Matahari, lagi-lagi, kau bikin aku serasa di penggorengan.
Menyengat kulit, keringat tubuh meronta tercabik-cabik.
Rimba beton menatap angkuh.
Keringat bercucuran luruh.
Manusia menjerit mengaduh...
Kuda besi berkeriap riuh.
Aspal luluh.
Napas jadi megap-megap.
Hidung kudu dibekap.
Halte busway jadi atap.
Supaya badan tidak bau berasap.
Jakarta, oven raksasa.
Kamu akan dipaksa menghirup asap knalpot dan debu timah hitam.
Gosong dalam mikrowave bernama kopaja dan metromini.
Dalam tatapanmu aku berteduh, dalam kerinduan aku bersimpuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Hi... terima kasih sudah mampir dan membaca blog saya. Mohon berkomentar dengan sopan, tidak meninggalkan spam, tidak menggunakan LINK HIDUP di kolom komen. Sebelum berkomentar, mohon cek, apakah Anda sudah memiliki profil di akun Anda. Profil tanpa nama atau unknown profil tidak akan diterima berkomentar. Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, sebaiknya tidak gunakan akun anonim.
Salam.