"Restonya punya atau produksi kue tart, nggak? Kalau iya, tartnya beli sekalian aja di restonya," usul yang lain.
Akhirnya kami memutuskan tetap di tempat yang sama, tapi membeli tart dari resto tersebut. Sebenarnya tidak semua resto menolak. Pada lain kesempatan, kami mencoba resto yang berbeda. Saat kami menanyakan, apakah boleh bawa kue tart ternyata pihak resto membolehkan. Apalagi resto tidak menjual tart.
Lho, kenapa resto yang ini bisa ya? Ternyata ada syaratnya. Kue tart yang dibawa sudah berlabel halal. Pihak resto juga membantu dengan menyediakan piring-piring kecil untuk makan kue tart. Ternyata itu kata kuncinya: label halal.
Kalau pengunjung bertanya atau minta izin terlebih dulu, terhindar dari kejadian tidak mengenakkan. Daripada merasa tersinggung atau dipermalukan, walau ketika diberitahu secara baik-baik.
Dalam beberapa hal biasanya resto juga membuat pengecualian. Misalnya ketika membawa air minum khusus untuk membuat susu bayi dan anak kecil.
*
Kewajiban Pemilik Sertifikasi Halal
Rupanya restoran yang sudah mengantongi sertifikat halal memiliki kewajiban melarang pengunjung membawa makanan dan minuman dari luar. Sertifikat halal menjadi jaminan bahwa makanan yang dijual halal. Demikian pula dengan peralatan dan proses masaknya. Seluruh bahan baku yang digunakan pun harus mempunyai label halal.
Jadi wajarlah, jika sebuah resto memiliki kebijakan tidak membolehkan pengunjung membawa makanan dan minuman dari luar. Tentunya untuk mencegah agar tidak ada makanan non-halal yang dibawa pengunjung dari luar.
Masih ingat kan, cerita seorang influencer terkenal yang membawa krupuk mengandung babi ke dalam sebuah restoran yang telah berlabel halal. Ia menayangkan momen ia makan krupuk non-halal dicampur makanan halal di resto tersebut di sebuah media sosial. Hebohlah netizen.
Tak lama, menanggapi viralnya unggahan influencer tersebut, pihak resto merespon dengan menayangkan adegan penghancuran mangkok dan peralatan makanan di media sosial. Penghancuran peralatan makanan tersebut untuk mencegah agar bekas alat makan yang telah digunakan sebagai wadah makanan non-halal, tidak digunakan pengunjung lain.
Satu orang influencer mengakibatkan penghancuran seluruh alat makan di resto tersebut. Pihak resto kemudian menyatakan akan menggunakan peralatan baru. Artinya, mereka mengeluarkan biaya untuk membeli perabotan baru. Hmm, bayangkan berapa biaya kerugiannya. Belum masalah kredibilitas.
Beruntungnya, si influencer merasa bersalah. Ia juga menyatakan permohonan maaf disertai kesediaan untuk membayar kerugian resto tersebut. Si influencer menunjukkan itikadnya bertanggung jawab. Tidak ada lanjutan tindakan hukum atas insiden ini.
*
Bagaimana dengan Resto Non-Halal
Resto atau tempat yang menyediakan makanan non-halal pun punya aturan. Pengunjung juga tidak bisa sembarangan membawa makanan dan minuman dari luar. Biasanya lantaran mereka hendak menjaga kualitas makanan dan minuman yang disediakan.
Selain itu, untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Semisalnya saja tetiba ada pengunjung keracunan makanan, yang ternyata akibat kandungan makanan yang dibawanya dari luar. Hal-hal seperti inilah yang dijaga oleh pihak atau pengelola usaha makanan dan minuman.
*
Kesimpulan
Pernah dengar slogan 'pembeli adalah raja'? Slogan itu tentu tidak bisa diterapkan mentah-mentah dalam hal ini. Seandainya pun pembeli seorang raja, raja biasanya adalah pemimpin yang dituntut berwibawa dan bijaksana. Bijaksana dalam mematuhi aturan suatu tempat dan tidak bersikap seenak jidat.
Bagaimana dengan teman pembaca? Pernah mengalami hal serupa?
Salam hangat,
Kata Nieke
Senin, 27 November 2023
Sepak Terjang BRI Memberdayakan Ultra Mikro dan UMKM Indonesia
Survei BRI menyatakan sebanyak 5 juta UMKM terjerat rentenir. Bagaimana upaya BRI memberdayakan UMKM Indonesia?
Upaya BRI memberdayakan ultra mikro dan UMKM Indonesia. Ilustrasi dibuat oleh @katanieke dengan Canva. Sumber foto: Instagram Bank BRI. |
Membebaskan Warga dari Jerat Rentenir
Agen Mitra UMi Rika Sasmiatun, asal Desa Jrahi, Pati, yang menolong warga desanya terbebas dari rentenir. Sumber foto: Youtube Bank BRI. |
“Daripada lewat rentenir yang bunganya tinggi," kata Rika.
Melalui Rika sebagai Mitra UMi, warga bisa mengajukan pinjaman ke BRI mulai dari Rp 2 juta. Program ini memudahkan para petani dan pelaku usaha mikro yang belum bisa mengakses fasilitas perbankan, memperoleh dana pinjaman modal usaha.
"Dengan sistem pinjaman yang fleksibel, debitur bisa melakukan pinjaman dengan jangka waktu jatuh tempo sesuai kemampuan," kata Rika.
Ilustrasi dibuat oleh @katanieke dengan Canva. Sumber: bri.co.id |
Program Mitra UMi memudahkan para petani mendapatkan dana pinjaman modal usaha. Setelah calon debitur mengajukan pinjaman dan pengajuan, agen Mitra UMi melakukan assessment lokasi, lalu mengajukan pencairan kepada BRI.
Bermula dari Impian Raden Wirjaatmadja 128 Tahun Lalu
Museum Bank Rakyat Indonesia di Purwokerto, Jawa Tengah. Sumber foto: https://visitjawatengah.jatengprov.go.id/id/regency/kabupaten-banyumas/destinasi-wisata/museum-bank-rakyat-indonesia |
Upaya BRI Memberdayakan Ultra Mikro dan UMKM Indonesia
Program Desa BRILian
Program Klaster UMKM
Salah satu contohnya adalah Klaster Usaha Kopi Akar Wangi yang memadukan hasil kopi dengan akar wangi sehingga menjadi minuman khas. Klaster Kopi Akar Wangi berlokasi di Kampung Waluran Tonggoh, Desa Sukalaksana, Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut. Mayoritas warga di daerah itu berprofesi sebagai petani kopi dan akar wangi. Hasil produksi kemudian dipasarkan Badan Usaha Milik Desa.
BRILianpreneur
BRI menjembatani para pelaku UMKM untuk memperkenalkan produknya di kelas global atau pasar dunia melalui Program BRILianpreneur. Sebelumnya UMKM yang hendak menjadi peserta melalui proses seleksi terlebih dulu. Para pelaku UMKM yang lolos seleksi akan ikut serta dalam sebuah pameran seperti UMKM EXPO(RT) BRILIANPRENEUR.
BRILianpreneur, program pemberdayaan UMKM dari BRI. Ilustrasi dibuat dengan Canva. Foto: Instagram Bank BRI. |
Demikianlah, di usianya yang lebih dari satu abad, BRI berkiprah memberi makna untuk Indonesia. Berupaya menjadi pahlawan UMKM melalui sejumlah pemberdayaan, membebaskan mereka dari jerat rentenir, hingga mengangkat ke kelas global.
Salam hangat,
Nieke Indrietta
Digitalisasi BRI mempermudah masyarakat dalam mengakses keuangan. Ilustrasi dibuat dengan Canva. Sumber foto: Instagram Bank BRI. |
Referensi:
bri.co.id
https://www.bri.co.id/en/web/ppid/detail-news
brilianpreneur.com
Saluran Youtube resmi BRI https://youtube.com/@BANK_BRI
Media sosial Instagram BRI https://instagram.com/bankbri_id
https://www.ekon.go.id/publikasi/detail/4593/perkembangan-umkm-sebagai-critical-engine-perekonomian-nasional-terus-mendapatkan-dukungan-pemerintah
https://www.kompas.com/stori/read/2023/08/25/070000379/sejarah-bank-rakyat-indonesia-bri-didirikan-di-purwokerto
https://www.cnbcindonesia.com/market/20230908115413-17-470706/2-tahun-holding-ultra-mikro-rangkul-36-juta-pelaku-usaha
https://www.bri.co.id/en/web/ppid/detail-news?title=ini-ragam-pemberdayaan-dan-pendampingan-bri-untuk-memajukan-umkm-indonesia