Menu

Percik Kata Nieke

Selasa, 16 Maret 2021

Belajar dari Drakor True Beauty: Cara Menolong Korban Bullying

Pada dasarnya, korban bullying membutuhkan dukungan teman dan keluarga. Apa yang bisa kita lakukan untuk membantu?


Drakor True Beauty yang mengangkat isu bullying. Foto: TVN

 

Tulisan ini merupakan bagian kedua atau lanjutan dari Bercermin dari Kasus Bullying Korea Selatan. Pada bagian pertama, saya membahas drama Korea yang mengangkat tema perundungan sebagai fokus utamanya: yakni True Beauty dan The Guilty Secret.

Pada kali ini, saya hendak menulis bagaimana cara menolong korban bullying apabila kita melihat kasus itu terjadi pada saudara, keluarga, teman, sahabat, dan kenalan kita--berkaca dari drama Korea True Beauty.

 

Im Jukyeong belajar dandan dalam True Beauty. Foto: skrinsyut TVN.

 

Kalau belum membaca tulisan bagian pertama saya, klik saja di sini untuk membaca Bercermin dari Kasus Bullying Korea Selatan. Secara singkat--bagi yang belum pernah nonton True Beauty, ini adalah drakor yang mengangkat isu perundungan. Im Jukyeong (Moon Gayoung) dirisak teman-teman sekolahnya karena dianggap berwajah tak rupawan. Ia sering dijadikan pesuruh untuk membeli makanan dan lain-lain oleh geng perundung. 

Klimaksnya, ketika Jukyeong dikhianati orang yang ia anggap sahabatnya yang bergabung ke geng perundung. Bahkan, Jukyeong dipermalukan di muka umum dan divideokan. Video itu lalu disebar ke internet dan media sosial. Malangnya, Jukyeong juga tak memiliki lingkungan yang aman di rumah. Tak kuat menghadapi tekanan, Jukyeong nyaris lompat dari gedung namun dicegah Lee Suho (Cha Eunwoo).

Jukyeong kemudian pindah sekolah dan memperoleh kesempatan untuk memulai dari awal hidupnya. Tak mau dirundung lantaran dianggap berwajah tak rupawan, iapun belajar dandan. Riasannya cukup bagus sehingga tak seorang pun merisaknya. Perlahan, kepercayaan dirinya pulih. Jukyeong menemukan teman-teman baru. Persahabatannya dengan Lee Suho (Cha Eunwoo) dan Han Seojun (Hwang Inyeob) juga menopangnya.

Sayangnya, ternyata ada yang membocorkan masa lalu Jukyeong sehingga fotonya tanpa riasan serta video saat ia dipermalukan di sekolah lamanya, tersebar di sekolah barunya. Jukyeong kembali mengalami perundungan. Kali ini, Jukyeong cukup beruntung karena orang-orang di sekitarnya tak diam saja--tak seperti di sekolah lamanya.

Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan apabila kita melihat seseorang mengalami perundungan, berkaca dari drakor True Beauty:

 

1. Berada di sampingnya. Bila memungkinkan, cegah saat perundungan itu terjadi. Ini seperti dalam adegan Kang Soojin (Park Yoona), teman baru di sekolah barunya menolong Jukyeong yang gemetaran kala tak sengaja bertemu geng perundung dari sekolah lamanya.

Kang Soojin melindungi Jukyeong dari geng perundung. Foto: skrinsyut TVN

 

2. Berikan dia dukungan dan kata-kata positif agar lebih percaya diri. Sebab, orang yang mengalami perundungan biasanya kehilangan kepercayaan dirinya.

Kang Soojin memberikan kata-kata yang menguatkan pada Jukyeong. Foto: skrinsyut TVN

 

3. Ketika Jukyeong mengalami situasi yang tidak enak, Lee Suho sebagai ketua kelas di sekolah baru langsung turun tangan membantu. Jukyeong tak sengaja terlempar kue tart di wajahnya. Biasanya kalau ada keadaan semacam ini di dunia nyata, orang-orang cenderung diam saja atau menertawakan.

Suho menutupi wajah Jukyeong dengan jaket menuju kamar mandi.
Foto: TVN

 

4. Bila memungkinkan, membantu menegur atau mengingatkan si perundung. Tapi kalau tak memungkinkan, dekati atasan/guru/otoritas di situ dan laporkan adanya kejadian perundungan. Kecil kemungkinan korban perundungan untuk melapor sendiri karena kerap tak dipercayai atau terlalu ketakutan. Ini seperti yang dilakukan Han Seojun terhadap salah satu perisak dari sekolah lama Jukyeong.

Baca: 5 Hal yang Bisa Dilakukan Saat Menyaksikan Bullying


Han Seojun menegur perundung Im Jukyeong. Foto: skrinsyut TVN


Han Seojun menegur Kang Soojin karena menyebar masa lalu Jukyeong. Foto: TVN


5. Korban bullying baru bisa mengkonfrontasi perundungnya apabila ia telah menemukan rasa percaya dirinya, menerima keadaan dirinya, dan mendapat dukungan kasih sayang dari lingkungan sekitarnya.

Im Jukyeong akhirnya berani menegur ketika ia dirisak secara verbal. Foto: skrinsyut TVN


6. Pada dasarnya, korban bullying membutuhkan dukungan teman dan keluarga. Walau mungkin ada kasus tertentu yang membutuhkan psikolog untuk turun tangan.

Teman-teman Jukyeong yang selalu membantu. Foto: skrinsyut TVN.

7. Beritahu keluarganya. Di sekolah barunya, Jukyeong beruntung. Tak hanya memiliki teman-teman yang mendukung, tapi juga guru yang perhatian. Ketika sang guru tahu Jukyeong dirisak, guru ini memberitahu ibu Jukyeong.

Baca juga: Tips untuk Guru Cegah Bullying di Sekolah

Dalam True Beauty, Jukyeong tak beruntung lantaran juga sering dikata-katai ibunya. Lantaran sang guru menemui ibu Jukyeong dan memperlihatkan video saat Jukyeong dipermalukan, ibu Jukyeong tersadar akan perilakunya. 

Ibu Jukyeong kemudian memperbaiki hubungannya dengan Jukyeong.

Baca juga: Tips untuk Orangtua saat Anak Jadi Korban Bullying

Jukyeong mengalami perundungan verbal dari ibu dan adiknya sejak kecil. Foto: skrinsyut TVN


Apakah kamu pernah mengalami perundungan? Bagaimana cara kamu mendapat pertolongan? Atau pernahkah kamu mencegah teman mengalami bullying?

Yuk, kita cegah perundungan bersama-sama.

 

Nieke Indrietta

Baca juga:  Pulih dari Masalah Kesehatan Mental, Bebas dari Mental Korban

9 komentar:

  1. Dukungan positif dari lingkungans ekitar sangat divutuhkan memang. Namun, masih banyak juga yang malah ikut nge-bully. Menganggapnya sebagai candaan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali. Nah mayoritas begitu yang terjadi. Banyak yang menganggap candaan padahal masuk kategori bullying. Di mana kita bisa mengukurnya? Taruh posisi kita di orang tersebut. Seandainya dibecandain kayak gitu, maukah. Sebuah becandaan buka becandaan apabila orang yang menerimanya merasa tidak nyaman.

      Hapus
  2. Sayang belum ada True Beauty di aplikasi Vidio. Saya leluasa nonton setelah acara saling follow selesai dan tidak sibuk. Biasanya nonton sambil nyetrika atau gasrok jagung.

    Mungkin karena saya pernah alami perisakan waktu SD jadi bahagia di sekolah menengah. Meski kecewa pada guru SMP yang kurang support, setidaknya masih banyak teman SMP yang asyik berteman.

    Lebih bahagia lagi ketika SMU karena lingkungan sekolah masih aman dari perisakan, maklum kota kecil.

    Waktu ada kakak kelas, anak cowok kelas 2 ganggu teman kelas sebelah sampai nangis karena melecehkan, spontan teman-teman membela, dan ada teman lelaki yang menyerang anak itu kayak di adegan film. Pokoknya seru. Pelakunya dilaporkan ke guru dan tidak tahu kena hukuman apa. Tapi setidaknya pelajar putri aman dari perisakan senior.

    Makanya saya khawatir dengan anak zaman sekarang karea lebih agresif dalam hal merisak. Harus ada perlindungan UU kekerasan dan ITE mengenai menyebarkan video yang bisa mempermalukan korban.

    Perekam video
    harusnya bisa dituntut. Aih, remaja Korea keras juga. Bagaimana dengan Indonesia?

    Saya setuju dengan poin di atas tentang dukungan teman-teman pada korban perisakan. Juga camour tangan guru. Masih banyak ortu yang merisak anaknya dengan kalimat verbal merendahkan yang bisa membuat anak down dan tidak punya tameng.

    BalasHapus
  3. Dua anak saya yang terbesar pernah di-bully di sekolah, Mbak Nieke. Yang sulung saat dia SMP, selama 2 tahun. Yang kedua, saat SD dan SMP. Kami - orang tuanya turun tangan langsung. Fiyuh. Memang PR besar ini, sekolah seharusnya jeli melihat masalah seperti ini.

    BalasHapus
  4. Memang aksi perundungan ini paling parah saat kita duduk di kelas SMP, walaupun di SMA ada juga sih ya, dan saya juga pernah dong kena bully juga waktu SMP, tapi dengan nunjukkin prestasi kita seiring waktu pelaku bully diem juga, perlu ada perhatian khusus dari sekilah mengenai perundungan ini, entah anak2 pelaku tersebut harus dididik lagi secara khusus atau hukuman yg memberi efek jera

    BalasHapus
  5. Suka nonton drakor, banyak juga drakor yang bertemakan soal bullying ini. Di Indonesia bullying sering dianggap buat candaan saja, lucu lucuan. Padahal sudah sangat melukai perasaan si anak, hanya tak berani melawan takut ga punya teman atau malah makin dirisak. Di medsos juga banyak ya orang suka membully. Setidaknya kita jangalah ikut jadi pelaku. Bullying itu kejam bisa sampai membunuh karakter.

    BalasHapus
  6. Drakornya rekomen nih buat ditonton. Kebetulan saya suka drakor yang berbau sekolah-sekolah gini. Kaya school 2015 juga tuh. kayaknya drakor yang bercerita tentang bullying itu identik diperankan dengan latar sekolah, ya.

    BalasHapus
  7. Orang tua harus mendukung juga ya mbak, Sedih jika ada ornag tua yang menganggap hal itu lumrah terjadi di antara anak-anak

    BalasHapus
  8. waaah keren yaaa, film yang mengangkat cerita begini emang harus ditonton nih :)

    BalasHapus

Hi... terima kasih sudah mampir dan membaca blog saya. Mohon berkomentar dengan sopan, tidak meninggalkan spam, tidak menggunakan LINK HIDUP di kolom komen. Sebelum berkomentar, mohon cek, apakah Anda sudah memiliki profil di akun Anda. Profil tanpa nama atau unknown profil tidak akan diterima berkomentar. Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, sebaiknya tidak gunakan akun anonim.

Salam.