Kamis, 24 Februari 2011
Metamorfosa
kuukir sebuah harapan. Dan aku masih menunggu, bilakah padang satu musim kemarau kan menjelma menjadi bunga penuh warna?
Bilakah padang gersang itu menjadi hijau?
Tiap detik, tiap hembusan napas, tiap detakan jantung.
Tiap aku memejamkan mata. Satu saja pintaku. Menanti janjiMu.
Kutaruh harap, dalam padang gersang itu tengah tumbuh tunas. Kelak, tunas itu kan meretakkan tanah. Menyembul. Batangnya kan terus tinggi. Berakar kuat. Makin menjulang tinggi. Kuat. Lalu ia berbunga.
Dan aku tersenyum. Seperti melihat pelangi di balik awan mendung.
17 November 2009
*
Menanti Hujan di Padang Gersang
Kupanggil engkau Jingga
Yang datang suatu ketika
Mengeringkan padang gersang terburu-buru
Hingga rumput lingsut tertunduk lesu
Kupanggil engkau Biru
Yang datang suatu waktu
Hingga bunga tegak memandang
Datangnya hujan sebagai harapan
Kupanggil engkau Ungu
Yang datang menunggu waktu
Melukis pelangi di langit hati
Senyum yang terbit seperti matahari
November 20, 2008
Hujan, Aku Kangen Padamu!
Aku kangen ketika diam-diam kamu mencium pipiku.
Sore hari kita biasa berdansa bersama.
Pamm paramm pamm pammpaaa....
Rintik-rintikmu membentuk irama.
Sepanjang hari ini langit biru yang menghiburku.
Di kanvasnya ada gumpalan-gumpalan kapas putih abu-abu.
Melenggok-lenggok bersama sang bayu.
Duduuu bidaamm duruudduuu....
Mereka berseri-seri seraya bersenandung merdu.
-in the middle of nowhere, 23 April 2010-
Senin, 31 Januari 2011
Love Letters: Musim Gugur
Galau dan rindu yang kering berjatuhan, helai demi helai.
Kupungut satu-satu ke dalam keranjang kenangan.
Semuanya nuansa kecoklatan. Barangkali ingatan memudar perlahan.
Tapi kamu tersimpan bagai pualam.
Angin bertiup kencang. Segala yang terserak di bumi beterbangan.
Tapi kita tidak akan goncang.
Sejumput rasa rindu menggalau di kemudian hari.
Matahari yang mengedip sekali-kali.
Kumenatap dari jendela hati.
*
Jumat, 22 Oktober 2010
Hujan Sang Kekasih
Kalau kamu melihat butir-butir hujan menempel di jendela, jangan dihapus.
Itu surat cinta dariku.
Kata-kata tak lagi sanggup tertampung di keranjang hati.
Aku minta langit memburai kristal putih.
Angin meniupnya hingga sampai di kaca jendela hati.
Sst... dengar...
Setiap rintiknya di kaca jendela, adalah ketukanku.
Menabuh pintu hatimu.
Rintik hujan menari tap di kaca jendelamu.
Seperti aku yang berdansa dalam pikiranmu.
Gaun putih kupakai menari, terjahit rapi dari tiap bulir anak langit.
Berpijar keperakan. Di matamu menyilaukan.
Hingga langit kelam, rintik masih menutuk. Terus mengetuk.
Di lantai hatimu aku ingin masuk.
Jika embun kristal itu masih belum menguap di kaca jendela.
Coba kamu buka. Hiruplah udara. Wangiku pasti tertinggal di sana.
Kalau bulir di jendela itu jatuh dan menyesap tanah, pandanglah ke bawah.
Aku ada dalam tiap jejak langkah.
Selasa, 28 September 2010
Apakah Tuhan Ada di Sana?
Ke mana kamu akan mencari Tuhan? Pada agama? Salah. Tuhan nggak ada di agama. Agama cuma memuat aturan. Agama nggak pernah bikin manusia lebih baik. Agama menciptakan manusia untuk menjadi agamawi
Kamu pergi mengembara ke seluruh dunia, mencicipi tiap teguk ajaran agama. Tapi hidupmu tak berubah juga.
Agama nggak pernah bikin manusia menjadi lebih baik. Agama membuat orang berpikir dirinya sudah benar, menjadi agamawi. Mengira hubungan manusia dengan Tuhan hubungan yang vertikal.
Jadi, kemana mencari Tuhan, kalo Dia nggak ada di agama? Tuhan cuma ditemukan kalo hatimu bener-bener kangen sama Dia. Tuhan cuma bisa ditemukan lewat hubungan. Seperti seorang anak dengan bapaknya. Ada kedekatan. Ada hubungan dari hati ke hati. Kamu tau isi hatiNya. Dia? Oh, Dia tentu saja sudah kenal kamu sejak dulu. Dia tau isi hatimu. Dia tau saat kamu meringkuk di tempat tidurmu. Menangis. Saat kamu merasa hatimu hampa dan nelangsa.
Pertanyaannya bukan, kamu punya agama nggak. Tapi: apakah kamu mempunyai hubungan dengan Tuhan? Kamu bisa punya agama, tapi nggak punya hubungan sama Dia. Nggak kenal Dia.
Apakah kamu pernah mengalami perjumpaan yang pribadi dengan Tuhan?
Cuma itu yang bisa mengisi satu ruang kosong di dalam hatimu.
***
Jumat, 10 September 2010
Kenapa Disebut Jatuh Cinta?
Karena ketika kamu mencintai seseorang, kamu siap jatuh dan terluka.
Karena kamu mesti menjatuhkan ego dan kesombonganmu untuk mempertahankan cinta.
Karena kamu memilih, kemana kamu menjatuhkan pilihan hatimu. Ya, cinta itu memilih.
Karena ada seseorang yang menjatuhkan diri, berdarah dan terluka, demi melihat kehidupan kita berubah.
Karena ketika kamu terjatuh, ada tangan yang menopangmu dengan penuh cinta.
Karena Ia menjatuhkan pilihanNya padamu. Meski kamu tak setia. Ia tetap setia.
Karena ia tidak menuntutmu untuk menjatuhkan harga diri kamu sebagai perempuan, tapi menjaga dan mencintaimu apa adanya.
Karena ia menjatuhkan pilihan padamu, dan kamu menjatuhkan pilihan padanya.
Karena kamu bertanggung jawab atas pilihanmu, mencintai seseorang ada konsekuensinya. Pilihlah dengan benar.
Karena cinta itu tidak buta. Ada konsekuensi jatuh dan terluka. Tak ada orang yang sempurna.
Karena cinta bisa membuatmu merana, tapi kamu bisa meminimalisir dengan terlebih dulu menentukan standarmu.
Karena kamu menemukan rumahmu. Rumah adalah tempat kamu menaruh hatimu.
Karena kita menjatuhkan lutut kita untuk berdoa, untuk mendapat kekuatan mencinta.
Ingat, sebelum jatuh cinta, jatuhkan hatimu padaNya, yang terbaik yang bisa menjagamu, yang setia saat kita tidak setia.
Pandanglah langit berjelaga di kelamnya malam. Setiap kerling bintang, adalah kecupan sayangNya untukmu.
***
Kamis, 26 Agustus 2010
Bintang
Bintang adalah lilin-lilin yang dibawa para malaikat
yang berjalan mengelilingi antariksa,
lalu cahayanya berpendar ke bumi.
Tiap cahayanya membawa kehangatan,
menembus bekunya udara malam.
Mengirim secarik pesan, menerobos bekunya hati yang bungkam.
Sejuta cahayanya menjadi harapan.
Penunjuk jalan untuk nelayan.
Petanda untuk petani musiman.
Kedip kerlingnya adalah asa.
Tiap melintas, bibir berbisik doa.
Pemantik romansa.
Perona cinta.
Tanpanya, langit kelam berjelaga.
Kusam tak mempesona.
***
25 Agustus 2010