Bagi kamu yang hobi kulineran dan jalan-jalan, biasanya tak ketinggalan menuliskan review. Bagaimana cara menulis review yang tidak berujung somasi?
Cara menulis review tanpa disomasi dan digugat UU ITE. Foto: @katanieke desain Canva |
Menulis review lalu mendapat surat cinta berupa 'somasi' bahkan ancaman Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), tentu adalah mimpi buruk bagi blogger dan konten kreator. Niat hati membuat konten yang bermanfaat bagi pemirsanya, berbuah jadi bumerang ketika yang empunya brand, toko, merek merasa dirugikan. Bagaimana menulis review dengan aman?
Apa itu review produk?
Pertama-tama, kita kenali dulu apa itu review produk secara umum?
Sebelum adanya dunia digital, review berbentuk testimoni dari mulut ke mulut. Ada teman bercerita pengalaman makan bakso di jalan A. Baksonya enak dan harganya enggak mahal, warungnya nyaman, bersih, serta pelayanannya ramah. Kira-kira yang mendengar bakal tertarik enggak?
Era industri media televisi, review muncul dalam bentuk acara-acara kuliner dan hanya dilakukan oleh selebritas dan tokoh saja. Sekarang, perkembangan di dunia media sosial dengan adanya blog, TikTok, Snack, Youtube, Twitter, Snack, Instagram--membuka peluang bagi siapa saja bisa melakukan review.
Apa saja yang bisa direview? Mulai dari kosmetik, buku, film, tempat wisata, aplikasi baru, teknologi seperti ponsel dan laptop, dan produk-produk lainnya. Sebenarnya, untuk review produk ini ada kekhasannya masing-masing. Mereview buku berbeda dengan mereview film, beda pula dengan mereview produk aplikasi, kosmetik, kuliner, hotel, tempat wisata, dan lain-lain.
Selain itu, harus kita pahami dulu tujuan kita membuat review. Biasanya untuk kepentingan konten, memberi informasi soal produk, dan pemasaran--apabila review ditulis berdasar kerja sama.
Bentuk-bentuk review
Dalam sebuah konten, review dapat berupa tulisan, video, gambar yang memaparkan sebuah produk, serta testimoni dan pengalaman selama dan setelah memakai produk. Review dapat mempengaruhi orang lain untuk ikut menggunakan produk atau sebaliknya.
Review tak melulu sebuah produk, tapi bisa sebuah tempat misalnya hotel dan wisata, makanan dan minuman, dan jasa pelayanan. Review yang dibuat oleh konten kreator memiliki kekuatan menjadi informasi dan rekomendasi, hingga akhirnya pemirsa dari konten itu memutuskan apakah membeli atau sebaliknya, mengunjungi atau sebaliknya.
Contoh tulisan review yang bukan merupakan paid post: Beli Koloke di Bakmi Gili Cuma Rp 20 Ribuan
Berbagai macam bentuk review
Berikut ini adalah bentuk-bentuk review produk:
1. Testimoni merupakan cerita kala menggunakan atau mengkonsumsi produk.
2. Cerita pengalaman atau storytelling.
3. Perbandingan dengan produk satu merek atau beda merek.
Contoh perbandingan produk dalam satu merek, bisa dilihat pada konten di Instagram Pixy Cosmetics yang membandingkan dua macam bedak yakni loose powder dan bedak padat Two Way Cake.
Sementara contoh perbandingan produk yang beda merek, bisa dilihat pada konten yang dibuat Tasya Farasya, konten kreator yang terkenal dengan konten-konten seputar kecantikan. Bisa dilihat di sini, konten ketika Tasya Farasya membandingkan dua macam produk dengan baik, tanpa merendahkan sebuah brand.
4. Penjelasan kelebihan dan kelemahan produk.
Panutan saya dalam hal mereview bidang kecantikan, lagi-lagi Tasya Farasya. Pada video reels yang ia bagikan di akun Instagramnya, Tasya kerap memaparkan kelebihan dan kelemahan produk dengan elegan. Seperti contoh di reels yang tautannya bisa dilihat di atas--Tasya Farasya menggabungkan cara review poin 3 dan 4.
5. Penjelasan, pemaparan atau deskripsi sebuah produk secara mendalam. Sifatnya menginformasikan apa yang ada di produk itu beserta manfaatnya.
Kelima bentuk review ini bisa digunakan secara bersamaan dalam sebuah tulisan secara fleksibel, atau berdiri sendiri. Misalnya memulai review dengan cara nomor 2, kemudian menggunakan cara nomor 5, ditutup dengan poin nomor 1. Contohnya tulisan saya saat mereview serum di blog ini: Review Skincare: Pond's Serum Pencerah Wajah Terbaik
Mereview produk di blog
Blog adalah salah satu media sosial yang bisa kita manfaatkan untuk menulis review. Bisa berpotensi mendatangkan cuan juga, lho. Tidak sedikit produk atau merek yang ingin diulas blog. Biasanya karena klien menginginkan adanya penjelasan lebih mendalam dan informatif. Klien ingin produk dijelaskan dalam bentuk tulisan dan visual baik foto maupun video.
Selain itu, brand yang ingin produknya diulas di blog, biasanya ingin menyisipkan link atau tautan untuk menuju ke situs marketplace penjualan produknya atau situs utama produknya.
Berikut adalah panduan menulis review:
1. Gunakan panca indera
Deskripsikan produk atau tempat menggunakan kelima panca indera kita. Dengan pandangan mata, deskripsikan apa saja yang tampak. Bentuk bentuk, kemasan, bangunan, interior atau arsitektur. Suasana dan keadaan.
Dengan indra penciuman atau hidung, aroma apa yang terdapat di produk yang direview? Indra pendengaran, bagaimana dengan suara atau suasana dari produk itu. Lidah atau indra perasa, menceritakan rasa produk itu serta tekstur produk ketika diraba.
2. Bercerita
Mulai ceritakan pengalaman memakai produk, membandingkan dengan produk keluaran sebelumnya yang satu merek. Apa keunggulan dari produk yang terbaru dan apa bedanya dengan produk keluaran sebelumnya. Upayakan penyampaian dengan kata-kata yang baik, agar tak terjerat UU ITE. Jangan memojokkan sebuah produk.
Contohnya saat review bidang kecantikan, bandingkan foundation keluaran terbaru dengan keluaran sebelumnya yang satu merek. Misalnya yang terbaru seri A terkesan membuat wajah lebih dewy, glowing. Sedangkan foundation seri B, terkesan matte.
Kalau kalian memang menguasai bidang itu, boleh bandingkan dengan produk lain yang fungsinya serupa. Misal keluaran foundation merek X, Y, Z. Bandingkan outlooknya dan apa yang dirasakan.
Misalkan foundation merek X seri terbarunya menampilkan kesan dewy, mengkilap di wajah, berapa warna yang tersedia. Merek Y, agak dewy, warna yang tersedia ada berapa. Merek Z, terkesan matte, pilihan warnanya lebih banyak. Membandingkan produk bisa dilakukan jika bukan endorsement, karena biasanya jika berupa kerja sama, pihak tersebut mencantumkan syarat tidak membandingkan dengan kompetitor.
Ceritakan juga jenis kulit dan pengaruh skincare terhadapnya. Soalnya pengaruh skincare ke tiap jenis kulit bisa berbeda. Jangan sampai ada pembaca atau pemirsa merasa dirugikan dengan testimoni kita. Kita bisa mengacu atau belajar dari cara Tasya Farasya mengulas produk.
Ia sama sekali tidak menjelek-jelekkan brand. Ia mengungkap kelemahan produk melalui melihat kadar kecocokannya dengan kulitnya. Namun ia menyebut keunggulan-keunggulan produk tersebut.
Saat menulis review berbayar biasanya ada permintaan klien untuk tidak menyebut kompetitor dan kelemahan. Nah kalau demikian, review berupa pengalaman yang kita rasakan saat menggunakan produk itu dan manfaatnya buat kita.
Bagaimana jika saat mencoba produk tersebut menemukan kelemahan? Konsultasilah dengan brand, perwakilan brand, atau dengan agency. Misalnya produk yang dicoba itu kurang sesuai dengan kulitmu, ternyata malah membuat bruntusan, berjerawat atau kering. Nah, berkonsultasilah dengan PIC. Saya sendiri belum pernah mengalami kalau di bidang kecantikan.
Saya pernah menemukan kelemahan saat diminta mereview sebuah resto lokal. Kebetulan saat itu ada pemiliknya dan dia menanyakan, apakah ada masukan. Saya pun menyampaikan secara sopan, diplomatis, baik-baik. Dia kemudian menjelaskan kenapa hal itu bisa terjadi. Nah di sini kita jadi tahu latar belakangnya. Sebenarnya mereka senang jika kita memberi masukan atau menemukan kekurangan. Asalkan kekurangan itu bukan untuk diumbar, karena bisa mematikan usaha.
3. Review disertai foto atau video
Foto atau video dalam blog berfungsi membantu pembaca blog menangkap secara visual bentuk produknya. Adanya gambar membuat pemirsa bisa membayangkan produk secara visual. Foto atau video itu bukti kita pernah mencoba, menggunakan, atau mengalami apa yang kita review.
Foto dan gambar yang saya gunakan di artikel Review Active Wear Felancy berfungsi untuk menjelaskan langkah demi langkah proses saya berbelanja di sebuah situs produk.
Agar menulis review tak berujung somasi
Rampung menulis review, bacalah. Lihat apakah ada celah yang bisa membuat orang tersinggung. Hindari. Hal lain yang harus diingat, jangan terjebak menjadi terkesan berjualan. Mereview adalah self experience. Apabila review tersebut atas permintaan klien, cek apakah telah sesuai Scope of Work.
Perlukah memberi nilai score misalnya 1-10 atau bintang 1-5? Kalau menurut saya pribadi, tidak perlu. Karena review produk itu sifatnya subyektif. Dalam hal kuliner, di lidah kita makanan bisa sangat enak dan kita nilai 10. Namun di pihak orang lain, bisa jadi itu biasa saja. Cukup ceritakan saja detail produknya agar pembaca bisa membayangkannya, lalu mempertimbangkan sendiri apakah sesuai dengan dirinya atau tidak.
Bagaimana agar konten kreator bisa mereview dengan tenang tanpa terjerat UU ITE atau disomasi?
✅Ingin viral itu baik, tapi jangan gunakan segala cara. Apalagi memanfaatkan hal yang kontraversial.
✅ Jangan menyinggung SARA, politik, dan ujaran kebencian.
✅ Jangan memojokkan brand
✅Mereview dengan bahasa yang sopan. Tunjukkan kalau kamu 'berkelas'.
✅ Kalau ada kelemahan produk dan ingin diceritakan, gunakan bahasa yang halus, eufemisme. Kalau ketemu owner brand atau perwakilan brand, tanyakan apakah boleh memberi masukan soal produk. Lalu sampaikan dengan baik dan sopan.
Salam hangat,
Kata Nieke
Auto keinget brand minuman kekinian yg tempo hari heboh sejagat timeline.
BalasHapusSemoga ini bisa menjadi pembelajaran buat semua ya.
Makasiii banyak mb Nieke udah mengulas serba/i review produk
membantu sekali ini buatku yang suka menulis review. Soal skor, ada kondisi yang aku merasa perlu kasih sih buat bayangan sebagus apa produk itu menurutku. Tapi, makin ke sini memang makin jarang karena kadang bingung sendiri kasih skor yang pas.
BalasHapusterima kasih banyak ya mba Niken untuk sharingnya, selanjutnya tulis artikel tentang kasih credit gambar di tulisan dong mba Niken, yang aman seperti apa, juga sesuai etika, saya masih bingung
BalasHapusMenyampaikan ulasan soal kelemahan produk memang agak tricky ya. Terima kasih banyak untuk panduannya, Kak. Bermanfaat sekali, nih.
BalasHapusPoint paling penting menggunakan kata-kata yang sopan ya, Mbak, kalau ada kekurangan produk sampaikanlah secara diplomatis. Tulisan berfaedah sekali. Terima kasih.
BalasHapusSetuju mba, biar kata review itu ya terserah pengguna tetap harus ada etikanya. Menyampaikan negative side dari produk/makanan juga harus sopan dan nggak asbun ya..
BalasHapusBiasanya kalau mereview sesuatu hal di blog, kita bisa lebih bebas berekspresi dan wajib banget menggunakan bahasa yang sopan dan santun. Penggunaan bahasa dan efisiensi kalimat akan berbeda kalau di konten IG dan dan twitter.
BalasHapusTapi karena Indonesia kini darurat literasi, memang sebaiknya menggunakan bahasa yang jelas maksudnya, gak pake pengandaian yang bertele-tele.
Catatan penting sekali nih buat saya.
BalasHapusJangan menyinggung SARA, politik, dan ujaran kebencian.
✅ Jangan memojokkan brand
✅Mereview dengan bahasa yang sopan. Tunjukkan kalau kamu 'berkelas'.
✅ Kalau ada kelemahan produk dan ingin diceritakan, gunakan bahasa yang halus, eufemisme.
Wah teryata menulis review ada panduannya juga ya. Terimakasih sharingnya Mbak
BalasHapusAh iya, penting banget panduan seperti ini mbak
BalasHapusSebagai blogger kita kan emang kadang harus nulis produk review
Tentu harus tetap hati hati ya biar nggak disomasi
Waaaa mbak artikelnya membantu sekali mbak, niatnya mau review kalau endingnya kena reguran juga gimana gituuu kan yaaa
BalasHapusMasukan yg sangat bermanfaat nih....
BalasHapuswah bgs bgt nih tipsnya mba. siap dipraktekkan di blog nih kalau terima job review
BalasHapusAku sering nemu nih mba di Tik Tok, review produk yang ngawur banget. Entah emang briefingnya gitu atau talentnya yang kurang pengalaman
BalasHapusIntinya jangan memojokan ya Teh...menggunakan kata-kata yanh sopan agar tidak ada pihak yang tersinggung.
BalasHapusTerima kasih informasinya mbak, jadi lebih paham bagaimana cara mereview produk, selama ini hanya menyampaikan hal yang positif saja, ingin jujur jug tapi belum tahu caranya, karena ga semuanya baik kan mbak, ada juga yang negatif
BalasHapusmenyampaikan hal yang tidak pas tetapi tetap bisa diterima itu yang jadi PR
Sekarang untuk reviewer jadi peer untuk memilih kata-kata yang tepat kalau mau mengkritik sesuatu produk. Kalo prinsip ku, semua produk itu ga ada yg sempurna, jd kalau review pasti harus ada kekurangannya biar jadi pembanding sih.
BalasHapusMemang ya, dalam memberikan review harus hati2. Tidak bisa sembarangan. Meskipun harus jujur tetap jaga sopan santun dengan bahasa yang tidak menyinggung
BalasHapusTulisan yang sangat bagus. Topik ini memang penting. Buat saya, daripada menimbulkan kerepotan di kemudian hari maka saya hanya akan mereview produk yang benar-benar saya sukai saja atau yang saya tahu memang bagus. Paling kalau ada yang nanya suatu produk yang saya tidak sukai karena pengalaman kurang menyenangkan, misalnya, saya lebih suka membalas japri dengan bahasa yang saya upayakan informatif dan objektif.
BalasHapusMakasih banyak, ulasan yang lengkap tentang mereview sesuatu, emang bukan zamannya lagi membuat review seenaknya karena kita semua punya etika, pada tulisan ini dijelaskan secara rinci tentang bgaiamana seharusnya membuat review yang baik objektif tanpa menyinggung sesuatu.
BalasHapusKalau saya jarang banget-nget ngereview suatu produk, karena sama sekali tidak memiliki kompetensi untuk mereview, haha. "Teu kajiwaan" kalau dalam istilah basa Sunda. Tidak tahu kalau ke depannya, misal, saya kena wangsit, who knows. Tapi jika suatu hari saya menjadi reviewer memang harus menulis sesuai dengan etika dan hati-hati.
BalasHapusTerima kasih mbak Niken ilmunya, kepake bgt nih sharingnya.
BalasHapusMakanya ya kan, mereview produk itu tidak semudah yg dibayangkan, tidak memakai kata yang berlebihan tapi tetap dengan sopan santun, tapi kenapa feenya influencer tu pada kecil2 ya hiks
BalasHapusTercerahkan banget nih mbak, dengan baca artikel ini. Saya pun berhati-hati apabila review suatu produk. Sebisa mgkin tidak menjatuhkan. Apalagi menulis dengan membanding barang gitu agak sensitif juga kali ya.
BalasHapusTerima kasih mb Nieke, sangat berguna buat newbie menjelajah tentang riview makanan atau tempat.
BalasHapusMakasih banyak mbak sudah berbagi ilmu terkait batasan2 supaya tidak terjerat UU ITE. Jadi semakin hati2
BalasHapusIya ya, sekarang tuh mesti hati hati dalam membuat konten
BalasHapusJangan sampai tulisan review kita berujung masalah hukum
Setuju banget sama poin-poinnya mbak Nieke. Kalaupun mau memberi kritik membangun, bisa japri aja ke callcentre, email pengaduan atau minimal agency. Kalaupun mau ditulis di blog, bahasa sopan dan korelasinya harus jelas, daripada salah tafsir nanti jadi repot juga.
BalasHapusJujur kalau review produk sih suka rada deg2an heheh tapi kan adakalanya kita harus jujur ya tapi bner bngt kata mba nieke jangan sampai terlalu memojokkan dll harus kritik yang membangun
BalasHapusSetelah digunakan memang akan terasa mengalir cerita yang kita tuang menjadi review. Makanya memang kudu punya pakem biar gak ada masalah ya
BalasHapusReview produk memang harus hati-hati ya. Jujur tapi jangan menghakiminya. Selain itu tidak boleh mengandung unsur SARA, dan lainnya yang memicu perselisihan serius.
BalasHapusDan ya, bener banget, viral memang perlu, tapi jangam mengorbankan attitude danainnya demi viral.
Testimoni dan cerita yang paling sering saya gunakan dalam membuat artikel review diblog saya
BalasHapus