Jumat, 18 Oktober 2024

Kabut Berduri di FFI 2024 dan Sanja Sang Alpha Female

Karakter Sanja di film Kabut Berduri adalah angin segar yang mendobrak stereotip perempuan.






Kabut Berduri masuk menjadi salah satu nominasi dalam kategori Film Cerita  Panjang Terbaik di Festival Film Indonesia (FFI) 2024.  Film yang tayang di Netflix ini menampilkan tokoh utama perempuan dengan profesi yang didominasi laki-laki.



Kabut Berduri merupakan film dengan genre crime investigation-thriller dengan seting perbatasan Kalimantan-Malaysia. Sebuah genre yang langka di dunia perfilman Indonesia. 

Film Kabut Berduri bersaing dengan empat film lainnya di kategori yang sama dalam FFI 2024. Antara lain: Crocodile Tears, Jatuh Cinta Seperti di Film-film, Samsara, dan Siksa Kubur.

Film besutan Edwin ini juga masuk nominasi di beberapa kategori FFI 2024 yang lain. Kategori Sutradara Terbaik misalnya, Edwin berhadapan dengan Garin Nugroho (Samsara), Joko Anwar (Siksa Kubur), Tumpal Tampubolon (Crocodile Tears), dan Yandy Laurens (Jatuh Cinta Seperti di Film-Film). Adapun Edwin pernah meraih penghargaan FFI 2022 untuk kategori Sutradara Terbaik dan Penulis Skenario Adaptasi Terbaik untuk film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas.

Tak hanya itu, Film Kabut Berduri masuk nominasi untuk kategori Penulis Skenario Asli Terbaik (Ifan Ismail, Edwin),  kategori Pemeran Utama Pria Terbaik (Yoga Pratama),  kategori Pemeran Pendukung Pria Terbaik (Lukman Sardi), kategori Pengarah Sinematografi Terbaik (Gunnar Nimpuno I.C.S), kategori Penata Efek Visual Terbaik (Lumine Studio), kategori
Penata Musik Terbaik (Abel Huray, Dave Lumenta),  kategori Penata Suara Terbaik (
Tommy Fahrizal, Wahyu Tri Purnomo), kategori Penata Rias Terbaik (Cherry Wirawan), dan kategori Penata Busana Terbaik (Muthiara A. Rievena Putri).

Daftar nominasi Piala Citra 2024 tersebut diumumkan 18 Oktober 2024 yang disiarkan langsung dari Museum Vredeburg, Yogyakarta. Para pemenang dari setiap kategori akan diumumkan pada acara puncak FFI 2024 yakni 20 November 2024 mendatang.

Sayangnya, Putri Marino tidak masuk nominasi kategori pemeran utama perempuan terbaik. Padahal tokoh Sanja Arunika yang diperankannya memiliki karakter yang menarik.


Sinopsis Film Kabut Berduri


Dikisahkan, Sanja adalah seorang detektif perempuan dari Jakarta yang menyelidiki kasus pembunuhan berantai misterius di daerah perbatasan Indonesia-Malaysia di Kalimantan. Untuk memerankan Sanja, Putri Marino memangkas rambutnya hingga bondol. 

Sanja sebagai tokoh utama perempuan adalah cermin perempuan dengan tipe kepribadian alpha female. Disebut juga perempuan alfa. Sebutan alpha female untuk menggambarkan perempuan berkarakter kuat, tegas, dan dominan. 

Itulah karakter Sanja, detektif dari Jakarta yang berani ke daerah perbatasan, masuk ke hutan dan pedalaman. Ia berjiwa pemimpin, tegas, dominan, kuat kemauan, serta percaya diri. Menariknya, karakter Sanja juga digambarkan tak sempurna. Dalam cerita, ia juga punya luka trauma masa lalu.

Dalam upaya memecahkan kasus pembunuhan berantai, Sanja memasuki pedalaman hutan Kalimantan. Menemukan kasus perdagangan manusia, berhadapan dengan birokrasi dan oknum yang licik, konflik antar suku, serta kepercayaan mistis warga lokal.

Film Kabut Berduri sejatinya memang menarik. Film yang tayang di Netflix ini memperlihatkan kearifan lokal, memperkenalkan bahasa setempat, kepercayaan dan budaya suku-sukunya. Misalnya budaya suku Dayak.

Segala keunikan dalam film Kabut Berduri tentunya tidak lepas dari hasil riset tentang daerah perbatasan Indonesia-Malaysia. Para kru film mengembangkan cerita berdasarkan riset antropolog Indonesia Dave Lumenta pada 2000. Kru film melakukan riset kembali untuk memperdalam informasi pada 2012.

Hasilnya adalah sebuah film yang tak hanya bikin penonton merinding dengan kasus pembunuhan. Namun juga membuat penonton melek akan isu konflik perbatasan, sosial, budaya, dan lingkungan yang berada di sana.



Sanja, Tokoh Utama Perempuan yang Mendobrak Stereotip


Melihat karakter perempuan alpha female  dalam film di Indonesia sungguh menyegarkan. Biasanya tokoh perempuan dalam film di Indonesia masih banyak yang terjebak dalam stereotipe perempuan serta standar kecantikan dan sosial perempuan.

Tokoh Sanja juga adalah cerminan perempuan yang berada di dunia profesi yang di mata masyarakat adalah ranah kerja dan dominasi laki-laki. Sanja berhadapan dengan kejahatan, jenazah dalam kondisi mengenaskan dan vulgar. Sebuah dunia dan profesi yang dilabeli dengan kata maskulin, keras, dominasi laki-laki.

Mengacu Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), stereotip adalah konsepsi mengenai sifat suatu golongan berdasarkan prasangka yang subjektif dan tidak tepat. Sementara menurut Office of the United Nations High Commissioner for Human Rights (OHCHR) atau Kantor Komisioner Tinggi untuk Hak Asasi Manusia, stereotip berdasar gender terjadi ketika terdapat pemberian label, atribut, karakteristik, atau peran tertentu kepada perempuan atau laki-laki dalam kelompok sosial, yang menyebabkan  pelanggaran hak asasi manusia dan kebebasan fundamental. 

Contohnya perempuan harus lemah lembut, laki-laki kuat dan tegas. Pandangan disebut masuk stereotip apabila perempuan bersikap kuat dan tegas dianggap salah. Sebaliknya ketika laki-laki memiliki sisi lemah lembut seperti soft spoken, dianggap tak jantan.

Lantaran itulah, jangan heran kalau penonton kerap menemui karakter perempuan di film yang lemah, tak berdaya, penakut, menunggu ditolong laki-laki, yang hanya bisa berteriak ketakutan melihat konflik. Atau perempuan dengan rambut panjang, berkulit putih, tinggi, langsing seperti standar kecantikan media yang tak sesuai dengan realita. 

Dalam stereotip, perempuan digambarkan emosianal dan tak rasional sehingga dianggap tak sesuai di profesi tertentu yang dianggap ranah pria. Padahal tak sedikit perempuan yang sebenarnya ahli dalam eksakta, sains, kalkulasi. Perempuan juga memiliki kemampuan dalam menggunakan rasionalitasnya dalam mengolah dan mengatasi sesuatu.

Pelabelan dan stereotip semacam ini menyebabkan perempuan kerap mengalami diskriminasi dalam pendidikan dan karirnya. Demikianlah, tokoh Sanja yang mendobrak stereotip perempuan. Bersuara tentang kesetaraan gender tanpa menggurui. 

Nieke Indrietta


Referensi:

Akun resmi FFI 2024 @festivalfilmid https://www.instagram.com/festivalfilmid

https://www.kompas.com/hype/read/2023/03/03/192210966/netflix-umumkan-kabut-berduri-putri-marino-beri-bocoran-di-lokasi-syuting

https://klasika.kompas.id/baca/sinopsis-film-kabut-berduri-2/

https://www.ohchr.org/en/women/gender-stereotyping


21 komentar:

  1. Waaww ini kayak judul bukunya Henry Manampiring, kupikir itu. Ternyata eh ada filmnyaa ini. Penasaran sama keseluruhan kisahnya

    BalasHapus
  2. Ceritanya cukup menarik dan tentunya bikin penasaran bagaimana eksekusi seorang alpha female di film ini. Sampai masuk nominasi FFI 2024, pastinya film ini menyuguhkan cerita yang seru.

    BalasHapus
  3. aku belum nonton nih film ini, mbak. mungkin karena genrenya thriller nih makanya belum semangat nontonnya

    BalasHapus
  4. Menarik sekali ulasan film Kabut Berduri
    Cerita tentang alpha female ya
    Tapi kok tumben Putri Marino nggak masuk nominasi

    BalasHapus
  5. Hmm sepertinya film ini menark ya kak. Jadi pengen nonton juga. Ada di channel streaming kah?

    BalasHapus
  6. Lihat seliweran promo film ini, aku langsung tertarik sama penampilan putri Marino, beda sekali dari penampilan akting biasanya. Sayangnya tidak masuk nominasi ya, tp emang keren banget sih filmnya, berbeda dengan tema film Indonesia umumnya

    BalasHapus
  7. Genre film seperti ini yang menjadi favorit saya. By the way, judul Kabut Berduri rasanya tidak asing. Seperti judul film zaman dulu. Namun, saat membaca sinopsisnya, cerita ini tidak familier. Sayang, ya, Putri Marino tidak masuk nominasi pemeran utama wanita terbaik.

    BalasHapus
  8. waw keran amat film Kabut Berduri, sayangnya aku baru tahu. Huhu
    noted nih buat asupan nonton nanti malam. Penasaran juga sama tokoh Sanja

    BalasHapus
  9. Sering lewat iklannya Kabut Berduri pas nonton YouTube. Kayaknya bagus ya ceritanya. Apalagi ada "Bu Tejo" yang perannya agak berbeda juga di sini

    BalasHapus
  10. Terimakasih reviewnya mba....film bagus ini, harus ditonton apalagi pemerannya Putri Marino, saya suka banget actingnya selalu keren. hihihi iya banget film Indonesia yang memerankan perempuan Alfha emang jarang banget seringnya sebagai wanita lemah dan tersakiti menye menye menye

    BalasHapus
  11. Jadi penasaran dengan filmnya secara saya suka film yang mengangkat isu kearifan lokal. Apalagi dalam proses pembuatannya dilakukan riset 2 x

    BalasHapus
  12. Wah jadi pengin nonton. Kalau film indonesia saya suka dengan tema crime gini, mbak daripada yang cinta cintaa mulu. dan saya sangat kudet, ternyata ada lagi ya anugerah FFI.

    BalasHapus
  13. Wah aku tidak ragu dengan ke kecean dari film ini apalagi yang main putri marino. Ditambah lagi dengancerita yang ga biasa ya. Menarik mbak, ulasanmu juga kayak informasi.

    BalasHapus
  14. Menariik..
    Aku nonton Putri Marino yang curhat abis-abisan di podcast Densu. Rasanya karakternya menjadi nyata saat menonton film Kabut Berduri yaa.. karena timnya bekerja keras, pun para aktornya yang totalitas memerankan masing-masing karakternya.

    Kalau dua tayang di NF mah, gass...

    BalasHapus
  15. Ngomongin soal stereotip emang iya sih. Cewek tuh dianggap sebagai seorang yang lemah dan tidak berdaya tanpa peran cowok. Pun demikian sama cowok. Kudu yang dominan. ndak boleh lemah lembut.
    Sanja nih keren dong ya. Mendobrak stereotip itu. Jadi pingin nonton akutu.

    BalasHapus
  16. Tokoh Sanja yang mendobrak stereotip gender adalah representasi penting dari perjuangan kesetaraan yang tidak menggurui tetapi menginspirasi. Ia menunjukkan bahwa kesetaraan gender bukan sekadar slogan, melainkan kebutuhan nyata dalam menciptakan lingkungan kerja dan belajar yang lebih adil dan inklusif. Upaya seperti ini adalah langkah penting untuk mendorong perempuan agar lebih percaya diri dalam mengejar minat dan bakatnya tanpa terkendala oleh label atau stereotip yang sudah ketinggalan zaman.

    BalasHapus
  17. Jalan ceritanya seru nih, jarang-jarang film indo ngangkat cerita detektif dengan sudut pandang detektif wanita. Bisa nih jadi temen nonton malming besok... :D

    BalasHapus
  18. Putri Marino memang sangat keren kalau sudah di dunia acting. Sepertinya peran apapun bakal dia lahap habis loh.
    Terkait stereotip perempuan, saya paling gemes kalau yang menyampaikan justru tokoh agama. Ini bikin jengkel sih, mungkin tidak salah, tapi biasanya membawa opini pribadi, misalnya ustadz kondang yang menuturkan bahwa perempuan itu adalah manusia yang lamban, dominan perasaan, dan "rela direndahkan". Misalnya beliau mencontohkan, bayi laki-laki tidak akan mau disuruh makan sesuatu yang dilemparkan, sedangkan bayi perempuan masih mau memungut makanan yang dilemparkan itu.

    Entah ya, mungkin kaum perempuan disekitarnya juga sudah dibentuk supaya begitu, lalu dikuatkan lagi dengan ceramah dan dogma-dogma. Makin nyata deh akhirnya.

    Puncaknya, saya semakin geregetan saat Ust tersebut mengatakan bahwa sebenarnya kaum perempuan itu bukan tipe pencemburu saat dipoligami, yang penting kulkas mereka penuh.

    Sungguh saya gak habis pikir, perempuan benar-benar hanya dianggap sebagai entitas fisik dan emosi saja. Bahkan lebih jauh lagi, dikatakan bahwa alasan laki-laki boleh poligami karena laki-laki beraktivitas di luar rumah dan bisa tergoda secara syahwat oleh perempuan lain. Jadi, saat ada syahwat itu, bisa mencurahkannya dengan menikah lagi atau mencurahkan nafsu itu ke istri.

    Sedangkan perempuan itu lebih aman karena berada di rumah. Saya masih saja gak ngerti, apakah kondisi itu yang disebut 'aman'? Perempuan mana yang merasa aman dalam rumahnya sendiri jika ia berfungsi sebatas penyalur syahwat, dianggap bisa diduakan kapan saja, yang setiap keputusannya harus dibatasi oleh ego suami.

    BalasHapus
  19. Wahh apakah ada genre genre thriller crime di sini? :D
    Penasaran banget sama filmnya gara gara baca ini. Menarik banget mbaakk. Makasih yaa, masuh watchlist nihh

    BalasHapus
  20. Film kawat berduri ini sepertinya cocok banget untuk mendobrak stereotip perempuan dan standar kecantikan perempuan ya kak. Aku jadi penasaran banget pengen nonton filmnya nih.

    BalasHapus
  21. Saya suka banget dengan genre film seperti ini. Minim menye-menye, juga menantang adrenalin penontonnya. Apalagi film ini disertai dengan riset mendalam dari para kru nya. Keren banget pokoknya!

    BalasHapus

Hi... terima kasih sudah mampir dan membaca blog saya. Mohon berkomentar dengan sopan, tidak meninggalkan spam, tidak menggunakan LINK HIDUP di kolom komen. Sebelum berkomentar, mohon cek, apakah Anda sudah memiliki profil di akun Anda. Profil tanpa nama atau unknown profil tidak akan diterima berkomentar. Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, sebaiknya tidak gunakan akun anonim.

Salam.