Bapak saya punya cara unik mengenalkan cerita sejarah dunia kepada saya. Lewat film dan lagu. Ini salah satu kisahnya.
We don't need no education
We don't need no thought control
No dark sarcasm in the classroom
Teachers leave them kids alone
Hey, teachers, leave them kids alone
All in all it's just another brick in the wall
All in all you're just another brick in the wall
Suara
anak-anak menyerukan kalimat itu dengan iringan musik drum dan betotan gitar
elektrik. Nada-nadanya nyaris datar. Itulah sepenggal lirik lagu Pink Flyoid yang
menjadi salah satu ikon sejarah runtuhnya Tembok Berlin pada November 1989.
Usia saya masih sepantaran sekolah dasar kala mendengar tembang berbahasa
Inggris itu pertama kalinya. Bapak sayalah yang memperkenalkan lagu itu ke
telinga saya.
“Ini
lagu untuk memperingati runtuhnya tembok Jerman,” kata Bapak saya tiap kali
memperdengarkan lagu itu. Itu pertama kalinya saya mendengar nama negara itu.
Sejatinya
Another Brick in the Wall dirilis sepuluh tahun lebih awal.
Lirik-liriknya adalah metafora yang menuturkan kisah Roger Waters—basis Pink
Flyoid—ketika ayahnya wafat dan ia memiliki ibu yang terlalu protektif serta
mengalami kekerasan dari gurunya. Roger Waters membangun tembok dalam
pikirannya agar tidak terluka. Pada akhirnya, ia menyadari tembok yang dianggap
tempat berlindung itu justru destruktif dan ia memutuskan menghancurkannya.
The
Wall kembali bergaung lantaran dinyanyikan dalam konser “The Wall: Live in
Berlin” oleh sejumlah musisi terkenal seperti Scorpions, Van Morrison, Sinead
O’Connor, Cyndi Lauper—delapan bulan setelah Tembok Berlin diruntuhkan warga setempat.
Mereka merayakan reunifikasi Jerman Timur dan Barat. The Wall menjadi salah
satu lagu momentum runtuhnya tembok Berlin.
Dari
sebuah lagu itu, Bapak saya sedang bertutur sepotong sejarah tentang sebuah
negeri yang tak pernah saya ketahui sebelumnya. Pun tak terbayang keadaannya,
apakah terdapat sawah padi hijau yang menghampar dengan pegunungan, panas terik
yang menyengat di siang bolong, atau terdengar bunyi jangkrik di kala malam.
Tembok
Berlin, Bapak melanjutkan ceritanya, dibangun pada 1961 setelah perang dunia II
usai. Dengan berdirinya tembok itu, Jerman terbelah menjadi Republik Federal
Jerman (Barat) dan Republik Demokratik Jerman (Timur). Berlin yang berada di
tengah-tengah pun terbagi dua. Kedua wilayah memiliki pandangan politik yang
berbeda, barat cenderung liberal sedangkan timur berpaham komunis. Jerman Barat
beraliansi dengan Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis. Sementara Jerman Timur
bersekutu dengan Uni Sovyet (sekarang Rusia).
Itu
adalah pelajaran politik pertama yang saya terima tanpa sadar karena Bapak
terkesan lebih bercerita ketimbang mengajari saya. Tak heran, kalau otak saya
yang masih dini itu bisa menyerapnya dengan baik.
Di
lain waktu, Bapak memutar cakram hitam tembang Nikita yang dinyanyikan Elton
John, penyanyi asal Inggris. Video klipnya seorang gadis cantik berambut pirang
berseragam tentara di tengah salju. Lagu ini dirilis empat tahun sebelum Tembok
Berlin runtuh, yakni 1985 dan sangat populer. Sebuah lagu yang bercerita tentang situasi politik dunia, blok barat dan blok timur.
Oh Nikita you
will never know, anything about my home
I'll never know how good it feels to hold you
Nikita I need you so
Oh Nikita is the other side of any given line in
time
Counting ten tin souldiers in a row
Oh no, Nikita you’ll never know
……..
Dalam video klip, Nikita,
nama tentara penjaga perbatasan itu adalah pujaan hati sang pria yang dalam
video klipnya diperankan Elton John sendiri. Diam-diam si pria memotret,
mengagumi dari jauh, hingga mencoba berinteraksi dengan cara sering
mondar-mandir perbatasan supaya bisa ngobrol biarpun cuma sebentar. Omong-omong soal cinta terlarang dan perbatasan, kok saya mendadak teringat drama Korea Crash Landing on You yang fenomenal itu ya.
Nikita pun diam-diam mencuri pandang dan melempar senyum. Adegan berikutnya, pertemuan mereka diinterupsi oleh penjaga perbatasan lain. Namun Nikita memandang dari kejauhan. Seraya menanti sang tentara pria memeriksa paspor Elton John, pikiran keduanya berkecamuk. Mereka berkhayal bisa bertemu dan bercakap-cakap dengan bebas, berdansa, dan menghabiskan waktu bersama--tanpa dikekang batasan propaganda.
Elton
John kembali bersenandung.
And if there
comes a time
Guns and gates no longer hold you in
And if you’re free to make a choice
Just look towards the west and find a friend…
*.
Belakangan
saya membaca buku sejarah, Jerman Timur membangun tembok sepanjang hampir 160
kilometer itu pada 1961, agar warganya tidak bisa ke Jerman Barat. Tembok yang
tingginya nyaris 4 meter itu memiliki kawat berduri di atasnya. Tentara Jerman
Timur memeriksa siapapun yang melintasinya, bahkan tak segan melarang apabila
dianggap mencurigakan.
Sekitar
300 menara pengawas, pos perbatasan, puluhan bungker, dan alarm yang bisa
mendeteksi orang yang hendak menyeberang dari timur ke barat. Salah satu pos
yang terkenal adalah Charlie Checkpoint atau Checkpoint C. Tak
sedikit warga Jerman Timur yang mencoba membelot ke barat mati terbunuh kala
mencoba melewati perbatasan.
I follow the
Moskva
Down to Gorky Park
Listening to the wind of change
An August summer night
Soldiers passing by
Listening to the wind of change
The world is
closing in
Did you ever think
That we could be so close, like brothers
The future's in the air
I can feel it everywhere
Blowing with the wind of change
…
“Tembok
Jerman sudah runtuh,” ucap Bapak kepada saya, berkomentar soal lagu itu.
Saya yang masih piyik belum sepenuhnya paham soal sejarah yang Bapak ceritakan. Toh Wind of Change dari Scorpion itu menjadi salah satu lagu favorit saya masa SD. Saya kerap menyanyikan bagian bersiulnya.
Bapak saya yang juga hobi nonton film, juga mengenalkan film-film bertema sejarah kepada saya. Misalnya film bertema sejarah Jerman Barat-Jerman Timur, era kekejaman Hitler, genosida. Duh, paling nangis kalau menyaksikan film tentang genosida ini. Beberapa film paling berkesan adalah besutan Stephen Spielberg, Schindler's List bertema genosida (pemerannya Liam Neeson) dan Bridge of Spies yang berlatar perang dingin blok barat-blok timur (pemerannya Tom Hanks). Duh jadi kangen dengan film-film Stephen Spielberg yang risetnya kuat dan kerap memenangkan penghargaan.
Artikel lainnya tentang film, baca di sini.
Tembok Berlin dibongkar sistematis secara resmi pada 13 Juni 1990, hingga selesai seluruhnya pada 1992. Kini hanya beberapa bagian tembok yang disisakan sebagai monumen dan tempat wisata. Reunifikasi resmi dideklarasikan pada 3 Oktober 1990 dan dirayakan setiap tahunnya hingga kini oleh warga Jerman.
Omong-omong,
pos penjagaan Charlie Checkpoint ini masih ada sampai sekarang dan
menjadi salah satu obyek wisata. Di situ, juga masih ada petugas yang memang
berperan menjadi ‘tentara penjaga perbatasan’ untuk berfoto bersama turis. Ini
saya ketahui setelah mengetik kata kunci Tembok Berlin di Google.
Semoga, suatu hari nanti saya bisa singgah di lokasi tembok Berlin, Jerman. Sekalian untuk mengenang almarhum Bapak yang selalu berkisah tentangnya. Semoga perdamaian dunia selalu menyertai bumi ini.
Kalau ada yang pernah berkunjung ke Tembok Berlin, bolehlah berbagi cerita di kolom komentar saya. Atau barangkali ada teman pembaca yang menyukai lagu-lagu 1990-an jadul yang saya sebutkan tadi?
***
Nieke Indrietta
Asyiknya baca ulasan ini, berasa baca buku sejarah tapi tidak membosankan. Saya juga suka bannget sama lagu The Wind of Change, dalam dan tegas gitu dinyanyikannya. Emang dasarnya suka lagu2 barat jadul sih, tu pun karena bapak sering memutar lagu2 saat saya kecil :D
BalasHapusAsik, asik. Ketemu sama sesama penyuka lagu nostalgia ini. Tos dulu yuk, Mbak Riana. Bapaknya kesukaannya sama kayak Bapak saya kalau gitu. Hehehe.
HapusLagu barat jadul adalah kesukaanku juga mbak, lebih masuk ke hati. Tulisan ini menyingkap sejarah di balik sebuah lagu. Keren euy.
BalasHapusSenangnya bisa mempunyai ayah yang mengenalkan sejarah ke putrinya. Aku belum pernah mendengar tentang lagu ini. Ternyata makna sejarahnya begitu mendalam.
BalasHapusJadi sedih kalau mengenang kisah Tembok Berlin karena poanjang dan gelap. Saya tahunya dari majalah Intidari lawas bekas. Waktu tahun 1989 pan sedang meng-homeschooling-kan diri.
BalasHapusAda kisah tentara Jernan Tinur yang jadi penjaga pembangunan tembok itu, nekat membelot melompati pagar berduri yang masih rendah untuk kabur ke wilayah Jerman Barat.
Tentara muda itu bisa dianggap pengkhianat oleh pihak Jerman Timur. Padahal dia tidak ingin ada kekangan dalam bentuk pemaksaan dan kekerasan dari segelintir orang uang berkuasa kelola negara.
Bayangkan, saat tembok dibangun, banyak keluarga yang kebetulan sedang berada di sisi lain jadi harus terpisah. Sakitnya. Pemimpin diktator hanya menyengsarakan rakyat dengan tindakan tidak berfaedah.
Republik Demokratik apaan, sih,yang Timur itu? Soalnya saya juga baca kisah orang Timur yang mencoba membelot ke Barat karena rindu keluarga atau tidak betah dengan pemisahan, ditambah sistem sosialis itu bikin susah rakyatnya secara ekonomi dan sosial.
Hebatnya lagu bisa membawa pemgaruh, ya. Seperti Pink Floyd, Elton John, bahkan Scorpion. Mereka keren.👍
Oh ya, saya juga pernah nonton film "Gorky Park" yang dibintangi Rutger Hauer saat masih remaja. .
Syukurlah Jerman sudah bersatu. Tapi generasi sekarang barangkali tidak tahu banyak mengenai sejarah dunia.
Wahhh bener juga ya, emang kalo belajar sejarah pake lagu mungkin akan jadi lebih mudah diingat juga 😂
BalasHapusHehehe iya, bener, Mbak. Sejarah itu kalau dituturkan dengan storytelling dan lagu lebih mudah diingat. Ketimbang pelajaran sejarah umumnya yang selama ini hanya sekadar hapalan.
HapusMbak Nieke nyaris sezaman dengan saya. Tahun 1989 saya kelas 3 SMP naik SMA. Lagu-lagu yang disebutkan di atas dulu sering diputar di radio2 swasta di kota saya. Saya jadi mencari kembali lagu Nikita dan lagu Change di atas ... memori masa lalu kembali deh hehe.
BalasHapusBaca kisah ttg ayahnya Mbak Nieke, mirip kayak suami saya. Suami saya suka sekali sejarah (beda dengan saya wkwkwk). Sejarah dunia, sejarah Islam, sejarah purba, enak saja dengarnya kalo dia cerita. Dia juga suka ngobrol dengan putri kami (sekarang SMP kelas 2) juga menemaninya nonton. Semoga nanti putri kami juga punya ingatan dan menyimpannya seperti Mbak Nieke menyimpan ingatan ini ttg ayahnya :)
Seperti biasa, saya suka baca tulisan Mbak Nieke. :)
Awww, berarti tulisannya jadi sentimental, membangkitkan kenangan sama lagu-lagunya, ya Mbak. Saya nulis ini juga sambil dengerin lagu-lagu itu,nostalgia. Semoga nanti putrinya jadi pecinta literasi, yang suka nulis, lalu menuliskan pemikiran-pemikirannya yang bisa bermanfaat bagi sesama. ^_^
HapusMenarik sekali mba, artikelnya. Saat baca judulnya saya langsung terhentak. 1900-an? Wow, sudah 100 tahun lho...
BalasHapus1990-an kalau di judulnya, Mbak ^_^. Kalau judul di link itu kepelet aja, belum tau cara koreksi link. Jadi belum sampai 100 tahun. Masih muda lagu-lagunya, hehehe.
HapusMbaaa, andaikan guru2 sejarah mengajarnya dengan metode seperti ini.... dijamiiin, murid2 bakal betah dan nggak kabur ke kantin!
BalasHapusguru sejarahku dulu pas SMA ngebosenin bangeettt
padahal, peristiwa macam gini super duper menarik ya
Saya paling suka membaca cerita sejarah. Membaca tulisan Nieke saya kok jadi ikutan melow ya. Sejarah tentang runtuhnya tembok Berlin. Saya belum pernah mendengar cerita lengkapnya. Setelah membaca tulisan ini jadi tahu dan pengin googling juga tentang kisah tembok Berlin ini.
BalasHapusAsing semua mbak nieke lagu-lagu itu ditelinga saya, tapi pengin mendengarkan karena memang lagu-lagu lama itu maknanya tersendiri. Saya yang gak asing itu Elton John, itu aja pas dia kolaborasi sama Blue, duh itu band favorit aku sampe sekarang. Blue jadi tahu Elton John ya pas dari Blue mbak nieke, xixi
BalasHapusMbak Nike luar biasa. Dapat menarasikan sejarah runtuhnya tembok berlin dengan lancar dan detail. Sehingga saya nenek-nenek manula ini juga bisa memhaminya. Walaupun cuman sebagian kecil. selamat petang. Doa sehat untuk keluarga di sana.
BalasHapusLho Mbaaaak.. iki lagu Wind of Change juga favorit aku. Nggak nyangka kalau ini ada kaitannya sama tembok Berlin ya? Waah Mbak Nieke nulis lagi soal sejarah dong Mbak, aku kok seneng ya bacanya <3
BalasHapusWah Keren dan kreatif nih Mbak, selain belajar sejarah bisa sekalian belajar Bahasa Inggris juga. Bisa dicontek nih buat ngajarin anak di rumah hehe.
BalasHapusBanyak cara ya bikin belajar sejarah itu menyenangkan. Dari lagu, film, mungkin kalo d bikin buku cerita kayak komik gitu juga lebih menarik.. Mantap mba artikel'y..
BalasHapusLagu-lagu tahun 1900 an emang everlasting gitu ya mbak, enak but dinyanyikan... Saya baca sambil nyanyi-nyanyi tadi
BalasHapusSebenarnya saya tidak pernah menyentuh sejarah Eropa.
BalasHapusApakah ada versi filmnya yang bisa dinikmati rekomendasi kak Nieke?
Saya juga suka belajar sejarah dari film. Terakhir nonton tentang kebocoran nuklir di Rusia.
BalasHapusSaya masih senneng denger lagu2nya scorpion. Kira kira saya SMP deh lagu itu ada..memang lagu juga bisa mengenang sejarah tempat ya mbak.
BalasHapusWah kalau dengan lagu sejarah akan mudah diingat ya kak, cocok nih diaplikasikan di sekolah agar anak anak tahu sejarah dengan mudah.
BalasHapus