Iga panggang, menu andalan Warung Ipang. Dagingnya yang juicy berpadu dengan bumbu kacang, lumer di mulut.
Iga panggang bumbu kacang di Warung Ipang, Tunjungan Plaza, Surabaya. Foto: Nieke |
Tak pernah saya membayangkan, akhirnya saya merasakan makan malam di restoran di dalam sebuah mal di tengah suasana pandemi. Sejak pandemi melanda, saya dan keluarga lebih banyak beraktivitas di rumah. Kalau keluar rumah hanya melakukan kegiatan yang penting saja. Jadinya jarang makan di luar rumah. Kalau tidak masak sendiri di rumah, ya memesan pesan layanan antar maupun yang lewat aplikasi.
Bermula dari niat Tante saya untuk beli teko listrik. Hujan tidak menggentarkan niat tante saya. Lagian, hujan yang tadinya deras kemudian menyisakan rintik-rintik. Maka berangkatlah kami mencari teko listrik ke Tunjungan Plaza, yang konon mal terbesar di Surabaya. Tentu saja dengan protokol kesehatan sebelumnya. Di mobil sudah tersedia semprotan desinfektan dengan aroma eukaliptus. Hand sanitizer di tas masing-masing.
Kami juga memeriksa jam operasional mal yang kami tuju sebelumnya lewat Google. Oh, untungnya masih buka hingga pukul 22.00. Mungkin lantaran hari Senin. Saat itu pukul 19.30 malam, beruntung jalan tak macet meski Surabaya usai digempur hujan. Aplikasi peta jalan Waze memandu perjalanan kami memilih jalanan yang tak banjir dan tak macet. Hanya dalam 30 menit kami sudah memasuki lobi dan tempat parkir Tunjungan Plaza 4.
Begitulah mungkin perempuan, niat beli teko listrik bisa 'beranak pinak' menjadi beli seprai dan bed cover ketika melihat kata diskon di gerai M******i. Apalagi teko yang diidamkan ternyata tak ditemukan di sana. Ketemunya malah di H*******t di lantai dasar Tunjungan Plaza 1.
Usai misi mencari teko listrik terpenuhi, berikutnya giliran memenuhi misi menyenangkan perut keroncongan. Berhubung kami sudah kadung di Tunjungan Plaza 1, kami memutuskan mencari tempat makan di tempat yang sama. Membayangkan harus menyeret kaki melanglang buana Tunjungan Plaza 2, 3, 4, 5, dan 6 untuk mencari tempat makan betapa malasnya. Kami pun naik dengan eskalator menuju lantai teratas Tunjungan Plaza 1. Di sana bertebaran resto-resto dan pujasera.
Pilihan jatuh pada Warung Ipang. Resto ini sudah lama lho di Tunjungan Plaza, tapi entah kenapa kami belum pernah singgah. Jadilah malam itu kami menjajal menu Warung Ipang. Kebetulan tempatnya tak banyak kerumunan orang. Memang suasana tenang seperti ini yang dicari. Sebelum duduk, saya meminta karyawan resto untuk menyemprot desinfektan ke meja dan sofa tempat duduk.
Kiri atas: Paket Ipang 4. Kanan atas: Iga panggang bumbu kacang. Bawah: iga penyet. Foto: Nieke |
Menu yang kami pesan: iga panggang bumbu kacang, paket ipang 4 yang terdiri dari ayam goreng, empal goreng, tempe goreng, urap-urap, lodeh, dan sambal, sup buntut, serta iga penyet. Tak menunggu lama, sekitar 15 menit makanan yang kami pesan sudah dihidangkan.
Cukup impresif, sebab sendok dan garpu untuk tamu restoran direndam dalam air panas seperti foto di bawah ini. Saya menangkap inilah upaya Warung Ipang membuat konsumennya merasa aman dan nyaman ketika makan di tempat dalam kondisi sedang pandemi.
Kiri: iga penyet. Kanan atas: paket Ipang 4. Foto: Nieke |
Paket Ipang 4 harganya sekitar Rp 40 ribuan, menyajikan nasi putih, ayam goreng, empal goreng, tempe goreng,urap-urap, lodeh, dan sambal. Serundeng ditaburkan di atas nasi. Ketika makan, saya membaurkan serundeng itu dengan nasi. Serundengnya enak, gurih, dan bumbunya terasa. Empal gorengnya sangat empuk, manis dan gurih berpadu kala dikunyah dalam mulut. Tempe gorengnya tak mengecewakan. Urap-urapnya sedikit pedas. Lodehnya enak. Porsinya jumbo, mengenyangkan. Sepadanlah dengan harganya.
Sementara iga penyetnya terasa pedas. Dalam skala level 1 sampai 10, kepedasannya di level 5. Dagingnya sangat empuk. Hidangan iga wajib dicoba kalau singgah ke Warung Ipang. Ini menu andalannya. Cocoklah resto ini bernama Ipang, akronim dari iga panggang.
Sup buntut. Foto: Nieke |
Sup buntutnya juga enak. Dapat semangkok sebesar ini, gaes. Puas banget kan. Kalau enggak kuat dengan porsi jumbo ini, bisa buat tengahan. Kuahnya menyegarkan. Apalagi kala dimakan panas-panas. Hmm...
Sementara itu, iga panggang bumbu kacangnya... omo-omo-omooo... DAEBAK. Daging iga panggangnya lembut banget. Lumer di mulut. Juicy. Apalagi saat berpadu dengan bumbu kacangnya yang manis dan gurih. Bumbu kacang ini seperti bumbu kacang sate namun digiling halus sekali.
Iga panggang bumbu kacang. Foto: Nieke |
Ono rego ono rupo. Harga makanan rata-rata di sini mulai dari Rp 35 ribuan. Dengan minuman, mungkin kita mesti merogoh kocek Rp 50 ribuan sekali makan per orang. Untuk menu andalan seperti iga panggang bumbu kacang harganya mencapai Rp 80 ribuan. Namun kamu tak bakal menyesal mengeluarkan lembaran uang sebanyak itu tatkala mencicip rasa makanannya. Paling penting: iga panggang, rekomendasi banget mencicip menu ini kalau ke Warung Ipang. Kalau saya sih ditrakter tante karena saya temani berburu teko listrik (plus seprai dan bed cover), wkwkwk.
Saya sebenarnya deg-degan sih makan di luar rumah. Kepepet lapar sih, pas jam makan malam pula. Kalau mau main aman, pesan makanannya lewat aplikasi daring saja ya. Pesan grebfud dan gofud adalah jalan ninja saya saat pandemi. Kalau terpaksa beraktivitas keluar rumah, terapkan protokol kesehatan ya.
Nieke Indrietta
Artikel kuliner dan traveling lainnya, klik di sini.
Baca juga: Makanan ala Korea di Lazizaa: Korean Burger
Kalo lihat Paket Ipang 4 harganya sekitar Rp 40 ribuan, kayaknya bisa dimakan oleh dua orang ya, Mbak Nieke?
BalasHapusKalau tipe yang makannya banyak, Paket Ipang bisa buat satu orang. Tapi kalau tipe yang makannya dikit, bisa buat dua orang. Nasinya banyak :D
HapusSaya suka daging iga panggang dan saya juga suka bumbu kacang.. selain enak, kedua makanan ini sangat kaya gizi..kalau lah dekat mungkin saya sudah melipir ke tempat itu.. sayang jauh sekali dari sini..
BalasHapusWhooo iya ya. Kaya gizi. Enak pula. Nomnomnom.
HapusIpang ini berarti Iga Panggang kepanjangannya ya, dengar nama iga panggang dengan sambal kacang saya jadi ingat sama makanan Makasar konro bakar kalau gak salah ya :)
BalasHapusAaaah konro bakar... jadi pengen makan itu. :)
HapusWuahhh... bikin mupeng maksimal mbak, auto laper ini hihihi... Lihat ulasan mbak Nieke jadi inget waktu jaman pacaran. Si mantan pacar yang kini jadi suami nraktir makan malam di warung yang iga bakarnya tu enak bgt. Jadi nostalgia :D
BalasHapusWaaah asiiiiknya langsung nostalgia. Semoga ditraktir suami lagi, jadi kalian berdua bisa dinner mate romantis. :D
HapusLengkap banget paket makanan tradisional kayak gitu campur iga panggang spesial. Sayuran dan daging dalam menu resto Ipang pastinya mengenyangkan perut yang terbiasa demgan makanan khas Indonesia.
BalasHapusMalam-malam makan urap itu justru baik karena perut mudah mencerna serat. Seimbang untuk teman makan iga panggang.
Sayur asam pasti segar. Duh, jadi lapar dan besok pengen masak sayur asam campur tahu dan tempe goreng plus sambal terasi.
Bersyukur restoran menerapkan protokol kesehatan juga dengan semprot desinfektan plus rendam sendok dan gapou dalam air panas. Itu pengingat agar saya hati-hati jika nanti makan di luar.
Kayaknya juga harus bawa tempat minun sendiri. Apalagi jika.minumnya di kedai bakso.
Semoga tetap sehat,ya.
Wah iya, baru nyadar kalau urap itu makanan sehat berserat. Tempe goreng plus sambal terasi itu perpaduan mantap. Apalagi sayurnya sayur asem.
HapusIya ya, harusnya bawa perangkat makan sendiri. Waktu itu gak ada rencana makan di luar, jadi lupa bawa. Untungnya restonya higienis.
Wah menunya enak semua. Langsung lapar nih lihat gambarnya. Oya mbak kok sama ya hehe...saya kalau belanja niatnya cuma beli baju eh pulangnya gak hanya bawa baju tapi juga bawa tas dan sepatu hehe...
BalasHapusHaahahhaha. Nah ya itu, kok beranak pinak. Hahahha.
HapusMba Nieke saya suka banget dengan namanya Iga, diapain aja masaknya. DUh semoga someday bisa nyobain iga ini kalau balik lagi ke Surabaya.Pas siang-siang begini pula lihatnya, makin nambah laper karena belum maksi
BalasHapusAmiiin. Smeoga bisa mampir kalau pandemi dah kelar. :D
HapusJadi laper liat iga panggang hehe kalo ke surabaya harus di sempatin mampir nih
BalasHapusLemah kalau sudah lihat olahan iga, apalagi iga bakar. Namun, kalau yang pakai bumbu kacang saya belum nyoba, nih. Jadi penasaran.
BalasHapusDemi apa habis baca artikel ini jadi ke inget kuliner nya surabaya,,, semoga bisa mampir ke siti juga next
BalasHapusNgilerrr maaak cocok suasana lafeeeerr di banyuwangi. Harganya termasuk standart ya maak kalau enak ga masalah yaks yg sebelin kalau mahal ga enak bikin ngruesss
BalasHapusDuuhh mantap sekali iga-nya...
BalasHapusTapi sayang. Bukan pecinta daging. Jadi cuma seukur pengen aja gak berani nyoba. Huhu