Rabu, 11 September 2024
Kisah Dua Soetomo, Pahlawan Nasional di Surabaya
Orang kerap keliru mengenali dua nama Soetomo yang namanya tercantum dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Yuk kita telusuri.
Rabu, 04 September 2024
Konten Flexing, Dicaci Sekaligus Dicari
Konten flexing, dicaci karena pamer kemewahan kontras dengan kondisi sosial masyarakat. Namun juga dicari, dianggap motivasi mencapai mimpi.
Minggu, 30 Oktober 2022
Perubahan Iklim dan Resesi Ekonomi
Isu lingkungan kerap diabaikan demi kepentingan ekonomi. Padahal, perubahan iklim bisa mempengaruhi perekonomian.
Ilustrasi perubahan iklim. Foto: Nieke |
Jumat, 14 Oktober 2022
Jogja, Bagiku adalah 'Rumah' Kedua
Jumat, 09 September 2022
Menulis Review Produk Tanpa Terjerat UU ITE
Bagi kamu yang hobi kulineran dan jalan-jalan, biasanya tak ketinggalan menuliskan review. Bagaimana cara menulis review yang tidak berujung somasi?
Cara menulis review tanpa disomasi dan digugat UU ITE. Foto: @katanieke desain Canva |
Selasa, 26 Juli 2022
3 Hal Penting Ketika Menonton Bareng Anak Kecil di Bioskop
Apa yang harus dilakukan agar bisa nyaman nonton sepanjang film--dalam artian kita tidak mengganggu penonton lain sekaligus nyaman untuk diri sendiri?
Etika menonton di bioskop. |
Minggu, 03 Juli 2022
Menghapus Stigma Penyandang Disabilitas dan Eks-Penyandang Kusta di Dunia Kerja
Benarkah Para Games bisa menghapus stigma penyandang disabilitas? Bagaimana difabel dan eks-penderita kusta bisa masuk ke sektor kerja formal?
Eks-penderita kusta dan penyandang disabilitas punya hak bekerja yang dijamin dalam Undang-undang Penyandang Disabilitas. |
Minggu, 22 Mei 2022
5 Buku yang Menginspirasi dan Meningkatkan Kemampuan Menulis
Mumpung masih momentum Hari Buku Nasional pada 17 Mei, saya ingin membagikan 5 (lima) buku yang pernah saya baca dan menginspirasi.
Rekomendasi buku yang menginspirasi menulis. |
Sabtu, 02 April 2022
Rekomendasi Buku untuk Memperkaya Diksi: Bahasa! Terbitan Tempo
Pernah bingung, menggunakan kata 'pasca' atau 'paska'? Buku Bahasa! yang memuat pemikiran para penulis di level suhu ini bakal membuka wawasan kita.
Buku Bahasa! Kumpulan Tulisan di Majalah Tempo. Foto: @katanieke |
Jumat, 26 Februari 2021
Pulih dari Masalah Kesehatan Mental, Bebas dari Mental Korban
Buku Pulih mendobrak stigma negatif tentang kesehatan mental. Tak sekadar cerita luka, tapi bagaimana menyembuhkan jiwa.
Buku Pulih, Komunitas Ibu-ibu Doyan Nulis. |
Senin, 01 Februari 2021
Nostalgia Lagu 1990-an Bertema Blok Barat dan Timur
Bapak saya punya cara unik mengenalkan cerita sejarah dunia kepada saya. Lewat film dan lagu. Ini salah satu kisahnya.
Jumat, 09 Oktober 2020
Kesalahan Blogger Saat Menulis Review Produk
Jumat, 14 Agustus 2020
Puntung Api di Tengah Pandemi
Perokok berisiko tinggi terkena Covid-19. Inilah alasan kenapa cukai rokok perlu naik di tengah pandemi.
Kredit foto: Nieke |
Kamis, 06 Agustus 2020
5 Bahasa Cinta Menjalin Hubungan Anti Baper
Pernahkah merasa, orang sekitarmu menghujanimu hadiah tapi kamu tetap merasa tak dikasihi? Barangkali bahasa cinta yang kamu butuhkan, dengan yang ia berikan, berbeda. Ketahui 5 bahasa cinta ala Gary Chapman.
Selasa, 29 Oktober 2019
3 Faktor Penentu Keberhasilan Terapi Kanker Payudara
"Ada benjolan di payudaraku,” ucap Budhe tak hanya pada saya, tapi juga ibu saya, dan para Budhe lain di sebuah kamar, saat kami bertemu dalam sebuah acara keluarga di Semarang, dua tahun lalu.
Senin, 15 Juli 2013
Happy Birthday, Malala!
ngintip isi blog Malala |
Gadis ini namanya Malala Yousafzai. Baru aja merayakan ulang tahunnya yang ke-16, pada 12 Juli kemarin. Tepat di hari ultahnya, di usianya yang masih belia, dia sudah berpidato di Majelis Umum PBB. Keren ya!
Ini kutipan pidatonya:
"...Ada yang mengatakan pulpen lebih perkasa dari pedang. Itu benar. Para ekstremis lebih takut pada buku dan pena. Kekuatan pendidikan menakutkan mereka. Mereka takut pada perempuan, kekuatan suara perempuan menakutkan mereka....
Rabu, 20 Juli 2011
Dunia Anak
Keindahan berbicara dengan anak-anak adalah imajinasinya.
Kesalahan orang dewasa adalah buru-buru meralat imajinasi anak dengan logika.
Selasa, 19 Juli 2011
Menertawakan Versus Merayakan Keunikan
Perempuan itu jelita, sungguh. Semampai, standar supermodel, langsing, rambut berombak tergerai. Dia pemenang kontes ratu kecantikan di Indonesia. Sebut saja namanya Cinderella.
Aku membaca kisahnya di koran di meja kubikelku pagi ini. Siapa menyangka, perempuan yang pernah mewakili kontes ratu kecantikan sejagad ini, semasa kecilnya pernah menjadi korban "bullying." Omong-omong, aku belum menemukan istilah "bullying" yang tepat dalam Bahasa. Tapi, artinya kira-kira perbuatan tidak menyenangkan secara fisik dan mental oleh sekelompok orang tertentu terhadap orang lain. Korban biasanya orang yang dianggap "berbeda" dengan orang lain pada umumnya.
Jadi begitulah, supermodel ini mendapat julukan "gendut". Ia tersiksa dengan label "gendut" sampai-sampai berusaha kurus dengan cara apa saja. Hingga ia mengidap anoreksia. Seiring usia, untungnya, ia menyadari citra dirinya: ia berharga. Kalau tidak, tentu tak bakal jadi ratu kecantikan. Mungkin, kamu pernah juga mengalami hal yang sama. Atau, kamu lagi di-"bully"? Atau bisa juga, kamu justru menjadi pelaku "bully"? Kalau iya, simak ini baik-baik.
Selasa, 28 September 2010
Apakah Tuhan Ada di Sana?
Ke mana kamu akan mencari Tuhan? Pada agama? Salah. Tuhan nggak ada di agama. Agama cuma memuat aturan. Agama nggak pernah bikin manusia lebih baik. Agama menciptakan manusia untuk menjadi agamawi
Kamu pergi mengembara ke seluruh dunia, mencicipi tiap teguk ajaran agama. Tapi hidupmu tak berubah juga.
Agama nggak pernah bikin manusia menjadi lebih baik. Agama membuat orang berpikir dirinya sudah benar, menjadi agamawi. Mengira hubungan manusia dengan Tuhan hubungan yang vertikal.
Jadi, kemana mencari Tuhan, kalo Dia nggak ada di agama? Tuhan cuma ditemukan kalo hatimu bener-bener kangen sama Dia. Tuhan cuma bisa ditemukan lewat hubungan. Seperti seorang anak dengan bapaknya. Ada kedekatan. Ada hubungan dari hati ke hati. Kamu tau isi hatiNya. Dia? Oh, Dia tentu saja sudah kenal kamu sejak dulu. Dia tau isi hatimu. Dia tau saat kamu meringkuk di tempat tidurmu. Menangis. Saat kamu merasa hatimu hampa dan nelangsa.
Pertanyaannya bukan, kamu punya agama nggak. Tapi: apakah kamu mempunyai hubungan dengan Tuhan? Kamu bisa punya agama, tapi nggak punya hubungan sama Dia. Nggak kenal Dia.
Apakah kamu pernah mengalami perjumpaan yang pribadi dengan Tuhan?
Cuma itu yang bisa mengisi satu ruang kosong di dalam hatimu.
***
Sabtu, 29 Mei 2010
Cerita Tentang Payung Tua
Payung tua lusuh, berwarna biru. Apa dia tidak bisa beli yg baru? Sengat matahari menembus lubang. Apa pedagang ini tak punya uang? Kusut masai muka payung. Laki-laki itu tidak pasang muka murung. (Tentang pedagang minuman depan Starbucks Melawai Blok M, Jumat pagi, 28 Mei 2010)
Pagi-pagi aku sudah nyangkruk di depan Starbucks Melawai. Bukan, aku tidak berniat minum kopi di kedai itu. Pasalnya, Lindian mengirim pesan pendek padaku.
Tidak usah ke Kuningan. Kamu tunggu aja di Starbucks Melawai, nanti aku jemput di situ.
Arlojiku menunjukkan pukul 09.15. Perkiraanku, Lindi sampai sekitar 09.30. Kami akan mengunjungi sebuah panti asuhan hari ini. Aku tiba lebih awal. Masuk ke supermarket dengan brand nama Jepang, yang letaknya di samping kedai kopi. Matahari pagi hangat, tapi cukup membuatku meleleh. Tenggorokan kering. Aku membeli minuman untuk melepas dahaga. Belum lagi, naga-naga dalam perutku tiba-tiba bernyanyi. Aku menyempatkan diri mampir membeli sepotong croisant dan tiga potong donat di kedai kue, yang masih berada di satu gedung dengan kedai kopi dan supermarket.
Telepon selulerku berdering. Suara Lindi di ujung. "Nik, kita udah dekat. Tunggu yah."
Aku buru-buru membayar kueku. Melangkah ke teras. Menoleh kiri kanan, mencari mobil yang akan menjemputku. Lalu pandanganku terantuk pada laki-laki setengah baya di halaman parkir. Seorang pedagang kaki lima yang menjual minuman kemasan dan botol. Ia baru saja membuka warungnya. Mengangkat kotak penyimpan minuman. Membuka payung lusuh yang sudah compang-camping.
Aku tercekat. Lama aku menatapnya.
Payung itu, sungguh, sudah sangat tidak layak dipakai. Robek pada bagian tengah, lantas, apalagi fungsinya? Sudah tak dapat lagi digunakan untuk melindungi dari sengatan matahari dan deru hujan. Selayaknya payung itu dibuang. Warnanya pun sudah tak jelas lagi.
Kenapa laki-laki itu tetap memakai payung rombeng itu? pikirku.
Telepon selulerku kembali berdering. Masih Lindi yang berbicara. "Nik, kita salah ambil jalan. Kita jadi muter dulu."
Aku melirik arloji. Tak terasa waktu sudah berlari hingga pukul 10. Matahari sudah tak lagi menyapa hangat. Sinarnya nyolot malah. Bulir-bulir keringat menetes di dahi. Aku memutuskan menunggu di dalam. Menikmati sejuknya pendingin ruangan.
Tapi pikiranku masih tertuju pada pemilik payung lusuh itu. Kenapa bapak itu tetap memakainya? Kenapa dia tak menggantinya dengan yang baru? Harga payung toh tak terlalu mahal. Apakah payung itu pemberian seseorang? Lihat, bahkan payung itu tak bisa melindunginya dari sinar sang surya. Dan sekian kenapa bermain-main dalam benakku.
Ingin kuhampiri bapak itu dan bertanya tentang payungnya. Mungkin aku bisa sambil membeli sebotol minuman teh. Terus aku akan menanyakan alasannya mempertahankan payung rombeng itu. Baru saja aku hendak melangkah, telepon selulerku kembali berdering. Lindi. Dan mobil sedan itu sudah masuk ke parkir. Jendela terbuka, penumpangnya melambaikan tangan padaku.
Aku berlari masuk mobil. Selintas, mencuri pandang pada payung lusuh itu. Sampai menghilang dari pandangan mata. Masih meninggalkan pertanyaan dalam benakku.
Pak, kenapa tak kau ganti payungmu?
Jakarta, 28 Mei 2010
Nieke Indrietta