Pengalaman saya menginap di hotel ala kapsul, The Packer Lodge, dekat Malioboro, Yogyakarta.
Suasana lobi hotel The Packer Lodge Yogya. Foto: Nieke |
Apa yang ada di benakmu kalau menginap di hotel asrama atau kapsul? Kalau saya, awalnya agak deg-degan sih. Ini pertama kali nyobain hotel asrama atau kapsul, yang sekamar lebih dari satu orang. Di The Packer Lodge Yogya, sekamar dihuni maksimal empat orang dengan empat bed/kasur. Dan tiap bed ada tirai penutup, jadi perkiraan awal saya, masih ada privasi. Begini ceritanya....
Berhubung saya ke Yogyakarta dengan kereta dan turun di Stasiun Tugu, saya ke The Packer Lodge Yogya yang terletak di Jalan Dagen hanya perlu waktu sekitar 5 menitan, dengan ojek online. Letaknya memang tak jauh dari Stasiun Tugu dan kawasan Malioboro yang legendary. Kereta saya baru tiba di Yogya pukul 22.30. Saya check in pukul 23.00. Jalan di depan hotel masih ramai. Hotel terletak hampir di mulut gang Jalan Dagen, sehingga saya bisa melihat jalan Malioboro juga masih padat pengunjung, mobil, dan motor. Mungkin karena akhir pekan, batin saya.
Depan hotel juga banyak pedagang menjual makanan. Abang tukang sate sibuk mengipasi puluhan tusuk daging ayam persis depan hotel. Aromanya sungguh menggoda. Tapi saya ingin segera menaruh tas dan check in. Di pintu depan hotel yang seluruhnya terbuat dari kaca, ada papan tergantung dengan tulisan "penuh". Beruntung, saya sudah booking jauh-jauh hari melalui aplikasi T*******a.
Belum sempat saya membuka pintu lobi hotel, petugas hotel dari dalam membukakan pintu. Ternyata membuka pintu harus menggunakan kartu dengan cara menempelkannya di gagang.
"Sudah booking? Karena hotel kami penuh," kata perempuan muda yang mengenakan atasan kaos dan celana panjang itu.
"Sudah, mbak," ucap saya. Dia lalu mempersilakan saya masuk.
"Ohya, alas kakinya mohon dilepas," ujarnya.
Saya baru menyadari tak seorangpun di ruangan mengenakan alas kaki. Segera saya mencopot sepatu, membungkusnya dengan plastik, lalu memasukkannya ke dalam tas. Sebenarnya ada rak sepatu sih, yang disediakan di lobi hotel.
Saya menaruh tas saya di meja di seberang resepsionis. Kemudian menyebut nama dan kode booking. Petugas di meja resepsionis bergegas memeriksa di komputernya. Dia menjelaskan beberapa peraturan hotel dan ketersediaan breakfast/sarapan pagi pada pukul 07.00 pagi. Saya mengangguk. Saya mendapat kamar di lantai dua, dengan jendela.
Meja dan kursi di depan resepsionis The Packer Lodge Jogja. Foto: Nieke |
Petugas perempuan itu yang mengantar saya ke lantai dua dengan tangga. Tidak ada lift. Beruntung bawaan saya tidak banyak dan tidak berat. Sepertinya hotel ini memang didesain untuk backpacker. Meski demikian, hotel ini tetap cantik. Sepanjang saya masuk hotel, mata saya dimanjakan dengan keindahan interiornya. Hiasan dan kutipan di dindingnya yang Instagramable.
"Mbak, kamar mandinya di situ ya," kata dia sambil menunjuk tiga kamar mandi, yang letaknya di ujung ruangan sebelah kiri jika kita dari arah tangga lantai satu. Atau dengan kata lain, kamar mandi yang berderet itu terletak di bagian belakang apabila dilihat dari depan. Saya mengangguk.
Dia membawa saya ke ujung bagian depan, mendekati balkon. Rupanya kamar saya di bagian depan, dengan jendela yang menghadap ke balkon. Ia membuka pintu kamar dengan kartu ditempelkan ke bagian gagang pintu. Biiippp.... Lalu pintu terbuka.
Ruang kamar sudah gelap, tapi ada cahaya dari arah luar jendela. Terdengar suara napas orang tertidur nyenyak di dua pod di bagian atas.
"Bed nomor 4 yang kosong," kata petugas itu setengah berbisik. Lalu dia membukakan loker nomor empat, yang terletak di ujung dekat jendela, dengan cara sama ketika membuka pintu. Kartu ditempelkan di bagian gagang.
Biiipp... Pintu loker terbuka. Ada bantal, handuk, dan selimut berwarna coklat di dalamnya. Ia mengeluarkannya dan menaruhnya di atas ranjang saya. Sementara saya menaruh tas saya di dalam loker. Petugas perempuan itu kemudian pamit.
Ruangannya adem. Saya mengintip suhu pendingin ruangan di remote. Pantas saja, ada tamu di ruangan saya yang menyetelnya 18 derajat. Diam-diam saya menyetelnya menjadi 23 derajat agar saya tak kedinginan. Tetap adem kok, hehehe. Mumpung mereka sudah tidur. Tirai di dua ranjang di atas juga tertutup. Saya merangkak ke pod saya dan menjajal kasur. Empuuuk. Membuka lemari kecil di samping kanan saya. Ada kuncinya. Ketika dibuka, lemari itu bisa berfungsi sebagai meja. Ada juga lampu baca di dalam pod saya. Asyiiik, nih. Setelah berganti pakaian di kamar mandi, saya duduk di lobi.
Batal beli sate ayam, saya pilih makan sisa bekal makan saya waktu di kereta. Lamat-lamat terdengar musik yang diputar mas-mas di meja resepsionis. Nama grup musiknya Cigarettes After S*x. Sekilas suara vokalisnya mirip vokalis Oasis, tapi dengan gaya musik yang sama sekali berbeda. Lebih easy listening.
Lah kok malah mbahas musik. Tapi lagunya bikin saya kerasan nongkrong di lobi. Bikin teh panas di dapur bersama yang letaknya bersebelahan dengan meja dan kursi di seberang resepsionis. Kemudian duduk cantik sambil memandangi orang lalu lalang di Jalan Dagen di tengah malam. Busyet, ini wisatawan masih banyak yang menikmati Malioboro meski sudah di ujung malam.
Suasana ruang menonton Tv bersama di lobi hotel The Packer Lodge, Jogja. Foto: Nieke |
Saya mencoba ke ruang televisi yang letaknya bersebelahan dengan dapur. Asal mengambil majalah yang disediakan. Sekadar baca selintas-selintas saja. Lalu mengeksplorasi apa yang ada di rak. Ada panduan wisata di Jogja. Kebanyakan berbahasa Inggris. Tapi panduan wisatanya lumayan asyik. Menerangkan wisata apa saja yang oke beserta lokasi dan secuplik sejarahnya. Lalu tersadar, jam sudah menunjukkan pukul 00.30. Saya harus memaksa mata ini tidur supaya bisa beraktivitas dengan segar di hari yang baru.
Saya pun kembali ke kamar. Berbaring di ranjang dalam pod. Membalut badan dengan selimut, untuk melindungi dari hawa dingin penyejuk ruangan yang sudah kembali disetel 18 derajat. Memejamkan mata dan tidur. Untung tidak ada yang ngorok. Hahahaha. Saya bisa tidur nyenyak.
Pukul 06.00 pagi saya bangun dan langsung mandi. Saya tidak mau berebut kamar mandi. Saya sudah menduga jam segitu pasti masih sepi. Di kamar mandi tersedia shower dengan air hangat. Alat mandi saya membawa sendiri dari rumah. Usai mandi, saya berencana berjalan-jalan sekitar Dagen dan Malioboro. Benar saja, depan hotel ada warung gudeg Yu Djum yang legendaris. Kalau sepagi ini gak perlu mengantri, gaes. Dan gak perlu takut kehabisan.
Kalau mau lihat video lengkap sewaktu saya ekplorasi The Packer Lodge Yogya, klik di sini ya. Ada gambaran suasana mulai dari lobi, dapur termasuk fasilitasnya (kulkas, microwave, kompor listrik, teko air panas, rice cooker), ruang Tv, suasana kamar, kamar mandi, sampai balkon di lantai empat yang bisa dibuat latihan yoga dan nongkrong-nongkrong.
Parkiran depan hotel dari sudut pandang lobi hotel. Di depan hotel ada warung gudeg Yu Djum. Foto Nieke |
The Packer Lodge Yogya dari depan. Foto: Nieke |
Don'ts
- Nggak cocok kalau bawa anak atau keluarga
- Kamar-kamarnya sempit, biasanya gak ada elevator, jadi jangan bawa barang banyak
- Hindari bawa barang berharga seperti perhiasan, dll
- Jangan biarkan barang-barangmu tergeletak di ranjang atau meja dalam pod. Simpan barang di loker terkunci
- Pastikan loker selalu terkunci
- Jangan berisik, menyalakan musik keras-keras. Gunakan earphone.
- Kalau kebetulan menginap sekamar dengan teman perjalanan, jangan ngobrol di ruangan. Ke lobi saja. Hormati tamu lain di kamar.
- Jangan sampai ngorok. Hahaha.
- Jangan bawa makanan apalagi yang baunya menyengat ke dalam kamar. Sebaiknya makan atau ngemil di ruang lobi atau ruang nongkrongnya.
- Bersosialisasi. Hotel semacam ini biasanya dihuni orang-orang yang hobi backpacker. Kamu bisa bertukar pengalaman dan informasi
- Miliki jiwa petualang. Bakal sekamar dengan orang nggak dikenal, lho
- Bawa alat mandi sendiri ya. Sabun mandi, sabun cuci rambut, odol, sikat gigi, dll
- Gak semua hotel menyediakan selimut dan handuk, jadi bawalah handuk dan selimut tipis. Kalau di The Packer Lodge kebetulan memang menyediakan
- Mandiri dan waspada
Dua komputer yang bisa digunakan tamu di lobi hotel. Foto: Nieke |
Barangkali kamu ingin menambahkan tips lainnya?
(Nieke Indrietta)
Tulisan saya lainnya soal traveling dan kuliner, klik di sini.
Menarik dan sepertinya murah meriah ya.. selama orang yang ada di sekitar kita tidak mengganggu ya tidak apa apa sih.. berarti ini kamar mandinya juga sama sama ya? kamarnya ya utnuk istirahat aja, abis itu jalan jalan di luar..
BalasHapusMenarik ya tapi kewaspadaan saya sama orang asing tinggi .. hiks ... parno rasanya tidur hanya dibatasi tirai begitu. Gak tahu kenapa saya ini makin tambah umur makin parno :D ... memang harus punya jiwa petualang ya yang mau menginap di The Packer Lodge krn sebenarnya menyenangkan kok. Jadi ingat kapal laut Pelni yang kelas 2, mirip kayak ini sekamar ber-4. Kalau beli tiket kamar ya harus rela sekamar dengan orang lain.
BalasHapusKonsep hotelnya lagi tren sepertinya ya, memang cocoknya ini untuk yg solo traveling yah, jadi serasa kembali ngekos deh, btw klo sekamar sama orang lain, tetap sama jenis kelaminnya kan mba?
BalasHapusKeren nih tipsnya, paling penting memang memastikan untuk bawa barang-barang yang memang lebih sering di dalam tas, dan sepertinya memang hotel jenis bersahabat banget sama backpacker. ..
BalasHapusJangan heran kalau di Malioboro masih ramai ehehe, sebagai warga Jogja, biasanya di sana bakalan sepi kalau sudah jam 1 pagi ke atas..
Harus serba was-was kalau nginap dengan hotel konsepnya seperti ini.. Tapi secara keseluruhan desain ruangannya cukup bisa bikin nyaman untuk yang sudah sendiri..
BalasHapusStaycation dengan gaya hotel kapsul mungkin akan sangat menyenangkan buat backpacker yang ekstrovert dan menyukai kepraktisan ya mba. Terutama para anak muda yang senang menjalin hubungan dan bersosialisasi sana sini.
BalasHapusTapi buat yang introvert dan overthinking mungkin bakalan gak nyaman ya sekamar dengan orang asing.
nice review mbak, saat ini sudah mulai banyak ya hotel dengan konsep seperti ini, tapi rasanya saya tidak bisa mencobanya kecuali saya pergi sendiri tanpa kiddos
BalasHapusUnik dan menarik konsep kamarnya, Mbak. Saya baru tahu ada hotel semacam ini. Memang kurang jauh, nih, mainnya.
BalasHapusEmang untuk backpacker yg mandiri ya mba. Ngga cocok bgt ngajak anak. Tp suasana begini sepertinya enak ya jd bertemu org baru
BalasHapussempat kaget bentar, lhooo.. nang jogja iks! tapi setelah lihat tanggap postingnya terus jadi sedikit agak tenang, wkwkwkw. Awas nek kesini lagi tapi ora ngabari, lho! :D
BalasHapusaku sama sekali masih belum kebayang nginep di hotel model begini, meski kadang pengen juga sih backpacker-an. tapi kalau hotelnya gini, sepertinya layak juga untuk dicoba
BalasHapusbegitu baca di awal artikel ada "hotel kapsul" , pikiran saya melayang menggambarkan kamar yang bentuknya kapsul, hehehe. saya cari-cari gambarnya gak ada di artikel ini. lalu saya niat dong tonton video youtubenya karena penasaran. oohhh begitu maksudnya tempat tidur kapsul. ya hanya kasur tok dengan tutup tirai. emang beneran mirip kapsul ya, hehehe. emang cocok sih buat backpaker. dan yess setuju dengan mba, hotel kapsul emang kurang cocok untuk keluarga. tapi bisa nih Hotel The Packer Lodge Jogja "hotel kapsul" ini jadi rekomendasi kalo saya jalan-jalan sendirian ke jogya, which is mungkinkah? bisa aja ya kalo anak-anak saya titip ke bapaknya, hehehe
BalasHapusbegitu baca di awal artikel ada "hotel kapsul" , pikiran saya melayang menggambarkan kamar yang bentuknya kapsul, hehehe. saya cari-cari gambarnya gak ada di artikel ini. lalu saya niat dong tonton video youtubenya karena penasaran. oohhh begitu maksudnya tempat tidur kapsul. ya hanya kasur tok dengan tutup tirai. emang beneran mirip kapsul ya, hehehe. emang cocok sih buat backpaker. dan yess setuju dengan mba, hotel kapsul emang kurang cocok untuk keluarga. tapi bisa nih Hotel The Packer Lodge Jogja "hotel kapsul" ini jadi rekomendasi kalo saya jalan-jalan sendirian ke jogya, which is mungkinkah? bisa aja ya kalo anak-anak saya titip ke bapaknya, hehehe
BalasHapusHotelnya cocok kalau kita solo travelling ya kalau ajak keluarga gk bisa karena memang kamarnya sempit cuma pas buat kita tidur aja setelah cape seharian travelling di Jogja . Rekomen bagi yang biasa ke hotel buat naro badan rebahan
BalasHapusSaking penasaran sama kamarnya ak tonton itu youtube wkwk. Nggak ada fotonya soalnya. Ini sih cocok buat yg single atau lagi backpacker sendiri memang ya. Kalau sama anak ngalamat cranky wkwk. Tp seru bgt buat dicoba ;) bs ketemu sesama backpacker ;)
BalasHapus