Pernah dilarang bawa makanan dari luar resto? Ternyata ini alasannya.
Drama Queen di Sebuah Resto
Lagi asyik-asyiknya makan di sebuah restoran dalam mal, tiba-tiba terjadi keributan kecil. Sejumlah pengunjung marah-marah dan menyindir pegawai resto yang berdiri persis di depan pintu masuk. Saya tahu kejadian ini karena duduk di dekat pintu masuk.
Saat itu saya sedang menikmati ramen daging sapi dengan kuah yang kaldunya gurih. Sesuai namanya, mie keriting dengan tekstur agak bergelombang, tebal, kenyal sekaligus empuk, yang tenggelam dalam kuah kaldu. Berpadu dengan irisan daging sapi dengan panjang sekitar 2 cm yang manis bercampur gurihnya kaldu. Yummy yummy.
Saya sedang mempraktikkan mindful eating atau makan dengan kesadaran sepenuhnya. Bahkan ponsel saya letakkan dalam tas agar tidak terdistraksi.
"Maaf, Bu, Kak, tidak bisa membawa masuk makanan dan minuman dari luar," saya mendengar suara pegawai resto perempuan berbicara dengan sopan.
"Masa tidak bisa, saya pernah di ***** Plasa masuk kok bisa," sahut pengunjung perempuan dengan nada jengkel dan ngeyel.
Saya melirik ke arah pintu masuk. Terlihat sekitar tiga-empat orang pengunjung. Masing-masing memang membawa makanan dan minuman dari luar. Mulai dari jajan ayam nugget berbumbu, kentang goreng, hingga minuman kekinian seperti cincau dan boba.
Mereka rupanya tidak terima, ketika diberitahu tidak bisa membawa makanan dan minuman dari luar. Sebenarnya di sebelah karyawan resto yang bertugas di depan pintu itu, terdapat sebuah meja kecil. Terlihat beberapa gelas minuman pengunjung resto yang diletakkan di sana, sementara pemiliknya sedang duduk di meja resto menikmati hidangan. Sepertinya mereka enggan meniru pengunjung lain dengan meletakkan jajanan dari luar di meja itu. Maka, mereka meneruskan omelan dengan nada kencang dan menyindir-nyindir.
Saya teringat masa lalu. Beberapa tahun lalu, saya pernah mengalami hal serupa di sebuah mal lain di pusat kota. Terlanjur beli minuman kemasan, lalu masuk ke sebuah resto masakan Indonesia. Salah seorang karyawan memberitahukan hal serupa kepada saya. Saya lalu menyimpan minuman itu dalam kantong, lalu berujar ke karyawannya.
"Saya memesan minuman dari resto ya, yang saya bawa, saya simpan," kata saya.
Sejak saat itu saya sebenarnya penasaran kenapa resto tidak membolehkan pengunjung membawa makanan dan minuman dari luar. Apakah karena resto tidak mau rugi ya? Ya masuk akal sih.
Saya juga pernah bertanya pada teman saya yang punya usaha resto. Kalau pengunjung singgah berjam-jam, membawa 'bekal' sendiri, memesan sedikit atau bahkan tidak memesan bukan hanya soal rugi, tapi juga etika. Lagian, kalau bawa makanan sendiri, kenapa tidak memilih makan di food court atau pujasera saja ya.
Apa iya, hanya soal etika?
*
Kalau Bawa Makanan, Izin Dulu
Saat masih tinggal di Jakarta, saya dan teman-teman pernah booking atau memesan meja di sebuah resto. Ceritanya, kami patungan hendak bikin surprise party atau pesta kejutan sederhana untuk seorang teman yang ulang tahun. Sirkel pertemanan saya punya kebiasaan unik--justru menraktir teman yang ultah, bukan minta ditraktir.
Nah, pesta ulang tahun biasanya kan menyajikan kue tart. Teman saya yang bertugas menyiapkan kue tart, tetiba melapor.
"Tadi saya nanya ke pihak resto, apakah dibolehkan bawa tart dari luar. Ternyata tidak bisa, gaes," katanya.
"Wah, apa ganti venue (tempat) saja?" sahut teman yang lain.
"Restonya punya atau produksi kue tart, nggak? Kalau iya, tartnya beli sekalian aja di restonya," usul yang lain.
Akhirnya kami memutuskan tetap di tempat yang sama, tapi membeli tart dari resto tersebut. Sebenarnya tidak semua resto menolak. Pada lain kesempatan, kami mencoba resto yang berbeda. Saat kami menanyakan, apakah boleh bawa kue tart ternyata pihak resto membolehkan. Apalagi resto tidak menjual tart.
Lho, kenapa resto yang ini bisa ya? Ternyata ada syaratnya. Kue tart yang dibawa sudah berlabel halal. Pihak resto juga membantu dengan menyediakan piring-piring kecil untuk makan kue tart. Ternyata itu kata kuncinya: label halal.
Kalau pengunjung bertanya atau minta izin terlebih dulu, terhindar dari kejadian tidak mengenakkan. Daripada merasa tersinggung atau dipermalukan, walau ketika diberitahu secara baik-baik.
Dalam beberapa hal biasanya resto juga membuat pengecualian. Misalnya ketika membawa air minum khusus untuk membuat susu bayi dan anak kecil.
*
Kewajiban Pemilik Sertifikasi Halal
Rupanya restoran yang sudah mengantongi sertifikat halal memiliki kewajiban melarang pengunjung membawa makanan dan minuman dari luar. Sertifikat halal menjadi jaminan bahwa makanan yang dijual halal. Demikian pula dengan peralatan dan proses masaknya. Seluruh bahan baku yang digunakan pun harus mempunyai label halal.
Jadi wajarlah, jika sebuah resto memiliki kebijakan tidak membolehkan pengunjung membawa makanan dan minuman dari luar. Tentunya untuk mencegah agar tidak ada makanan non-halal yang dibawa pengunjung dari luar.
Masih ingat kan, cerita seorang influencer terkenal yang membawa krupuk mengandung babi ke dalam sebuah restoran yang telah berlabel halal. Ia menayangkan momen ia makan krupuk non-halal dicampur makanan halal di resto tersebut di sebuah media sosial. Hebohlah netizen.
Tak lama, menanggapi viralnya unggahan influencer tersebut, pihak resto merespon dengan menayangkan adegan penghancuran mangkok dan peralatan makanan di media sosial. Penghancuran peralatan makanan tersebut untuk mencegah agar bekas alat makan yang telah digunakan sebagai wadah makanan non-halal, tidak digunakan pengunjung lain.
Satu orang influencer mengakibatkan penghancuran seluruh alat makan di resto tersebut. Pihak resto kemudian menyatakan akan menggunakan peralatan baru. Artinya, mereka mengeluarkan biaya untuk membeli perabotan baru. Hmm, bayangkan berapa biaya kerugiannya. Belum masalah kredibilitas.
Beruntungnya, si influencer merasa bersalah. Ia juga menyatakan permohonan maaf disertai kesediaan untuk membayar kerugian resto tersebut. Si influencer menunjukkan itikadnya bertanggung jawab. Tidak ada lanjutan tindakan hukum atas insiden ini.
*
Bagaimana dengan Resto Non-Halal
Resto atau tempat yang menyediakan makanan non-halal pun punya aturan. Pengunjung juga tidak bisa sembarangan membawa makanan dan minuman dari luar. Biasanya lantaran mereka hendak menjaga kualitas makanan dan minuman yang disediakan.
Selain itu, untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Semisalnya saja tetiba ada pengunjung keracunan makanan, yang ternyata akibat kandungan makanan yang dibawanya dari luar. Hal-hal seperti inilah yang dijaga oleh pihak atau pengelola usaha makanan dan minuman.
*
Kesimpulan
Pernah dengar slogan 'pembeli adalah raja'? Slogan itu tentu tidak bisa diterapkan mentah-mentah dalam hal ini. Seandainya pun pembeli seorang raja, raja biasanya adalah pemimpin yang dituntut berwibawa dan bijaksana. Bijaksana dalam mematuhi aturan suatu tempat dan tidak bersikap seenak jidat.
Bagaimana dengan teman pembaca? Pernah mengalami hal serupa?
Salam hangat,
Kata Nieke
Enggak boleh, ya? Psshhh.. sesekali saya juga menyelundupkan minuman. Alasannya, sederhana: praktis. Nah, kalau yang informasi seperti ini saya juga baru. Ga nanya sih, sebab biasanya tertulis di tembok resto.
BalasHapusTeman2 SMA saya ada yang hobi banget bawain kue2 buatannya ketika kami reunian, Mbak Nieke. Biasanya mereka senang kalau resto atau kafenya gak mempermasalahkan (mereka gak izin juga hehehe). Kalau ditegur, mereka balik membantah dengan berbagai alasan .... dasar mamak2 wkwkwk.
BalasHapusSaya yang ada dekat mereka pengen nyembunyiin muka biar gak dikenalin sama pegawai restonya :D
Ngikutin yang viral juga kemarin pas berita influencer itu, ternyata makan di restoran nggak cuma modal uang aja, ya. Tapi juga butuh etika.
BalasHapusSebagai tamu sudah seharusnya kita mengikuti aturan dan tata tertib tuan rumah. Kalau tidak diperbolehkan bawa makan minum dari luar, ya sebaiknya dipatuhi saja. Ternyata alasannya sangat mendasar, ya, ada nama baik dan kredibilitas yang harus dijaga pihak restoran.
BalasHapusBetul juga ya soal yang sudha tersertifikasi halal, dikhawatirkan makanan yang kita bawa dari luar mengandung non halal, sehingga akan mengkontaminasi makanan asli yang ada di resto, entah dari sendok atau garpu yang kita gunakan untuk memakan kedua makanan tersebut
BalasHapusIya, jika memang harus bawa makanan dari luar sebaiknya ijin dulu. Apalagi kalau punya baby atau balita biasanya bawa makanan sendiri sulit untuk dihindari sih
BalasHapusHmm benar mba kalo tidak diizinkan membawa makanan dan minuman oleh pihak resto artinya memang dari pihak resto menjaga hygienenitas dan kehalalan. Dan, kebijakan halal atau sertifikat halal sudah tertera di resto, sehingga customer wajib mengharagai kebijakan resto dengan lapang dada.
BalasHapusMemang pasti ada beberapa pertimbangan pengunjung tidak diperkenankan membawa makanan dari luar. Selain ditakutkan kehalalannya, bisa memicu kerugian bagi resto itu sendiri. Yah intinya kembali kepada sikap pengunjung mau taat aturan atau tidak
BalasHapusSebagai freelancer yang penghasilannya gak seberapa, resto seebetulnya jauh dari impianku. Jauh sekali. Untungnya ada tulisan yang keren ini sehingga bisa tahu dikit soal hal-hal unik di resto. Baca tulisan tentang "Kenapa Pengunjung Resto Tak Boleh Bawa Makanan Luar" beneran bikin ngangguk-ngangguk! kawanku sering lihat kejadian kayak gini tapi nggak pernah kepikiran kenapa. Ternyata ada alasan yang gak dibuat-buat sebenarnya di balik kebijakan itu, ya?
BalasHapusSaya suka sama cara kamu ngejelasinnya, nggak cuma informatif tapi juga dikasih sentuhan humor. Makasih udah nulis yang menarik ini. Semoga resto-resto bisa lebih dimengerti juga sama pengunjungnya setelah baca tulisan kamu!
Keep it up,
Saya bukan bermaksud membawa minuman ke dalam resto, cuma pas waktu itu saya lagi bawa minum dan sudah tinggal separuh. Tapi kalau sudah baca informasi seperti ini, saya akan habiskan dulu minuman di luar sebelum masuk ke resto
BalasHapusNah, bener banget nih seperti kejadian bbrp waktu yang lalu saat ada selebgram yg bawa krupuk babi ke resto bakso halal
BalasHapusBagian dari strategi warkop malah mengundang pengunjung untuk berlama lama walau hanya memesan secangkir kopi.
BalasHapusBener juga. Kl diturutkan egonya kita ya pasti pengen yang praktis, tapi dari sisi lain yang banyak lagi, seperti menjaga kualitas resto, ya memang benar, kita kudu nurut. Kl pengen makan bebas ya di rumah, di tempat2 kuliner terbuka. Etika juga perlu emang, saat pergi kemana saja. Salah satunya makan di resto
BalasHapusNah setuju bahwa di sini penerapan bhw kita harus mentaati peraturan di tempat yg kita datangi meskipun katanya pengunjung adalah raja. Terima kasih sharing infonya ya..jadi lebih perhatian akan hal2 seperti ini..
BalasHapusWah jadi sadar juga nih kak. Tentang etika tidak membawa makanan sendiri ke resto. Logikanya emang resto ya rugilah. Tapi soal halal, baru nyadar juga. Menjadi alasan paling masuk akal dan kuat supaya nggak bawa makanan sendiri kalau memang makan di sebuah tempat.
BalasHapusAwalnya aku kira bawa makanan itu terkait etika aja lo. Logisnya kan, masak kamu mau makan di resto terus bawa makanan dari luar? Ngapain juga kan ya, sekalian aja piknik di taman. Namun yang baru ngeh, justru ada yang kondisi perihal halal dan tidak dan kondisi keracunan makanan itu. Ini poin penting sepertinya. ❤️
BalasHapusBener sih. Kadang tidak semua resto mengizinkan membawa makan dan minum dari luar. Harus terjaga dan sudah terbukti halal dan tidaknya.
BalasHapusSlogan "pembeli adalah raja" memang sering kita dengar, tetapi seperti yang disampaikan, tidak selalu dapat diterapkan mentah-mentah. Meskipun istilah "raja" sering kali diasosiasikan dengan kekuasaan dan hak istimewa, memahami bahwa setiap individu, termasuk pembeli, tetaplah seharusnya bersikap bijaksana dan menghormati aturan yang berlaku.
BalasHapusoalah jadi itu alasan resminya ya kak. Awalnya saya mengira biar hanya makanan di resto aja yang laku
BalasHapusJika pembeli adalah raja, harusnya raja bisa bijaksana dimanapun mereka berada.
BalasHapusSempat ngikutin yang viral itu. Emang sih kalau makan atau berada di tempat tertentu, ya patuhi aturannya. Jangan seenaknya sendiri karena kan mungkin bisa bikin susah orang lain juga
BalasHapusPosisikan diri kita yg jadi owner tempat makan itu. Selain banyak kerugian lain ya juga soal etika itu
BalasHapusKalau di kampung sih belum ada aturan seketat itu. Tapi perlu juga disosialisasikan secara etika kan emang harus diterapkan untuk semua orang
Menurut daku sebisa mungkin ya ikuti saja prosedur di resto/kafe. Gak semua membolehkan, tapi ada juga yang mengijinkan. Jadi tinggal disesuaikan aja
BalasHapusAku juga sebenernya setuju setuju aja sih terkait resto yang tidak memperbolehkan bawa makanan dari luar. Kalau resto ada kebijakan ketat seperti ini tentu gak ada lagi tuh yang bawa makanan dari luar. Kecuali kalau memang harus misalnya punya baby, at least izin dulu ke pihak restonya..
BalasHapusKetika ada peraturan yang mewajibkan pengunjung tidak boleh bawa makanan dari luar, kita harus menghormatinya. Ya, bisa jadi ini langkah resto untuk menjaga orisinalitas produknya.
BalasHapusBawa makanan dari luar sebenarnya lebih mengarah ke etika pembeli, dimana kurang menghargai menu-menu yang ada direstoran tersebut
BalasHapusAku sempet berpikir hanya masalah untung rugi dalam sebuah bisnis.
BalasHapusTapi ternyata lebih dari itu yaa.. Ada nama besar atau kredibilitas sebuah tempat makan yang dipertaruhkan ketika ada pengunjung yang membawa makanan atau minuman dari luar.
biasanya aku paling maksimal membawa air putih dalam tumbler karena aku suka minum hangat, jadi ga beli dari restonya. karena kadang ga semua resto bisa menyediakan air putih hangat
BalasHapusOh ternyata itu alasannya kalau di restoran besar tidak boleh makanan dari luar. Kalau di warung2 biasa, kadang saya pernah bawa makanan dari warung sbeelah untuk disantap di warung sebelahnya lagi karena suami mau makan dan pesan makanan di sana. Ish
BalasHapusPernah bawa dari luar tapi mumpet-mumpet makanya trus biasanya klo disitu nggak ada menunya nggak apa sich
BalasHapusMeskipun ada slogan pembeli adalah raja, si pembeli juga sebaiknya memahami etika ketika makan di resto tertentu. Apalagi kan Indonesia penduduknya mayoritas muslim yaaa... begitu juga dengan penjualnya. Jika kita membawa makanan yang tidak halal, kan bisa terkena alat makan yang ada di resto tersebut. Hal semacam ini yang harus dipahami dengan baik.
BalasHapus