Survei BRI menyatakan sebanyak 5 juta UMKM terjerat rentenir. Bagaimana upaya BRI memberdayakan UMKM Indonesia?
Upaya BRI memberdayakan ultra mikro dan UMKM Indonesia. Ilustrasi dibuat oleh @katanieke dengan Canva. Sumber foto: Instagram Bank BRI.
Membebaskan Warga dari Jerat Rentenir
Rika Sasmiatun menolong warga desanya yang terjerat rentenir dengan menjadi BRILink Mitra UMi (Ultra Mikro). Ini kisahnya. Perempuan usia 35 tahun ini tinggal di lereng Gunung Muria, Pati, Jawa Tengah. Tepatnya di Dukuh Karanganyar, Desa Jrahi.
Mayoritas warga desa Jrahi bekerja sebagai petani di sawah dan kebun dengan jenis komoditas seperti kopi, jagung, sayur-sayuran, dan padi. Walau ada sebagian warga yang bekerja sebagai pedagang.
"Kadang ada kebutuhan mendesak buat modal. Banyak warga yang akhirnya terjerat utang ke rentenir," tutur Rika, dikutip dari saluran Youtube Bank BRI.
Meminjam secara legal tak memungkinkan karena kantor BRI terdekat jaraknya sekitar 10 kilometer ke Gunung Wungkal. Lantaran keadaan tersebut, Rika memperoleh rekomendasi dari Mantri BRI untuk menjadi Mitra UMi dari BRI.
Agen Mitra UMi Rika Sasmiatun, asal Desa Jrahi, Pati, yang menolong warga desanya terbebas dari rentenir. Sumber foto: Youtube Bank BRI.
Rekomendasi tersebut diperoleh dengan tak sembarangan. Rika telah aktif menjadi agen BRILink di Kabupaten Pati selama 7 tahun atau sejak 2017. Rika memiliki usaha toko sembako dan frozen food. Di toko itulah Rika menjalankan tugasnya sebagai agen BRILink. Dengan digitalisasi BRI, Rika bisa melayani transaksi pembayaran dan keuangan yang real time online dengan BRI, yakni dengan memakai fitur EDC miniATM BRI.
Toko Rika terletak di tempat yang strategis, di pinggir jalan raya yang menjadi lalu lintas utama warga. Selain sebagai tempat belanja sembako, toko Rika juga melayani pembayaran listrik, beli pulsa, pembayaran BPJS. Tak heran kalau tokonya ramai.
Menjadi Mitra UMi memungkinkan Rika untuk memberi jenis layanan yang lebih berkembang kepada masyarakat. Beberapa di antaranya, edukasi dan konsultasi keuangan, serta pinjaman modal usaha ke BRI.
"Saya tergerak untuk menerima rekomendasi dari Mantri BRI untuk jadi BRILink Mitra UMi," ucapnya.
Sejak Februari 2022, Rika menjadi mitra program pembiayaan ultra mikro (UMi) atau disebut Mitra UMi. Rika memberi edukasi kepada warga desanya pelaku usaha mikro mengenai manfaat mengajukan pinjaman ke BRI. Mulai dari pembukaan akun rekening Tabungan BRI Simpedes yang gratis dan pelunasan pinjaman yang memudahkan.
“Daripada lewat rentenir yang bunganya tinggi," kata Rika.
Melalui Rika sebagai Mitra UMi, warga bisa mengajukan pinjaman ke BRI mulai dari Rp 2 juta. Program ini memudahkan para petani dan pelaku usaha mikro yang belum bisa mengakses fasilitas perbankan, memperoleh dana pinjaman modal usaha.
"Dengan sistem pinjaman yang fleksibel, debitur bisa melakukan pinjaman dengan jangka waktu jatuh tempo sesuai kemampuan," kata Rika.
Ilustrasi dibuat oleh @katanieke dengan Canva. Sumber: bri.co.id
Satu tahun setelah Rika menjadi mitra UMi BRI, warga desanya mulai mengenal dan mengakses fasilitas perbankan. Warga beralih dari rentenir ke pinjaman modal usaha dari BRI.
"Alhamdulillah, sekarang masyarakat pelan-pelan bisa lepas dari jeratan rentenir yang bunganya tinggi dan beralih ke bank yang lebih terpercaya. Contohnya ya ini, BRILink Mitra UMi," tuturnya.
Dari mantri BRI, Rika belajar melihat riwayat angsuran dan kebiasaan debitur. Apabila ada debitur yang butuh perhatian ekstra dan kesulitan, Mantri BRI siap membantu. Menurut dia, debitur senang mendapat bantuan mengatur setoran agar tepat waktu.
Program Mitra UMi memudahkan para petani mendapatkan dana pinjaman modal usaha. Setelah calon debitur mengajukan pinjaman dan pengajuan, agen Mitra UMi melakukan assessment lokasi, lalu mengajukan pencairan kepada BRI.
Ketekunan Rika membuahkan hasil. Awal menjadi Mitra UMi, Rika hanya memilki debitur yang jumlahnya bisa dihitung jari. Kini ia melayani 500 debitur. "Dan enggak ada satupun yang nunggak," ucapnya.
Rika menjadi salah satu Mitra UMi BRILink paling ramai di desanya. Tak hanya itu, ia meraih penghargaan Best Mitra UMi 2023 lantaran keberhasilannya menyalurkan pinjaman ke banyak debitur sekaligus menjaga kualitasnya.
Keberhasilan Rika sebagai BRILink Mitra UMi merupakan hasil bimbingan Mantri BRI Achmad Solikin. Achmad mengajarkan cara menggunakan BRISpot, salah satu produk digitalisasi BRI. Ini adalah aplikasi khusus para tenaga pemasar mikro BRI atau Mantri BRI untuk memproses pengajuan dan pencairan pinjaman melalui ponsel.
Selain itu, Achmad mengajarkan cara mendapatkan akuisisi debitur, serta menjalin hubungan baik dengan pemangku wilayah seperti RT, RW, dan tokoh desa setempat. Tujuannya, Rika memperoleh bantuan dari pemangku wilayah dalam memperkenalkan BRILink Mintra UMi ke warga daerahnya.
Mantri BRI berperan sebagai tenaga pemasar BRI yang membantu pelaku usaha Mikro mengembangkan bisnisnya. "Saya sebagai Mantri BRI juga selalu memberikan dukungan dan edukasi kepada Bu Rika untuk menyalurkan Pinjaman KECE secara tepat orang, tepat jumlah, dan tepat waktu," kata Achmad, seperti dikutip dalam saluran Youtube Bank BRI.
Pinjaman Kece (Kredit Cepat) adalah kredit untuk usaha mikro dan angsurannya bisa setiap minggu. Achmad juga mengajarkan cara menjaga kualitas debitur, salah satunya dengan mengingatkan angsuran debitur secara rutin sesuai polanya.
Sorotan kisah agen BRILink dalam media massa. Sumber: Liputan6, Tempo, Antara.
Rika Sasmiatun bukan satu-satunya Mitra UMi BRILink yang berhasil membantu warga bebas dari jerat rentenir. Ada kisah sukses Mitra UMi BRILink lainnya dalam membantu masyarakat lepas dari rentenir. Di antaranya Pidawati, perempuan 41 tahun, yang memiliki usaha penjualan pulsa di Guntur, Setiabudi, Jakarta Selatan.
Apa yang dilakukan para Mantri, Agen, dan Mitra UMi BRILink merupakan salah satu kontribusi BRI untuk Indonesia. Melalui tangan-tangan mereka, BRI menjangkau wilayah-wilayah yang berada di desa-desa sekalipun serta pelaku usaha yang belum dapat mengakses fasilitas kredit perbankan. BRI memberdayakan pelaku usaha ultra mikro dan UMKM Indonesia.
Bermula dari Impian Raden Wirjaatmadja 128 Tahun Lalu
Museum Bank Rakyat Indonesia di Purwokerto, Jawa Tengah. Sumber foto: https://visitjawatengah.jatengprov.go.id/id/regency/kabupaten-banyumas/destinasi-wisata/museum-bank-rakyat-indonesia
Seandainya Raden Bei Aria Wirjaatmadja-- perintis berdirinya Bank Rakyat Indonesia--bisa melihat impiannya membantu warga terlepas jerat rentenir, terus berjalan hingga lebih dari satu abad. Sekitar 128 tahun yang lalu, Wirjaatmadja adalah Patih Banyumas di Jawa Tengah, sekaligus wakil bupati. Dialah yang mendirikan sebuah bank yang menjadi cikal bakal BRI.
Bermula dari suatu kejadian di 1894, ketika Wirjaatmadja menghadiri pesta seorang guru di Banyumas. Guru itu mengadakan pesta sunatan anaknya yang terbilang mewah, yang nominalnya jauh di atas gajinya. Wirjaatmadja yang mengetahui jumlah gaji guru tersebut, terheran-heran.
Wirjaatmadja pun bertanya, darimana guru itu memperoleh dana pesta. Guru itu bercerita, ia berutang pada lintah darat dengan bunga yang tinggi. Wirjaatmadja menyadari, guru itu bukan satu-satunya orang yang terjerat rentenir. Dari situlah muncul keinginan untuk membantu kaum priyayi, pegawai, dan petani yang terjebak lintah darat.
Wirjaatmadja memang memiliki keahlian dalam keuangan. Ia mengelola kas masjid Purwokerto. Kas masjid tersebut sempat ia manfaatkan sebagai pinjaman kepada pihak yang membutuhkan seperti pegawai dan petani. Dalam perjalanannya, pengelolaan ini kemudian berubah menjadi lebih formal dalam bentuk bank.
Bermula dari sebuah bank priyayi di Purwokerto, kini menjelma menjadi BRI untuk Indonesia. Tak hanya kantor cabang di Nusantara, juga kantor mancanegara di Amerika Serikat, Hong Kong, Singapura, dan Taiwan. Jumlah agen BRILink mencapai lebih dari 600 ribu orang.
Infografis sejarah BRI. Ilustrasi dibuat oleh @katanieke dengan Canva.
Jejak Raden Wirjaatmadja dalam membangun cikal bakal BRI ini bisa ditemukan di Museum Bank Rakyat Indonesia di Purwokerto, Jawa Tengah. Tepatnya di Jalan Jendral Sudirman No. 57, Kecamatan Purwokerto Barat, Kabupaten Banyumas. Bahkan di situ terdapat replika bangunan bank yang didirikan Wirjaatmadja. Kalau singgah ke Purwokerto, jangan lupa mampir ke museumnya ya.
Upaya BRI Memberdayakan Ultra Mikro dan UMKM Indonesia
UMKM berperan besar dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kontribusi UMKM terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sekitar 60 persen. UMKM juga mampu menyerap tenaga kerja lebih dari 100 juta orang. Lantaran potensinya dalam menggerakkan perekonomian itulah maka UMKM mendapat perhatian.
Pada 2018, BRI pernah mengadakan survei yang hasilnya cukup mengejutkan. Dari 57 juta pelaku UMKM yang membutuhkan modal usaha, sebanyak 5 juta UMKM masih terjerat utang rentenir. Sebanyak 30 juta UMKM malah belum tersentuh lembaga pembiayaan formal. Pada 2019, dari 65 juta pelaku UMKM, sebanyak 14 juta tidak punya akses keuangan.
Masih survei BRI tahun 2018, dari 57 juta UMKM, sebanyak 7 juta UMKM mengandalkan pinjaman modal ke kerabat atau keluarganya. Hanya 15 juta UMKM yang telah mendapat akses pendanaan formal.
Sejak terbentuknya Holding Ultra Mikro pada 2021, lembaga ini telah menyalurkan pinjaman kepada lebih dari 36 juta usaha mikro dan ultra mikro.
BRI menjalankan sejumlah program pemberdayaan UMKM, di antaranya Desa BRILian, Klasterku Hidupku, Link UMKM, dan Pasar Rakyat Indonesia (PARI).
Sementara beberapa di antara program flagship BRI seperti Growpreneur yakni program aktivasi pemberdayaan dan pendampingan bagi UKM; BRILianpreneur; pendampingan dan pemberdayaan melalui Rumah BUMN; dan Pengusaha Muda BRILian.
Program Desa BRILian
Program Desa BRILian bertujuan mendorong kemajuan desa-desa di Indonesia. Menurut Indeks Desa Membangun (IDM) tahun 2022, dari total 74.051 desa di Indonesia, yang termasuk kategori maju dan mandiri masih kurang dari 35 persen.
Hingga akhir September 2023, BRI memiliki 2.843 desa binaan di seluruh Indonesia. Desa-desa tersebut memperoleh berbagai pelatihan dari BRI untuk meningkatkan kapabilitas perangkat desa, pengurus Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), dan UMKM.
Salah satunya, Desa Megulung Kidul di bagian barat Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Dari segi akses transportasi, Desa Megulung Kidul dilalui jalur penghubung Kabupaten Purworejo, Kebumen, dan Wonosobo. Dari total luas wilayah desa yang mencapai 165 hektare (ha), sebanyak 92 ha berupa lahan pertanian produktif dengan komoditas padi dan kacang hijau.
Sejak mengikuti Program Desa BRILian, Desa Megulungkidul di Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo ini berubah menjadi Desa Agrowisata yang berpadu dengan panorama alam, kuliner, dan UMKM. Maka dibuatlah destinasi Wisata Dusun Sabin Taman Anggur di tengah persawahan.
Warga diberdayakan melalui sejumlah edukasi seperti budidaya anggur, pembuatan minyak kelapa, kerajinan batik tulis, perikanan, pembuatan kerupuk rambak, pembuatan cotton bath, dan budidaya ulat Hong Kong.
Badan Usaha Milik Desa atau BUMDes berkolaborasi dengan warga dengan cara membeli hasil panen dan memfasilitasi ruang sentra produksi UMKM. Bumdes juga membuat Agro Resto Cafe yang menawarkan Taman Anggur, Coffee Shop, Edukasi, dan pembibitan Taman Anggur. Dalam proses transaksi bekerja sama dengan BRI dengan menggunakan QRIS, sistem BRILink, dan Stroberi Kasir.
Dengan demikian, kalau suatu hari berkunjung ke Agrowisata Dusun Sabin Taman Anggur, wisatawan bisa membayar dengan QRIS. Warga telah mendapat pelatihan soal digitalisasi perbankan dan keuangan dari BRI.
Sumber video: Youtube Bank BRI.
Program Klaster UMKM
Program 'Klasterku Hidupku' adalah wadah bagi pelaku UMKM untuk mengembangkan bisnis. BRI mendampingi dan membantu pelaku UMKM mulai dari modal, pelatihan-pelatihan, dan program pemberdayaan lainnya.
Salah satu contohnya adalah Klaster Usaha Kopi Akar Wangi yang memadukan hasil kopi dengan akar wangi sehingga menjadi minuman khas. Klaster Kopi Akar Wangi berlokasi di Kampung Waluran Tonggoh, Desa Sukalaksana, Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut. Mayoritas warga di daerah itu berprofesi sebagai petani kopi dan akar wangi. Hasil produksi kemudian dipasarkan Badan Usaha Milik Desa.
BRILianpreneur
BRI menjembatani para pelaku UMKM untuk memperkenalkan produknya di kelas global atau pasar dunia melalui Program BRILianpreneur. Sebelumnya UMKM yang hendak menjadi peserta melalui proses seleksi terlebih dulu. Para pelaku UMKM yang lolos seleksi akan ikut serta dalam sebuah pameran seperti UMKM EXPO(RT) BRILIANPRENEUR.
BRILianpreneur, program pemberdayaan UMKM dari BRI. Ilustrasi dibuat dengan Canva. Foto: Instagram Bank BRI.
Demikianlah, di usianya yang lebih dari satu abad, BRI berkiprah memberi makna untuk Indonesia. Berupaya menjadi pahlawan UMKM melalui sejumlah pemberdayaan, membebaskan mereka dari jerat rentenir, hingga mengangkat ke kelas global.
Salam hangat,
Nieke Indrietta
Digitalisasi BRI mempermudah masyarakat dalam mengakses keuangan. Ilustrasi dibuat dengan Canva. Sumber foto: Instagram Bank BRI.
Referensi:
bri.co.id
https://www.bri.co.id/en/web/ppid/detail-news
brilianpreneur.com
Saluran Youtube resmi BRI https://youtube.com/@BANK_BRI
Media sosial Instagram BRI https://instagram.com/bankbri_id
Tiap daerah punya istilah buat menyebut menghadiri acara pernikahan. Kalau di Surabaya, disebut kondangan.
Kondangan Bersama Tetangga
Musim kondangan tiba. Sebuah amplop warna merah dikirim tetangga ke rumah saya. Rupanya beliau hendak mantu. Tetangga saya hendak menikahkan putranya dengan pujaan hatinya.
Acara resepsi tidak berlangsung di Surabaya. Perhelatan digelar di kota yang persis bersebelahan dengan Kota Pahlawan, Sidoarjo. Saat membaca nama lokasinya di undangan, saya langsung tahu tempatnya. Sebuah hotel yang berada di jalan besar menuju gerbang sebuah perumahan di Sidoarjo. Letaknya tak jauh dari Lippo Mal Sidoarjo. Juga tak jauh dari pintu keluar tol.
Saya pun bertanya kepada ketua RT (Rukun Tetangga) yang juga mendapat undangan. "Pak, ini ada rencana warga mau berangkat bareng, gak?"
Rupanya selain saya, ada beberapa tetangga yang juga menanyakan hal sama ke Pak RT. Kebanyakan ibu-ibu. Pak RT berencana membawa mobil Innovanya. Ia menawarkan berangkat dari komplek sekitar pukul setengah delapan. Acara resepsi pukul sembilan. Perjalanan Surabaya-Sidoarjo melalui jalan tol diperkirakan sekitar 40 menit.
Kebetulan hari resepsi itu jatuh pada hari Minggu. Besar kemungkinan jalanan tidak akan macet.
Pukul setengah delapan kurang, Pak RT bersama mobilnya telah tiba di depan rumah. Terdengar suara klakson khas mobilnya. Saya sudah bersiap di teras.
Masuk mobil sudah penuh dengan rombongan ibu-ibu, termasuk istri dan anak Pak RT yang duduk di depan. Wah sepertinya perjalanan bakal seru nih. Benar saja. Sepanjang perjalanan di tol hingga tiba, obrolan tak kunjung henti. Minus bergosip ya.
Kami tiba di hotel di Sidoarjo itu hampir pukul 9. Lobi tampak ramai. Acara di hall lantai dua. Foto-foto pra-pernikahan alias pre-wedding dijejer di sisi kiri dan kanan sepanjang lorong menuju ruangan hall.
Tiba di pintu masuk, ternyata pengantin sudah duduk di pelaminan. Para tamu mengantri untuk bersalaman. Antriannya sudah sampai gerbang pintu masuk. Tamunya banyak juga.
Keluarga pengantin mengenakan busana tradisional Jawa berdiri di sisi kiri dan kanan, menyambut barisan tamu hingga di pelaminan. Barisan tamu tertata rapi.
Hidangan prasmanan diletakkan di meja-meja bagian tengah. Ada booth makanan seperti gado-gado dan siomay Bandung, booth bakso, booth es Manado, serta booth makanan seperti capcay, ayam goreng, udang, sayur ditumis.
Tak hanya menikmati hidangan yang disajikan prasmanan, kami juga berfoto-foto di booth yang disediakan. Gratis. Foto langsung jadi. Dengan background estetik dan peralatan foto seperti wig, bando, gitar mungil, dan sebagainya. Seru ya.
Pulangnya, tentu saja kami berombongan yang sama satu mobil. Pak RT berencana mengantar penumpangnya satu per satu sampai depan rumah. Seorang ibu berbisik ke saya.
"Mbak, ngasih berapa ke Pak RT buat urunan bensin dan tol?"
"Seiklhasnya, Bu," jawab saya sambil berbisik. Saya enggan memberitahu nominal dua lembar merah yang sudah saya bungkus dengan amplop. Biar tak jadi ajang besar-besaran sumbangan.
Si Ibu sempat berbisik lagi mendesak saya menyebut nominal. Namun biasanya dalam budaya Jawa ada semacam aturan tak tertulis untuk tak menyebut dalam hal semacam ini. Akhirnya tetangga saya tadi juga mengamplopi uang. Entah jumlahnya berapa.
Ada kejadian lucu saat hendak menurunkan penumpang pertama. "Pak, nanti sampai depan gang saja," ujar salah seorang ibu. Rumahnya berada di gang sebelah.
"Lho jangan, Bu. Sampai depan rumah saja," sahut istri Pak RT.
"Lha nanti merepotkan. Kan masih mengantar banyak," ucapnya.
"Nggak apa-apa, Bu," kami menyahut dan ikut mendukung si ibu diantar sampai depan rumah.
"Iya Bu. Kan judulnya kondangan. Udah dandan, masa pulangnya masih jalan. Nanti make up-nya luntur. Terus ditanyain tetangga lain. Kamu kondangan di gedung hotel atau di mana." Pak RT memberi alasan yang membuat kami--penumpang lainnya--tergelak.
*
Jagongan di Jogja
Pengalaman kondangan di atas membuat saya teringat kala tinggal di Yogyakarta. Semasa kuliah, saya sempat tinggal bersama keluarga saudara ibu saya di Jogja.
Suatu Minggu, Budhe saya berdandan rapi. "Mau njagong," ucapnya.
Hah? Njagong? Saya mengernyitkan dahi. Apa itu njagong? Bahasa Jawa di Surabaya dan Jogja itu berbeda. Jangankan Jogja yang beda provinsi. Bahasa Surabaya dan Malang yang sama-sama saja juga beda. Ada beberapa kosakata dan kultur di balik bahasa yang tidak sama.
"Njagong itu apa, Budhe?" tanya saya.
"Menghadiri undangan pesta pernikahan."
"Oo, kondangan ya, Budhe."
"Iya, kalau di Surabaya, namanya kondangan."
Sampai tiba waktunya saya merasakan menghadiri pesta pernikahan di Jogja. Yay, akhirnya saya punya pengalaman njagong. Seperti apa jagongan di Yogya? Apa beda jagongan di Jogja dengan kondangan di Surabaya?
Ternyata ya sama saja. Baik pesta pernikahan yang diadakan di rumah atau gedung. Namun belakangan, undangan pernikahan yang dikirim ke saya, diadakan di gedung atau hotel. Kondangan dan jagong mempunyai makna yang sama.
Hal yang membedakan saat menghadiri pesta pernikahan di Surabaya dan Jogja, adalah adat dan tradisi yang digunakan. Biarpun sama-sama budaya Jawa, namun adat Jawa Timur dan Jawa Tengah berbeda. Jangankan Jawa Timur dan Jawa Tengah, adat Jogja dan Solo saja berbeda. Gaya riasan dan busana pengantin juga berbeda.
Lain kesempatan, semoga saya bisa menulis tentang perbedaan adat pernikahan ini.
*
Mengintip arti kata kondangan di KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) daring,
bermakna: pergi menghadiri undangan perkawinan dan sebagainya, untuk mengucapkan selamat dan sebagainya.
Sementara kata jagong tidak ditemukan dalam KBBI. Rupanya kata jagong berasal dari bahasa Jawa. Artinya, datang dan duduk-duduk di acara hajatan. Kadang kata jagong dibarengi kata manten (bahasa Jawa, artinya pernikahan, sehingga bermakna menghadiri acara pesta pernikahan.
Bagaimana dengan daerah asal atau tempat tinggalmu? Apakah ada istilah tertentu untuk menghadiri pesta pernikahan?