Jumat, 19 Februari 2010
Perempuan yang Memelihara Naga di Perutnya
Perempuan itu mengabsen makanan dalam perutnya.
Rainbow rolls, delapan macam aneka sushi? Hadir.
Steak sushi? Hadir.
Ocha. Hadir.
Tak sampai dua jam, perutnya sudah lapar lagi. Ia membayangkan yoghurt dengan topping longan dan kiwi. Tiga jam kemudian, sekaleng susu coklat dan semangkuk bakso akhirnya masuk dalam perutnya.
Jangan salah, makannya banyak, tapi tubuhnya tak gemuk. Berat badannya 43 kilogram. Tak kunjung naik, meski ia penggemar susu dan yoghurt. Kata orang, bukan cacing yang berada di dalam perutnya. Tapi naga.
Ha, naga? Perempuan itu memelihara naga di dalam perutnya. Siapa dia?
Sebuah tangan teracung. Itu tangan saya.
Menunduk.
Aih, jadi malu.
Ehem.
Iya, itu saya.
Jika makanan itu dihidangkan menarik dan aromanya menggoda, saya sanggup menelan beberapa jenis makanan sekaligus. Waktu berkumpul dengan keluarga di acara Natal akhir tahun lalu, saya sanggup melahap : sup asparagus, sup merah, cap cay, sate, ayam, pudding, cup cakes. Saya mondar-mandir ke dapur hanya untuk menambah jatah sup asparagus dan sup merah. Saya sendiri heran dengan mekanisme tubuh saya. Ke mana makanan itu semua mengalir? Banyak asupan namun tidak membuat tubuh saya lantas membengkak. Makanya, teman bilang, saya punya naga di dalam perut yang menyantap semua itu.
Tapi, saya diuntungkan dengan keadaan ini. Saya tak perlu takut gemuk. Saya bisa makan apa saja. Saya tak perlu pusing mikir soal diet. Dan, saya jadi punya hobi baru : kuliner.
Ah, ini menyenangkan sekali!
Ah ya, ini foto saya waktu di Bali, beberapa waktu lalu. Saya mencoba menyantap menu bebek Bali. Hmmm... mantap! Ukuran bebeknya cukup besar. Seukuran wajah saya—oh my God!
Thanks untuk naga di dalam perut.
I love you.
Cup cup....
***
Labels:
sekedar catatan
A former journalist who loves traveling, writing, eating, watching movies, and sharing.
Menulis cerita pendek sejak di sekolah dasar. Saat SMA hingga masa kuliah menjadi penulis cerpen di Anita Cemerlang, Ceria Remaja, Deteksi Jawa Pos.
Kemudian bekerja sebagai wartawan di media massa nasional (online, koran, dan majalah) di Jakarta.
Kini menjadi penulis lepas dan belajar soal UMKM.
Beberapa kali menang lomba menulis:
-Lomba menulis cerpen antar-siswa SMA se-Indonesia yang diselenggarakan Warta Universitas Surabaya
-Lomba menulis cerpen Deteksi Jawa Pos
-Pemenang Lomba Menulis Blog Ini Kota Cerdasku, Gerakan Menuju 100 Smart City 2018
-Juara II Lomba Blog Ajang Kreativitas Milenial yang diadakan oleh Balai Besar POM (Pengawasan Obat dan Makanan) Surabaya, pada 2019
1 komentar:
Hi... terima kasih sudah mampir dan membaca blog saya. Mohon berkomentar dengan sopan, tidak meninggalkan spam, tidak menggunakan LINK HIDUP di kolom komen. Sebelum berkomentar, mohon cek, apakah Anda sudah memiliki profil di akun Anda. Profil tanpa nama atau unknown profil tidak akan diterima berkomentar. Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, sebaiknya tidak gunakan akun anonim.
Salam.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
hahahaha tukang makan, kita sama...
BalasHapus@agunkurniawan8