Menu

Percik Kata Nieke

Tampilkan postingan dengan label Kuliner. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kuliner. Tampilkan semua postingan

Minggu, 25 Agustus 2024

Bakso dan Mie Soun Mojopahit, Nuansa Jogja di Surabaya

Makan bakso di Surabaya yang suasananya bikin kamu merasa di Jogja. Pesen baksonya saja pakai Bahasa Jawa.

Review kuliner Surabaya Bakso dan Mie Soun Mojopahit
Bakso dan Mie Soun Mojopahit di Surabaya.
Foto pribadi @katanieke



Jumat, 09 Agustus 2024

Malam Minggu di Ramyeon Express Kota Lama Semarang

Cerita pengalaman saat melihat cara bikin bingso, kuliner Korea di Ramyon Express Kota Lama Semarang.

Wisata Kota Lama Semarang Ramyeon Express
Menikmati Kota Lama Semarang dan kuliner Korea Ramyeon Express.
Foto: dokumen pribadi/katanieke

Selasa, 09 Juli 2024

Menjajal Sate Taichan Senayan di Jogja

Nemu Sate Taichan Senayan di Jalan Godean, Yogyakarta. Sate taichan ternyata beda dengan sate yang sudah ada.

Sate taichan Senayan di Godean Yogyakarta
Sate taichan. Sumber foto: Tiktok @katanieke
Diolah dengan grafis Canva.



Rabu, 05 Juni 2024

Steak Pasar Tunjungan, Menikmati Steak dalam Pasar

Ada restoran steak di dalam pasar? Ini cerita saya saat makan Steak Pasar Tunjungan, Surabaya.


Review Steak Pasar Tunjungan
Sensasi makan steak dalam Pasar Tunjungan.
Foto dokumen pribadi @katanieke

Rabu, 24 April 2024

Tak Sekadar Ngeteh di Tong Dji Tea House

Ternyata Tong Dji Tea House tak sekadar tempat buat duduk ngeteh. Konsumen bisa menjajal menu makanan khas Indonesia.


Tong Dji Tea House review resto kuliner Surabaya
Tong Dji Tea House. 
Foto dokumen pribadi @katanieke

Rabu, 06 Maret 2024

Merah Merona Nasi Goreng Finna di House of Wok

Aroma saus tiram menguar di udara ketika nasi goreng Finna House of Wok dihidangkan. Warnanya merah merona. Menggoda.

*

Nasi goreng Finna House of Wok
Nasi goreng Finna di House of Wok, BG Junction Surabaya.

House of Wok di Mal BG Junction Surabaya

House of Wok baru buka di mal BG Junction, Jalan Bubutan, Surabaya. Ahad lalu, 3 Maret 2024, saya berjalan-jalan di mal yang letaknya berseberangan dengan Pasar Blauran tersebut. Saat kaki melangkah ke lantai Ground Level (GL), tak sengaja mata saya tertumbuk pada keramaian di dekat outlet atau stan Cheon, corndog, makanan kesukaan oppa Kim Seon-ho--aktor Korea favorit. Yup, penyebab keramaian itu rupanya  restoran House of Wok yang baru dibuka per 3 Maret 2024.

Restoran yang menjual makanan otentik citarasa Asia ini memang cabangnya sudah di mana-mana di Surabaya. Terkenal dengan porsinya yang melimpah, per menu bisa untuk 2-3 orang. Beberapa papan karangan bunga yang mengucapkan selamat atas pembukaan resto, berjejer rapi di depan restoran. Hampir seluruh meja terisi penuh pada pukul setengah dua belas siang. 

Keramaian restoran itu membetot perhatian saya. Penasaran dong, soalnya biasanya restoran yang baru buka menawarkan promo. Untungnya, ada dua banner yang berdiri di ujung bagian. Banner pertama memperlihatkan foto nasi goreng dengan keterangan Opening Promo, Diskon 50 persen untuk nasi goreng Finna. Syaratnya, berlaku 3-4 Maret 2024, untuk 100 orang pembeli pertama per hari yang makan di tempat atau dine-in. Kemudian banner kedua, yang ukurannya lebih besar, memperlihatkan foto beberapa makanan dan minuman andalan.

Menu andalan di House of Wok BG Junction Surabaya
Menu andalan House of Wok di BG Junction, Surabaya.

Saat asyik mencermati banner, seorang pegawai restoran yang mengenakan seragam biru menghampiri saya. "Selamat siang, House of Wok baru buka. Silakan mampir, ada promo," kata pegawai perempuan tersebut.

Saya menunjuk banner pertama. "Ini yang promo nasi goreng saja atau ada menu lain?"

"Untuk opening promo, nasi goreng Finna, Kak. Diskon 50 persen dari harga normal Rp 65 ribu. Satu porsi bisa untuk 3-4 orang," ia menjelaskan dengan nada ramah.

Jujur saja, saya tergiur dengan diskon 50 persen dan porsi yang melimpah. Saya pun segera mengiyakan. Dengan sigap dan ramah, pegawai resto itu mencarikan saya tempat duduk untuk dua orang. Pegawai resto yang lain--seorang pria, membawakan buku menu. Ia balik lagi membawakan dua buah piring dengan dua pasang sendok-garpu yang terbungkus rapi, sekotak tissue, dan sebotol saus sambal Finna.

"Mau pesan sekarang, Kak?" tanya pegawai resto tersebut. 

"Kami pesan satu nasi goreng Finna. Apakah bisa dibuat tidak pedas?" tanya saya.

"Aslinya nasi goreng Finna punya citarasa agak sedikit pedas. Tapi bisa kalau dibuat tidak pedas sama sekali," jawab pegawai resto.

"Baik, Pak. Pesan satu yang tidak pedas sama sekali. Untuk minumannya, satu teh manis panas dan satu lemon tea panas ya," kata saya 

Ia mencatat pesanan saya di kertas kecil khusus menerima pesanan. "Baik, pesanan akan segera kami proses. Untuk buku menu, apakah bisa saya bawa?"

"Saya mau lihat-lihat menu resto di buku menu, boleh ya, Pak?"

Ia mengangguk sambil tersenyum. "Silakan, Kak." Ia bergegas menuju meja kasir yang terletak di bagian ujung dalam resto, untuk menyampaikan pesanan saya.

Saat melihat-lihat buku menu, saya mendapati kalau House of Wok juga punya menu nasi goreng lainnya, seperti nasi goreng Jawa. Mayoritas memang menu ala Chinese Food seperti capcay dan sapo tahu. Biarpun makanan Chinese Food, namun seluruh makanan yang ditawarkan halal dan tidak ada babi. 

Menu Chinese Food House of Wok halal.
Menu di House of Wok tidak mengandung babi. 


Menu minuman tak kalah menggiurkan. Selain jus, ada es doger yang penampilan di fotonya sungguh menggugah selera. Sayangnya, saya sedang agak tak enak badan sehingga tak berani minum minuman dingin. Saya berpikir untuk memesan minuman itu pada kunjungan berikutnya.

Selagi menunggu, saya mencoba mengamati interior restoran yang dominan warna merah. Paling suka saat melihat bagian ubin yang corak keramiknya terkesan vintage. Ubin yang motifnya biasa dipakai rumah-rumah jadul peranakan. 

House of Wok di BG Junction Surabaya
Suasana saat pembukaan restoran House of Wok di BG Junction Surabaya.


Tak ada satupun meja yang kosong hari itu. Begitu tamu beranjak, pegawai selesai membersihkan meja, langsung ada tamu lain yang singgah. Pegawai resto mondar-mandir membawa baki berisi nasi goreng. Rupanya menu andalan opening promo itulah yang kebanyakan dipesan orang. 

Minuman yang kami pesan datang duluan. Segelas teh lemon hangat dan teh manis panas. "Sabar ya, Kak. Nasi gorengnya yang tidak pedas sedang diproses," ucap pegawai resto.

Sekitar 15 menit menunggu, akhirnya nasi goreng Finna kami pesan tiba. Sumringah.

*

Review Nasi Goreng Finna House of Wok


Omong-omong, Finna adalah sebuah merek yang terkenal dengan kerupuk udang di Surabaya. Selain kerupuk udang, ada pula makanan khas Jawa Timur lain yang diproduksi perusahaan Finna. Misalnya saus tomat dan sambal Finna.  

Aroma saus tiram menguar di udara ketika nasi goreng Finna House of Wok dihidangkan. Warnanya merah merona. Menggoda. Nasi goreng disajikan di sebuah piring putih berdiameter sekitar 30 sentimeter. Pada sisi pinggirnya tercantum label Wok.

Nasi goreng Finna di House of Wok BG Junction Surabaya
Penampilan nasi goreng Finna di House of Wok, BG Junction Surabaya.


Penampilan nasi goreng berwarna merah tak asing buat saya yang penyuka Chinese Food. Warna merah karena saus tomat, walau dalam proses masaknya juga menggunakan saus lain seperti saus tiram. 

Berbeda dengan nasi goreng Jawa yang cenderung berwarna kecoklatan, warna merah memang khas nasi goreng ala Chinnese Food. Irisan timun tipis-tipis terletak di bagian sudut nasi goreng Finna. Warna merah nasi goreng berpadu warna hijau kacang polong segar. Irisan telur dadar orak-arik yang berwarna kuning keemasaan. Tak ketinggalan, udang tanpa kulit yang kecoklatan. 

Porsi nasi goreng yang melimpah, cocok buat yang suka makan menu tengahan. Saya mengmbil beberapa sendok goreng ke piring saya. Tak sabar mencicip. Perlahan jemari kanan mengarahkan sesuap nasi ke mulut.  

Hmmm. Enak, gurih. Rasa saus tiram yang kental berpadu saus tomat menari di lidah. Kacang polongnya empuk. Pun dengan udangnya yang kenyal dan lezat. Satu setengah jam berlalu. Saya gagal menghabiskan satu porsi, lantaran saking melimpahnya. Terlalu sayang kan.

Usai membayar di kasir, saya meminta nasi goreng yang masih tersisa banyak di piring untuk dibungkus. Lumayan, bisa buat jatah makan malam. 

Batin saya dalam Javanese-English, baleniable nih. Saya penasaran dengan sapo tahu dan es dogernya. Oya, House of Wok juga punya beberapa menu paket.

Menu paket House of Wok BG Junction Surabaya.
Menu paket di House of Wok BG Junction Surabaya.


***

Salam hangat,
Kata Nieke


Senin, 18 Desember 2023

Pengalaman Buruk Saat Promo Buy One Get One, Jangan Terjadi di Kamu

Niat hati belanja roti buy one get one. Saat dimakan rumah, ternyata rotinya sudah jamuran. Lho, kok bisa?


Saya memutuskan curhat di blog pengalaman beli roti promo buy one get one yang ternyata ada yang kadaluwarsa. Semoga teman pembaca juga berhati-hati kala membeli barang.

Ceritanya saat itu saya sedang jalan-jalan di sebuah mal di Surabaya. Sebenarnya sudah mau pulang. Lalu saya melewati sebuah lantai yang ada stan roti dan bakery. Stan itu bersebelahan dengan stan minuman kekinian, sepertinya satu pemilik karena menyatu dengan bagian bakery.

Ternyata tiap pukul setengah sembilan malam, menjelang mal akan tutup, stan roti itu memang selalu mengadakan promo buy one get one. Tak heran kalau antrian mengular. 

Saya penasaran. Beberapa kali pernah beli roti itu, tapi belum pernah mencoba saat ada promo buy one get one menjelang mal tutup. Jadilah saya masuk dalam antrian mencari roti, terutama roti yang pernah saya beli dan menurut saya enak. Sayangnya, roti yang saya cari sudah habis. 

Saya mencari-cari roti lain yang kelihatannya menarik. Kesalahan saya adalah larut dalam euforia. Dalam situasi promo buy one get one, orang-orang seperti bersaing siapa cepat dia dapat. Cepat-cepatan dapat roti. Lalu mengantri dan bayar.

Saya seperti larut dalam 'kepanikan', wah nanti tidak kebagian roti. Jadinya asal ambil roti yang kelihatan enak dan worth it. Saya ambil roti satu lagi untuk gandengan promonya. 

Ohya dalam sistem promo buy one get one ini, nanti roti yang dibayar konsumen adalah harga yang termahal. Gratisnya adalah yang harganya leboh rendah. Contoh, saya ambil roti Rp 35 ribu dan Rp 25 ribu, maka saya hanya bayar Rp 35 ribu.

Saat itu saya juga mengambil minuman kekinian yang ditaruh di meja promo. Lalu mengambil satu minuman lagi agar mendapat promo buy one get one. Minuman-minuman ini sudah jadi dan dipajang di sebuah meja.

Sempat mengantri sekitar 10 menit. Begitu selesai membayar di kasir, rasanya lega dan senang. Saya berencana makan dan minum sesampainya di rumah.

Cuaca Surabaya memang sangat panas meskipun sudah memasuki musim hujan. Bahasa Jawanya sumuk, atau dalam bahasa Indonesia gerah. Begitu menghempaskan tubuh di sofa, saya menyalakan televisi ke saluran drama Korea dari televisi berlangganan. Saya meraih sebuah gelas berisi minuman kekinian hasil berburu promo buy one get one.

Dahi saya otomatis mengernyit begitu merasakan sedotan pertama. Kok minuman ini rasanya aneh ya. Agak kecut. Saya membau minuman itu. Kok... seperti ada bau basi. Akhirnya saya membuka tutup kemasan dan memeriksa cairan minuman itu. Aroma minuman basi menguar di udara. Astaga!

Kok bisa ya, minuman basi dijual?
 
Kemungkinan, faktor yang menyebabkan minuman ini cepat basi adalah kandungan susu murninya. Apalagi kalau minuman jadi ini tidak diletakkan dalam pendingin khusus. Saya sempat memotret minuman itu dengan rencana mengirim ke media sosial pengelola kafe secara pribadi.

Saya mencoba minuman satunya. Untungnya, minuman yang ini tidak bermasalah. Masih layak konsumsi. 

Penasaran, saya memeriksa roti-roti yang telah saya beli. Jangan-jangan ada yang bermasalah. Saya mencicip roti isi keju. Memakannya perlahan dengan merobek bagian ujungnya terlebih dulu. Saya menghela napas lega. Aman.

Giliran roti kedua. Saya mencubit bagian ujung dan mengunyahnya. Hmm, rasanya kok aneh. Seperti roti yang sudah jamuran. Masalahnya, roti ini berwarna gelap. Jadi tidak kelihatan apakah benar berjamur atau tidak. 

Jujur saja, saya merasa kesal. Apakah ini unsur kelalaian atau kesengajaan? Entahlah. Saya kembali memotret roti itu juga sebagai bahan komplain untuk dikirimkan dalam bentuk pesan pribadi ke kafe dan bakery bersangkutan.

Selama 30 menit, saya berusaha mengenyahkan kekesalan dan emosi akibat makanan dan minuman kadaluwarsa. Saya mengalihkan emosi dengan menonton drakor di televisi. Walau pikiran saya mengembara. 

Saya kembali memeriksa kemasan roti. Ternyata memang tak mencantumkan tanggal kadaluwarsa. Padahal biasanya roti kemasan merek lain selalu ada tanggal tenggat layak konsumsinya. Saya juga memeriksa kemasan minuman kekinian. Dan ternyata ada stiker kecil--hampir tak terlihat, yang mencantumkan tanggal minuman itu dibuat adalah sehari sebelumnya. 

Duh. Duh!!!


Pelajaran buat saya dan agar tak terjadi pada teman pembaca

Bagaimanapun produk kadaluwarsa tak layak dijual ke konsumen. Sebenarnya kesalahan di penjual atau pengelola kafe/bakery. Namun, ada hal-hal yang bisa dilakukan di pihak konsumen untuk mencegah mengalami hal buruk seperti saya.

1. Kalau ada promo buy one get one, jangan larut dalam euforia. Tetap waspada sebagai konsumen dengan memeriksa kandungan makanan dan minuman yang dibeli. Cek pula tanggal kadaluwarsanya. Apabila produk tidak mencantumkan label tanggal kadaluwarsa, tanyakan dan pastikan pada penjual. 

2. Cek secara fisik produk yang hendak dibeli. Kadang karena promo dan antrian membludak, orang cenderung terbawa suasana ingin cepat dan terburu-buru. Tetap tenang, sehingga akal sehat bisa bekerja. Cek mulai dari kemasan hingga fisik makanan dan minuman.

3. Kalau sebuah toko rutin bikin promo buy one get one, bisa survei dengan datang 30 menit sebelumnya ke lokasi. Cek roti yang ingin dibeli. Lalu tunggu hingga tiba waktu promo, lalu ke kasir. Dengan cara ini, kita juga tak perlu berebut barang dengan pengunjung lain. 

Demikian pengalaman buruk saya saat berbelanja promo buy one get one. Apakah teman pembaca pernah mengalami hal serupa?

Salam,
Kata Nieke





Sabtu, 09 Desember 2023

Kenapa Pengunjung Tak Boleh Bawa Makanan dan Minuman Luar ke Dalam Resto

Pernah dilarang bawa makanan dari luar resto? Ternyata ini alasannya.



Drama Queen di Sebuah Resto

Lagi asyik-asyiknya makan di sebuah restoran dalam mal, tiba-tiba terjadi keributan kecil. Sejumlah pengunjung marah-marah dan menyindir pegawai resto yang berdiri persis di depan pintu masuk. Saya tahu kejadian ini karena duduk di dekat pintu masuk.

Saat itu saya sedang menikmati ramen daging sapi dengan kuah yang kaldunya gurih. Sesuai namanya, mie keriting dengan tekstur agak bergelombang, tebal, kenyal sekaligus empuk, yang tenggelam dalam kuah kaldu. Berpadu dengan irisan daging sapi dengan panjang sekitar 2 cm yang manis bercampur gurihnya kaldu. Yummy yummy.

Saya sedang mempraktikkan mindful eating atau makan dengan kesadaran sepenuhnya. Bahkan ponsel saya letakkan dalam tas agar tidak terdistraksi. 

"Maaf, Bu, Kak, tidak bisa membawa masuk makanan dan minuman dari luar," saya mendengar suara pegawai resto perempuan berbicara dengan sopan.

"Masa tidak bisa, saya pernah di ***** Plasa masuk kok bisa," sahut pengunjung perempuan dengan nada jengkel dan ngeyel. 

Saya melirik ke arah pintu masuk. Terlihat sekitar tiga-empat orang pengunjung. Masing-masing memang membawa makanan dan minuman dari luar. Mulai dari jajan ayam nugget berbumbu, kentang goreng, hingga minuman kekinian seperti cincau dan boba.

Mereka rupanya tidak terima, ketika diberitahu tidak bisa membawa makanan dan minuman dari luar. Sebenarnya di sebelah karyawan resto yang bertugas di depan pintu itu, terdapat sebuah meja kecil. Terlihat beberapa gelas minuman pengunjung resto yang diletakkan di sana, sementara pemiliknya sedang duduk di meja resto menikmati hidangan. Sepertinya mereka enggan meniru pengunjung lain dengan meletakkan jajanan dari luar di meja itu. Maka, mereka meneruskan omelan dengan nada kencang dan menyindir-nyindir. 



Saya teringat masa lalu. Beberapa tahun lalu, saya pernah mengalami hal serupa di sebuah mal lain di pusat kota. Terlanjur beli minuman kemasan, lalu masuk ke sebuah resto masakan Indonesia. Salah seorang karyawan memberitahukan hal serupa kepada saya. Saya lalu menyimpan minuman itu dalam kantong, lalu berujar ke karyawannya.

"Saya memesan minuman dari resto ya, yang saya bawa, saya simpan," kata saya.

Sejak saat itu saya sebenarnya penasaran kenapa resto tidak membolehkan pengunjung membawa makanan dan minuman dari luar. Apakah karena resto tidak mau rugi ya? Ya masuk akal sih. 

Saya juga pernah bertanya pada teman saya yang punya usaha resto. Kalau pengunjung singgah berjam-jam, membawa 'bekal' sendiri, memesan sedikit atau bahkan tidak memesan bukan hanya soal rugi, tapi juga etika. Lagian, kalau bawa makanan sendiri, kenapa tidak memilih makan di food court atau pujasera saja ya.

Apa iya, hanya soal etika? 

*

Kalau Bawa Makanan, Izin Dulu

Saat masih tinggal di Jakarta, saya dan teman-teman pernah booking atau memesan meja di sebuah resto. Ceritanya, kami patungan hendak bikin surprise party atau pesta kejutan sederhana untuk seorang teman yang ulang tahun. Sirkel pertemanan saya punya kebiasaan unik--justru menraktir teman yang ultah, bukan minta ditraktir.

Nah, pesta ulang tahun biasanya kan menyajikan kue tart. Teman saya yang bertugas menyiapkan kue tart, tetiba melapor. 

"Tadi saya nanya ke pihak resto, apakah dibolehkan bawa tart dari luar. Ternyata tidak bisa, gaes," katanya.

"Wah, apa ganti venue (tempat) saja?" sahut teman yang lain.

"Restonya punya atau produksi kue tart, nggak? Kalau iya, tartnya beli sekalian aja di restonya," usul yang lain.

Akhirnya kami memutuskan tetap di tempat yang sama, tapi membeli tart dari resto tersebut. Sebenarnya tidak semua resto menolak. Pada lain kesempatan, kami mencoba resto yang berbeda. Saat kami menanyakan, apakah boleh bawa kue tart ternyata pihak resto membolehkan. Apalagi resto tidak menjual tart.


Lho, kenapa resto yang ini bisa ya? Ternyata ada syaratnya. Kue tart yang dibawa sudah berlabel halal. Pihak resto juga membantu dengan menyediakan piring-piring kecil untuk makan kue tart. Ternyata itu kata kuncinya: label halal.

Kalau pengunjung bertanya atau minta izin terlebih dulu, terhindar dari kejadian tidak mengenakkan. Daripada merasa tersinggung atau dipermalukan, walau ketika diberitahu secara baik-baik. 

Dalam beberapa hal biasanya resto juga membuat pengecualian. Misalnya ketika membawa air minum khusus untuk membuat susu bayi dan anak kecil. 

*

Kewajiban Pemilik Sertifikasi Halal 

Rupanya restoran yang sudah mengantongi sertifikat halal memiliki kewajiban melarang pengunjung membawa makanan dan minuman dari luar. Sertifikat halal menjadi jaminan bahwa makanan yang dijual halal. Demikian pula dengan peralatan dan proses masaknya. Seluruh bahan baku yang digunakan pun harus mempunyai label halal.

Jadi wajarlah, jika sebuah resto memiliki kebijakan tidak membolehkan pengunjung membawa makanan dan minuman dari luar. Tentunya untuk mencegah agar tidak ada makanan non-halal yang dibawa pengunjung dari luar. 

Masih ingat kan, cerita seorang influencer terkenal yang membawa krupuk mengandung babi ke dalam sebuah restoran yang telah berlabel halal. Ia menayangkan momen ia makan krupuk non-halal dicampur makanan halal di resto tersebut di sebuah media sosial. Hebohlah netizen. 

Tak lama, menanggapi viralnya unggahan influencer tersebut, pihak resto merespon dengan menayangkan adegan penghancuran mangkok dan peralatan makanan di media sosial. Penghancuran peralatan makanan tersebut untuk mencegah agar bekas alat makan yang telah digunakan sebagai wadah makanan non-halal, tidak digunakan pengunjung lain. 

Satu orang influencer mengakibatkan penghancuran seluruh alat makan di resto tersebut. Pihak resto kemudian menyatakan akan menggunakan peralatan baru. Artinya, mereka mengeluarkan biaya untuk membeli perabotan baru. Hmm, bayangkan berapa biaya kerugiannya. Belum masalah kredibilitas.



Beruntungnya, si influencer merasa bersalah. Ia juga menyatakan permohonan maaf disertai kesediaan untuk membayar kerugian resto tersebut. Si influencer menunjukkan itikadnya bertanggung jawab. Tidak ada lanjutan tindakan hukum atas insiden ini. 

*

Bagaimana dengan Resto Non-Halal

Resto atau tempat yang menyediakan makanan non-halal pun punya aturan. Pengunjung juga tidak bisa sembarangan membawa makanan dan minuman dari luar. Biasanya lantaran mereka hendak menjaga kualitas makanan dan minuman yang disediakan.

Selain itu, untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Semisalnya saja tetiba ada pengunjung keracunan makanan, yang ternyata akibat kandungan makanan yang dibawanya dari luar. Hal-hal seperti inilah yang dijaga oleh pihak atau pengelola usaha makanan dan minuman.

*

Kesimpulan

Pernah dengar slogan 'pembeli adalah raja'? Slogan itu tentu tidak bisa diterapkan mentah-mentah dalam hal ini. Seandainya pun pembeli seorang raja, raja biasanya adalah pemimpin yang dituntut berwibawa dan bijaksana. Bijaksana dalam mematuhi aturan suatu tempat dan tidak bersikap seenak jidat. 

Bagaimana dengan teman pembaca? Pernah mengalami hal serupa? 


Salam hangat,

Kata Nieke








Minggu, 22 Oktober 2023

Kafe Pisang di Rumah Sakit PHC Surabaya

Kafe Pisang. Baru kali ini menemukan kafe yang membuat saya merasa tak berada dalam rumah sakit.


Kafe Pisang Rumah Sakit PHC Surabaya
Kafe Pisang RS PHC, Perak, Surabaya.
Foto @katanieke


Namanya Kafe Pisang, letaknya di bagian belakang Rumah Sakit PHC (Primasatya Husada Citra) Surabaya. Kafe ini menyediakan berbagai menu sehat (healthy food).

Kafe dalam rumah sakit, mungkin hal biasa. Kebanyakan rumah sakit biasanya punya kafe, kantin, kafetaria di areanya. Saya memutuskan menulis Kafe Pisang bukan hanya lantaran cita rasa makanannya yang enak, juga karena terkesan dengan pelayanannya.

Awal saya mengenal Kafe Pisang sebenarnya pada 2015. Saat itu Bapak saya (kini sudah wafat) dirawat karena stroke. Sayalah yang berjaga dan merawat Bapak di rumah sakit selama sekitar sebulan. 

Bapak saya memperoleh kamar yang dihuni tiga orang pasien. Ranjang Bapak di bagian tengah, dengan tirai di sisi kiri dan kanan yang memisahkan dengan dua pasien lainnya. Pasien yang berada dekat pintu adalah seorang pria seusia Bapak, penderita kanker.

Seorang perawat memberitahu saya keberadaan Kafe Pisang, kala perut saya meronta kelaparan di atas pukul sembilan malam. Sementara warung-warung di seberang rumah sakit sudah tutup. 

Letak kafe itu sebenarnya agak jauh dari posisi ruangan Bapak yang berada di lantai dua. Saya mesti melewati lorong kamar-kamar, lorong jembatan, menuruni tangga, lalu melewati lagi selasar hingga berbelok menuju tempat parkir. Dan akhirnya saya menemukan Kafe Pisang.


Suasana Kafe Pisang di RS PHC yang Instagramable
Suasana depan Kafe Pisang di RS PHC Surabaya.
Foto @katanieke


Kafe itu masih ramai dengan beberapa pengunjung. Kebanyakan juga orang yang menunggui pasien yang sedang dirawat. Rupanya kafe Pisang buka 24 jam dengan sistem shift karyawan. Saya segera meminta buku menu kepada karyawan. 

Usai membaca menu, saya memutuskan memesan nasi goreng Hong Kong dan kentang goreng. 

"Mau dimakan di sini atau mau dibawa ke kamar, Kak?" tanya karyawan pria itu. "Kalau take away, Kakak ke kamar saja, nanti makanannya diantar."

Wow. Ternyata makanannya bisa diantar. Saya memutuskan makan di tempat karena Bapak saya sudah tidur. Saya juga jenuh seharian penuh--berhari-hari di ruangan yang sama. Saya butuh sedikit 'me time'.

Saat dihidangkan, rupanya porsi nasi goreng Hong Kong sangat banyak. Berlimpah. Wah muat tidak ya di perut. Mana masih ada kentang goreng. 

Niat hati mau 'me time' sejenak sambil makan. Namun hati tidak tenang. Soalnya terkadang di atas jam sembilan malam, dokter jaga atau perawat singgah untuk cek pasien kamar. Nasi goreng baru termakan separuh, saya minta dibungkus. Begitu pula dengan kentang gorengnya. Buru-buru saya kembali ke kamar rawat inap Bapak saya.

Kala itu, Kafe Pisang juga melayani pemesanan melalui telepon di resepsionis kamar rawat inap. Biasanya makanan akan diantar hingga meja resepsionis untuk diambil pemesan.  Kalau jaga malam, saya kerap memanfaatkan layanan ini. 

Pelayanan yang baik dan kualitas makanan yang enak dari Kafe Pisang membuat saya terkesan. Toh, saya tak berkunjung kembali ketika Bapak keluar rumah sakit setelah dirawat sebulan. Kafe Pisang tak buka cabang, lokasinya hanya di RS PHC yang letaknya di kawasan Tanjung Perak, Surabaya Utara.

*

Nostalgia Kafe Pisang


Review kuliner, review kafe, kafe Pisang Surabaya
Suasana Kafe Pisang yang bikin lupa kalau ini di rumah sakit.
Foto @katanieke


Beberapa tahun kemudian, sekitar Juni 2023, saya kembali ke RS PHC Surabaya. Saya mengantar Ibu saya untuk pemeriksaan kesehatan. Kunjungan pertama setelah sekian tahun tak menginjakkan kaki di RS PHC. Jadwal dengan dokter waktunya sore. Antrian konsultasi dokter lumayan panjang, sehingga baru keluar sekitar pukul delapan malam.

Lantaran lapar, saya dan Ibu beranjak menuju Kafe Pisang. Sepanjang jalan, melewati lorong dan selasar, ingatan masa saya menemani mendiang Bapak seperti film. Berkelebatan. 

Hingga langkah kaki sampai di depan Kafe Pisang. Saya agak pangling karena bentuk bangunannya telah berubah dan menjadi lebih modern. Mungkin mereka merenovasi agar kafe menjadi lebih nyaman bagi pengunjung.


Desain interior Kafe Pisang RS PHC
Suasana Kafe Pisang di RS PHC Surabaya.
Foto @katanieke


Suasana depan kafe, sebelum pintu masuk, terdapat display sepeda ontel dengan suasana saung. Sebuah meja kayu panjang denga anglo dan wajan dari tanah liat. Mencoba menghadirkan sedikit suasana desa. Hiasannya cukup instagramable, cocok untuk berfoto-foto. Cukup out of the box untuk sebuah kafe yang berada di area rumah sakit. 

Setelah itu, kami memasuki ruang kafe. Semilir sejuk pendingin ruangan menyambut. Dalam kafe berubah total dari kenangan saya. Meja kursi dan hiasan-hiasan ditata sedemikian estetik. Mungkin lantaran sudah malam, kafe tak ramai. Hanya ada satu pengunjung.

Seorang karyawan menyambut dan memberikan menu, ketika kami duduk. "Silakan, Bu," ucapnya.

Banyak menu baru di buku menu. Kebanyakan masakan Indonesia. Nasi goreng Hong Kong favorir saya masih ada. Menu barunya seperti nasi goreng rawon, oseng buntut, sop buntut, sop iga, tongseng, ayam geprek, soto ayam Teluk Bayur, dan masih banyak lagi.

Menu kafe Pisang RS PHC Surabaya
Menu di Kafe Pisang RS PHC Surabaya.
Foto @katanieke


Kami memesan bihun goreng ayam dan mie kuah Pelabuhan. Namanya unik ya, mie kuah pelabuhan. Bikin penasaran. 

Saat menunggu makanan datang, dua pengunjung perempuan masuk ruangan kafe. Karyawan yang tengah berdiri di depan meja kasir yang letaknya dekat pitnu masuk menyambut dengan sopan.

"Mohon maaf, kafenya sudah closed order," katanya.

Ternyata kini Kafe Pisang tidak lagi buka 24 jam seperti beberapa tahun lalu, saat saya berjaga merawat Bapak saya. Sejak pandemi, Kafe Pisang tutup pesanan (closed order) pukul setengah sembilan malam. Kafe ditutup sekitar pukul setengah sepuluh malam.

Tak berapa lama, menu pesanan kami tiba. Bihun goreng ayam menurut saya enak. Tidak pedas. Tidak berminyak. Bikin orang lahap makan. Potongan daging ayam, sayur dan wortel yang dicincang terasa menyatu. Dengan harga hanya Rp 25 ribu, ini sih luar biasa.

Bihun goreng Kafe Pisang RS PHC Surabaya
Bihun goreng ayam ala Kafe Pisang RS PHC Surabaya.
Foto @katanieke


Sementara mie kuah pelabuhan ternyata mie kuah yang dihidangkan dengan mangkok besar. Saya paling suka rasa kuahnya, kaldunya terasa sekali. Bumbunya tak ada micin. Saya bisa merasakan ada campuran kunyit. Ini jadi menu favorit saya. Harganya juga hanya Rp 25 ribu.

Mie Kuah Pelabuhan Kafe Pisang di RS PHC Surabaya
Mie Kuah Pelabuhan ala Kafe Pisang RS PHC Surabaya.
Foto @katanieke


Beberapa menu baru lainnya berkesempatan saya coba saat saya kembali ke rumah sakit mengantar ibu saya periksa dokter.  Menu lainnya rata-rata enak.

Terkesan Pelayanan


Suatu waktu, dokter memberi instruksi ibu saya menjalani operasi. Hari itu Jumat. Saya, ibu, ditemani seorang tetangga berangkat lebih awal ke rumah sakit. Ternyata jadwal agak mundur sedikit, operasi sekitar pukul 13.00 siang. Perawat menyarankan Ibu saya untuk makan siang terlebih dulu. Saat itu masih pukul 11.00.

Bergegas kami ke arah Kafe Pisang. Sayangnya, saat itu kafe sedang bersiap tutup sebentar karena kokinya hendak melaksanakan ibadah Jumatan. Seorang karyawan menyarankan kami ke sebuah kantin.

"Wah, di situ makanannya berminyak. Ibu saya dilarang makan makanan yang berpotensi bikin batuk," kata saya. Saya kemudian menjelaskan, Ibu saya dalam satu jam ke depan akan menjalani operasi. Kami juga bakal tidak sempat kalau harus keluar lokasi rumah sakit.

"Bu, kalau makanannya.yang sudah siap saji, kira-kira berkenan, nggak? Ada soto yang tinggal dihangatkan," ia menawarkan.

Tentu saja kami menerima tawaran itu. Apalagi menu soto itu justru sesuai dengan bayangan saya. Makanan yang hangat. Tak berminyak. "Boleh banget," ucap saya.

Tak sampai sepuluh menit, hidangan sudah disajikan di meja. Kami dipersilakan untuk makan dengan tenang di dalam kafe. Wah, ini sungguh pelayanan yang luar biasa. 

Ibu saya bisa makan dengan tenang. Saya dan tetangga yang menemani pun demikian. Singkat cerita, operasi yang dijalani Ibu saya juga lancar.  Ibu tak rawat inap pasca-operasi. Kami bersyukur hari itu semua berjalan dengan lancar. Salah satunya, tentu juga karena pertolongan makan siang dari karyawan Kafe Pisang.

Lantaran itulah tulisan ini saya buat. Sebagai bentuk penghargaan atas servis yang baik, bukan karena endorsement atau tulisan berbayar. 

Kafe Pisang RS PHC Surabaya
Kafe Pisang RS PHC Surabaya.
Foto @katanieke

Salam, 
Kata Nieke



Kamis, 12 Oktober 2023

Ketika Makanan Tak Sesuai Ekspektasi, Komplain atau Viralkan?

Pernah enggak, kamu memesan makanan lalu ternyata ada sesuatu tidak memuaskan? 

Komplain makanan di resto
Review makanan di restoran. Desain dari kreator Canva.


Pengalaman Tak Menyenangkan Saat Makan


Suatu waktu, siang terik saya memutuskan untuk membeli bakso di tempat langganan saat remaja. Sudah lama saya tak makan di tempat itu, bertahun-tahun malah. Padahal dulu, kala masih berkegiatan di daerah itu saya kerap beli. Tempatnya memang jauh dari tempat tinggal saya. Kebetulan, siang itu saya melewati daerah tempat warung bakso legendaris itu berada.

Kala itu pandemi masih berlangsung. Masih banyak sekolah dan kantor menerapkan berkegiatan dari rumah. Tak heran ketika saya mampir, warung bakso yang biasanya tak pernah sepi itu, justru terlihat melompong. Demikian pula dengan warung-warung lain yang berjejer di sebelahnya. 

Saya bergegas duduk dan memesan semangkok bakso. Di tengah asyiknya makan, saya baru menyadari, ada belatung dalam mangkok saus tomat yang diletakkan di meja. Rasanya ingin muntah. Namun saya menahan diri. Saya memanggil penjualnya.

"Mas, lihat, ini ada belatungnya. Beruntung belum saya tuang ke bakso," ucap saya, masih dengan nada sopan.

Pengalaman nemu belatung di saos tomat saat makan bakso
Pengalaman nemu belatung di saos tomat saat makan bakso. Gambar ilustrasi oleh @katanieke dibuat dengan Canva.


Responnya sungguh mengecewakan saya. Tak ada kata menyesal atau minta maaf. Wajahnya terlihat datar dan tanpa ekspresi. Bahkan ia langsung kembali duduk ke tempatnya semula. Dengan jengkel, saya berdiri dan membawa mangkok saos tomat yang ada belatungnya. Lalu menyodorkan ke tempat ia berada.

"Kok malah dibiarkan? Ini kalau ada pembeli lain bisa termakan. Atau malah kalau pembelinya kesal, sampeyan bisa langsung diviralkan. Warung sampeyan bisa kena imbasnya," tutur saya.

Sejujurnya, sebagai pelanggan sejak lama agak kecewa melihat responnya. Mungkin karena yang melayani kali ini generasi keduanya. Mungkin juga dia agak nge-blank karena pandemi yang memukul ekonomi sedemikian rupa. Kejadian ini saat awal pandemi soalnya. Saya mengenal pemilik generasi pertamanya, saking seringnya dulu datang. 

Pengalaman serupa juga pernah saya alami di sebuah resto dalam mal. Yap, bukan warung seperti cerita sebelumnya. Saat itu saya hendak makan malam dan ingin ayam goreng. Mampirlah ke resto itu.

Saat itu memang long week end, tiga hari libur berturut-turut dengan dua tanggal merah berderet. Suasana resto agak sepi. Mungkin karena sudah pukul setengah sembilan malam. Mal juga tak seramai biasanya. Dugaan saya, long week end biasanya mayoritas orang Surabaya keluar kota.

Ketika memesan menu untuk makan di tempat, saya sempat melihat anak kecoa berjalan-jalan di ujung meja dan bagian atas papan menu. Rasanya agak merinding. Usai membayar dan saya membawa makanan ke meja. 

Lagi asyik-asyiknya makan tetiba ujung mata saya melihat ada kecoa di meja. Refleks saya menjerit karena kaget. "Kecoa!" Lalu mengibaskan tisu di meja. Makhluk itu lari ke bawah meja. Saya memutuskan pindah meja. Seorang karyawan resto tersebut hanya melongok dari pintu dapur, tapi tak melakukan apa-apa.

Saya kemudian berdiri dan berjalan ke meja kasir. Saya melapor bahwa ada kecoa dan meminta dia melihatnya sendiri. Si karyawan kemudian datang membawa alat kebersihan berupa sapu dan cikrak. Namun responnya mengecewakan.

"Mana kecoanya?" Nadanya seolah mempertanyakan, alih-alih memeriksa meja. 

Belum saya membuka mulut untuk menjawab, kecoa itu kembali muncul ke atas lalu lari ke sisi lain. "Tuh!" ucap saya.

Karyawan itu sempat terkejut saat melihat kecoa. Buru-buru ia menangkap dan menepis dengan sapunya. "Ada juga tadi saya lihat di meja kasir," saya menambahkan.

Kecoa di restoran di mal
Ceritaku ketemu kecoa saat makan di restoran di mal. Ilustrasi dibuat dengan Canva oleh@katanieke


Karyawan itu kembali masuk ke dapur tanpa mengucapkan apa-apa. Bersikap seolah tak ada apa-apa. Saya terheran-heran, paling tidak situasi demikian ada pernyataan maaf karena konsumen tidak nyaman. 

Saya sempat melihat-lihat siapa tahu ada manajernya. Sekadar menyampaikan keluhan soal kebersihan dan kenyamanan buat konsumen. Namun tak kelihatan. 

Kebetulan saja saya mengenal pengelola, yang adalah sang atasan manajer. Saya memutuskan mengirim pesan lewat aplikasi perpesanan ponsel. Tentu saja menyampaikan insiden tak mengenakkan ini secara baik-baik dan berharap bisa menjadi evaluasi masukan agar gerainya tetap ramai. 


Ketika Resto Piawai Tangani Komplain


Tak selamanya pengalaman 'menyeramkan'. Saya juga mempunyai pengalaman menyenangkan justru ketika mengalami hal tak enak saat memesan makanan. Suatu sore, saya datang ke sebuah resto dalam mal bersama dua kerabat. Kami memesan teh, kentang goreng, dan pisang coklat keju sebagai camilan.

Tak butuh waktu lama, teh pesanan tiba. Sepiring pisang coklat keju menyusul sekitar tujuh menitan. Saya menyesap teh manis panas perlahan-lahan sambil menikmati aroma melatinya. Sementara bibi saya meraih garpu hendak mencicip sepotong pisang coklat keju.

Mendadak raut wajah bibi saya berubah. Dahinya mengerut. Alisnya kemudian terangkat. Ia meletakkan kembali sisa sepotong pisang di piring kecilnya. "Kok rasanya agak sepet ya pisangnya?" ucapnya.

Ia mencuil ujung pisang lain yang terhidang di piring utama. Ternyata rasanya sama. Sepet. Bibi saya melambaikan tangannya, memanggil salah satu karyawan resto tersebut. Seorang perempuan menghampiri meja kami.

"Ada yang bisa dibantu, Bu?" tanyanya.

"Mbak, ini pisangnya sepet. Coba dibawa dan dicicipi," kata Bibi saya.

"Wah mohon maaf, Bu. Ini saya bawa kembali ke dapur untuk diperiksa. Nanti kami ganti yang baru ya," jawabnya. Sopan sekali.

Tangannya meraih piring berisi pisang keju di meja kami dan membawanya ke sebuah ruangan. Antara ruangan itu dengan ruangan resto terhubung sebuah jendela dengan meja kecil. 

"Ada komplain pisang kejunya sepet," kata karyawan perempuan itu pada seseorang di balik ruangan. Melalui jendela kecil itu, ia menyodorkan sepiring pisang keju yang tadi dihidangkan kepada kami.

Pengalaman saat menyampaikan komplain ke resto. Berujung dapat kompensasi menu baru. Ilustrasi pisang keju dibuat dengan Canva oleh @katanieke


Sekitar dua menit kemudian, karyawan perempuan itu menghampiri meja kami kembali. "Ditunggu ya, Bu. Kami buatkan kembali yang baru," ucapnya.

Sambil menunggu, kami menikmati kentang goreng atau french fries. Beberapa menit kemudian, karyawan perempuan itu kembali ke meja kami.

"Bu, mohon maaf. Tadinya kami mau buatkan pisang keju kembali, tapi setelah kami cek stok pisang, ternyata semuanya rasanya sepet. Apakah berkenan kalau kami ganti dengan menu yang harganya sama?"

"Gapapa, Mbak," Bibi saya menyambut dengan sumringah. Ia terkesan dengan respon karyawan resto ini.

Karyawan perempuan itu menyodorkan buku menu. Bibi saya menoleh pada saya, meminta rekomendasi makanan.

"Gimana kalau singkong keju? Ini harganya sama dengan pisang keju," kata saya sembari jemari menunjuk gambar di buku menu.

Bibi saya mengangguk-angguk tanda setuju. "Mbak, singkong keju ya," ucapnya kepada karyawan resto.

Karyawan itu segera mengambil kembali buku menu. "Baik, Bu. Mohon ditunggu ya," katanya.

Tak butuh waktu lama, kira-kira 10 menit, sepiring singkong keju sudah terhidang di meja kami. Saat kami cicipi, rasanya memuaskan. Enak. Singkongnya empuk. Rasanya gurih bercampur dengan keju. Cocoklah jadi teman santapan sambil minum teh hangat.

Saat kami pulang, karyawan resto mengucapkan terima kasih. "Ditunggu kedatangannya kembali," ucapnya.

Jujur, saya sangat terkesan. Itu sebabnya saya selalu mengunjungi resto itu, sampai sekarang. Mereka tak takut komplain. Cara mereka menghadapi komplain juga bagus. Pelanggan puas. Citra resto juga bagus.

Pengalaman komplain malah dapat kompensasi dari restoran
Pengalaman mendapat respon baik saat komplain di restoran. Ilustrasi dibuat dengan Canva oleh @katanieke


Apa yang saya pelajari dari cerita ini? 

1. Saya memprediksi, para karyawan di resto ini telah mendapat pelatihan bagaimana menghadapi konsumen dan komplain. Memang sebaiknya sebuah usaha makanan dan minuman menyiapkan diri jika menghadapi komplain. Kalau perlu bikin SOP (Standar Operation Procedure).

2. Jangan reaktif. Jangan pula cuek ketika konsumen menyampaikan uneg-unegnya. Justru itu bisa jadi peluang sebuah resto menjadikan konsumen loyal, apabila ditangani benar.

3. Apabila komplain menyangkut hal kebijakan yang karyawan tak punya wewenang, bisa dicatat untuk disampaikan ke atasan.

Bagaimana pula dari sisi konsumen? Perlukah konsumen membuat keributan dan menjadi drama queen saat menyampaikan komplain?

1. Sampaikan komplain dengan kalimat yang baik dan jelaskan dengan detail agar pihak resto paham.

2. Attitude adalah kunci. Tak perlu mengancam apalagi membawa-bawa label status sosial. Contohnya: 
-"Kamu tidak tahu, saya siapa? Saya ini... blabalabla."

-"Saya ini influencer! Kamu tahu berapa pengikut saya di media sosial?"

Jangan lakukan itu. Please, itu malu-maluin diri sendiri. Jadilah elegan.

3. Sebaiknya sampaikan komplain langsung ke pihak resto ketimbang merekamnya lalu langsung mempostingnya ke dunia internet. Kita tidak bisa memprediksi bagaimana reaksi netizen di dunia maya. Jangan sampai hal itu jadi bumerang bagi diri sendiri. Ingat, jarimu harimaumu. Kita juga bisa menyebabkan sebuah usaha tutup, bangkrut, lalu karyawannya mengalami pemutusan hubungan kerja.

4. Menyampaikan komplain secara langsung dan baik, justru membuat konsumen diingat dengan baik pula. Saat kunjungan berikutnya, mereka akan memastikan konsumen mendapat layanan yang baik. Bahkan, bukan tidak mungkin mereka menunggu saran lainnya.

Barangkali teman pembaca pernah mengalami hal serupa. Bolehlah berbagi di kolom komentar tanpa menyebutkan brand atau nama tertentu, agar tidak terkena pasal pencemaran nama baik.

Salam,
Kata Nieke










Senin, 09 Oktober 2023

Review Resto Seoul Bunsik, Nuansa Korea di Tunjungan Surabaya

Ramainya resto makanan Korea Seoul Bunsik di Jalan Tunjungan Surabaya bikin saya penasaran. Pengunjung sampai mengantri di trotoar.

Seoul Bunsik Tunjungan Surabaya kuliner Korea
Seoul Bunsik, resto makanan Korea di Tunjungan, Surabaya.
Foto oleh @katanieke

*

Sudah sejak lama saya dan bestie Effie ingin menjajal makanan Korea di Seoul Bunsik, Jalan Tunjungan Surabaya. Sebenarnya ide ini datang dari Effie. Kami berencana bertemu, ngobrol sambil makan. Lalu terlontarlah ajakan itu.

"Niek, kamu tahu enggak di Jalan Tunjungan itu ada resto Korea?" tanya Effie.

Hah? Waduh, padahal saya kerap wira-wiri jalan Tunjungan tapi kok ketinggalan info soal ini ya. "Oya? Sebelah mana?"

Effie kemudian membuka mesin pencari Google di ponselnya. Ketik nama resto, tadaaa... keluar Seoul Bunsik, alamat, berikut beberapa fotonya. Ia menunjukkan temuannya di layar ponsel.

"Owww, padahal sering lewat jalan Tunjungan. Kok enggak pernah merhatiin ya," saya bergumam.

"Sepertinya ini di sisi sebelah kanan Tunjungan," ucap Effie setelah membuka peta di Google.

"Boleh, yuk kita cobain."

Effie menyalakan mesin mobilnya. Cuaca siang itu terik. Saat itu sekitar pukul setengah satu siang. Perut juga sudah meronta-ronta. Kami berencana makan siang di Seoul Bunsik.

Kuliner Korea Seoul Bunsik di Surabaya
Seoul Bunsik Tunjungan Surabaya.
Foto oleh @katanieke

Sesampainya di Jalan Tunjungan, mobil sengaja melipir di sisi kanan. Mobil diparkir di tempat khusus parkir mobil yang kami perkirakan letaknya tak begitu jauh dari Seoul Bunsik. Lalu kami berjalan kaki.

Ternyata memang tidak jauh. Sayangnya, kami hanya dapat menatap bangunan resto Seoul Bunsik yang masih tertutup separuh tirai besinya. Di pintu terpampang tulisan 'Closed'. Ah! Rupanya Seoul Bunsik baru buka pukul lima sore. Effie membuka ponselnya dan mencermati hasil pencariannya di Google.

"Ya ampun, aku tadi lupa lihat jam bukanya. Ternyata ada di sini, memang buka jam 5 sore," tuturnya.

Akhirnya kami memutuskan jalan sepanjang Jalan Tunjungan, masuk ke Pasar Tunjungan dan memilih salah satu resto di sana. Toh, kami masih penasaran dengan Seoul Bunsik. Maka kami pun merencanakan kembali untuk makan bersama di sana, di waktu berikutnya.

Kali ini kami merencanakan dengan matang agar tidak kecele. Bahkan, kami janjian memakai dress code: baju seragam SMA ala drama Korea. Alhasil saya jadi riset nonton trailer drakor-drakor yang tokohnya anak SMA. Mengamati baju seragamnya seperti apa. 

Kebetulan saya baru saja menuntaskan nonton B*tch X Rich yang pemeran utamanya Yeri Red Velvet. Suka banget dengan seragam SMA yang pakai blazer. Langsung deh buka lemari, cari-cari blazer, kemeja putih, dan rok hitam selutut. Nemu! Plus, saya kreasikan dengan vest warna coklat. Lumayan juga untuk orang yang enggak pernah beli baju baru selama 10 tahun. (Iya, saya diet pakaian demi lingkungan).

Lantaran kami kini tahu Seoul Bunsik buka sore, maka jam janji bertemu pun menjadi pukul 4 sore di Indomaret Jalan Tunjungan. Bangunan Indomaret persis berada di sebelah Seoul Bunsik. Sambil menunggu, kami duduk-duduk dulu sambil ngeteh atau ngopi di Points Indomaret.

Saat saya datang, ternyata Effie sudah tiba duluan di Indomaret Tunjungan. Ia memilih kursi meja yang berada di sisi luar bangunan. Pakaian Effie tak kalah keren dan mengandalkan koleksi pakaian yang sudah ada. Rok selutut, kemeja putih dan sweater warna abu-abu. Persis gaya-gaya seragam SMU di drakor.

Pukul lima sore, kami sudah melihat antrian pengunjung di depan Seoul Bunsik. Jadi kami memutuskan menunggu antrian mereda. Menjelang pukul setengah enam, kami beranjak ke Seoul Bunsik.


Review Seoul Bunsik

Bangunan resto Seoul Bunsik menyerupai resto street food ala Korea. Pada sisi sebelah kanan terdapat kaca putih besar yang memperlihatkan tempat memesan makanan beserta beberapa hidangan. Kayak masakan Padang itu lho, kan biasanya ada yang dipajang di meja kaca. Sementara di sisi kiri dindingnya dicat oranye, terdapat cermin. Pintu masuk tepat di tengah.

Kuliner Korea di Surabaya
Seoul Bunsik di Jalan Tunjungan Surabaya.
Foto oleh @katanieke

Menu resto dipasang di sisi jendela kaca agar orang yang berada di luar bangunan bisa mengetahui menu sebelum memutuskan masuk. Seorang karyawan resto pria mengenakan seragam berdiri dekat pintu masuk sambil membawa buku menu.

"Ada yang bisa dibantu, Kak?" ia bertanya ketika melihat saya sedang membaca menu yang terpasang di jendela kaca.

"Ya, kami mau makan di sini," jawab saya. Saya dan Effie menunjuk nama makanan yang kami minati di menu.

"Untuk menu ramyeon, itu porsinya sangat banyak, Kak. Jadi bisa untuk dua orang. Nanti disediakan mangkok dan peralatan makan," dia menjelaskan.

Kemudian ia mempersilakan kami masuk, apalagi bagian dalam sudah tidak terlihat antrean. Begitu memasuki ruangan, kami disambut ucapan "annyeonghaseyo" dengan pengucapan logat Korea. Seorang pria yang tekstur wajahnya khas Korea yang mengucapkannya. Ia berpakaian kasual. 

Food review Seoul Bunsik Tunjungan Surabaya
Seoul Bunsik di Jalan Tunjungan Surabaya.
Foto oleh @katanieke

Kami dipersilakan memesan langsung di kasir. Selain ramyeon, saya dan Effie tertarik memesan tteobokki. Kasir menjelaskan bahwa tteobokki pedas. Wah, jujur saja, saya orangnya tidak kuat makan makanan pedas. Bertolak belakang dengan Effie. Akhirnya saya pesan gimbab dengan cheddar yang kejunya mantul banget. 

Usai membayar kami diberi sebuah alat berukuran kecil yang akan berbunyi apabila hidangan telah siap. Pengunjung mesti mengambilnya sendiri ke bagian kasir. Sambil menanti, saya dan Effie naik ke lantai dua. Kami memutuskan duduk di sana.

Sekitar lima belas menit, alat kecil itu berbunyi. Saya turun ke bawah mengambil makanan yang kami pesan. Sebelum makan, kami memotret-motret makanan dulu. 

Saya terkesan dengan porsi ramyeon yang benar-benar jumbo. Mangkoknya saja super besar. Rupanya karyawan yang tadi menjelaskan kepada kami tidak hiperbola, tapi realita. Sementara gimbab keju cheddar panjangnya sekitar 30 sentimeter dengan ukuran yang montok. 



Ramyeon sebenarnya pedas. Entah kenapa lidah saya masih bisa toleransi. Kuah ramyeonnya itu segar dan seperti ada rasa kimchinya. Warna kuahnya merah menggoda dengan aroma yang sedap. Sementara gimbabnya pulen. 

Effie memutuskan memesan tteobokki. Ia turun ke bawah. Sekitar lima menit kemudian, ia kembali ke meja sudah dengan membawa sepiring tteobokki di tangannya. Penampakan tteobokki? Huaduh, kuahnya lebih merah daripada ramyeon. Dan memang, tteobokki ini di lidah saya terasa pedas--walau menurut Effie level pedasnya biasa saja. Hahaha. 

Tteobokki di Seoul Bunsik
Tunjungan Surabaya. Foto @katanieke

Saya mengambil tteobokki ke mangkok kecil saya dan menyiramnya dengan kuah ramyeon. Mengaduk-ngaduknya sebentar dengan harapan rasa pedasnya bisa dinetralisir dengan kuah ramyeon. Lalu memasukkan potongan kecil ke mulut. Aha, berhasil. Tteobokkinya jadi tidak pedas!

Saya dan Effie merasa makanan ini cocok di lidah. Entah apakah karena kami juga penggemar drama Korea. Saya juga terkesan dengan pelayanan resto yang cukup sat-set dan karyawan yang sanggup menjelaskan detail menu makanan ke pengunjung.

Kami berencana balik lagi ke Seoul Bunsik untuk mencicip bingsoo--semacam es campurnya atau es telernya Korea.

Seoul Bunsik, Jalan Tunjungan no. 64 Surabaya (sebelah Indomaret). 

Buka pukul 17.00-22.00.


Salam, 

Kata Nieke

Senin, 05 Desember 2022

10 Manfaat Kencan #SuamiIstriMasak, Bukan Cuma Kesetaraan Gender

Kolaborasi #SuamiIstriMasak ternyata banyak manfaatnya. Kencan di dapur bisa bikin hubungan makin hangat seperti Titi Kamal dan Christian Sugiono. 

10 Manfaat Kencan #SuamiIstriMasak, Bukan Cuma Isu Setara
Kencan #SuamiIstriMasak di dapur, kenapa tidak?
Foto pribadi. Desain Canva oleh Nieke.